tag:blogger.com,1999:blog-88097827457745910902024-02-28T15:42:16.696-08:00Santri Sarang Blogibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.comBlogger129125tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-18680646274891636472014-01-06T05:58:00.001-08:002014-01-06T05:59:48.762-08:00KAIDAH HUKUM ADAT ACUAN DALAM MENJAWAB PROBLEMATIKA MODERN BAG 2<div style="text-align: justify;">
III. SYARAT SYARAT KEABSAHAN ADAT. <br /><br />Tidak semua adat dapat dijadikan dasar pencetusan suatu hukum tapi harus memenuhi syarat syarat yang telah ditentukan. Diantaranya: <br /><br />1. Muththorid atau gholib, yakni adat tersebut berlaku secara menyeluruh, berkesinambungan dalam suatu kalangan atau berlaku dalam mayoritas kalangan tersebut. Karena dengan begitu adat akan berpengaruh pada kejiwaan dan akan menjadi ketetapan. Adat seperti ini, baik berupa aktivitas atau istilah, merupakan sebuah qorinah untuk mengekpresikan apa yang mereka kehendaki. Oleh karena itu, ketika berlakunya suatu adat masih berimbang, maka tidak sah untuk dijadikan rujukan. Standar kemasyhuran suatu adat bisa ditentukan dengan melihat praktek yang ada di masyarakat dan bukan karena praktek tersebut biasa di gunakan dalam kitab-kitab fiqh<a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftn1">[1]</a>, seperti yang diungkapkan oleh Al-Qarafi dalam Al-Ahkam: “seorang mufti tidak bisa menentukan bahwa suatu adat bisa dikatakan masyhur hanya karena keyakinan yang ia peroleh dengan sering membaca, mempelajari atau mendiskusikan isi kitab-kitab mazdhab, akan tetapi kemasyhuran diukur menurut praktek yang ada pada masyarakat setempat”. <br /><br />2. Tidak bertentangan dengan dalil-dalil syara' (hukumnya) dan jika bertentangan maka gugur keabsahan adat tersebut. Misalnya; kebiasaan zaman sekarang membuka sebagian aurat dengan tujuan mengikuti trend, walaupun kadang-kadang tidak sampai menimbulkan syahwat, karena terlalu banyak yang melakukannya, sehingga menjadi hal yang wajar. Realitas semacam ini jelas sekali berseberangan dengan hukum syariat sehingga tidak dapat mempengaruhi hukum keharamannya. Lain halnya pertentangan dalam penggunaan istilah saja, seperti lafadz lahm (daging), di dalam Al-Qur’an ikan pun termasuk kategori lafadz tersebut namun di kalangan masyarakat ikan tidak dikatakan daging, sehingga bila ada seseorang bersumpah untuk tidak memakan daging, ia tidak dianggap melanggar sumpahnya dengan memakan ikan karena memandang penggunaan istilah yang berlaku di masyarakat. <br /><br />3. Adat yang bisa dijadikan rujukan suatu permasalahan harus sudah ada sebelumnya dan bukan adat yang muncul setelah permasalahan tersebut, seperti dituturkan oleh Ibnu Najm dalam kitab Al-Asybah. Contohnya, seseorang mewakafkan tanahnya kepada para ulama’ daerah A, adat yang berlaku pada waktu tersebut, ketika menyebut kata ulama akan mencakup semua orang alim, baik pengasuh pesantren atau bukan. Kemudian, timbul kebiasaan baru ketika menyebut kata ulama, harus orang alim yang mengasuh pesantren. Dalam hal ini, wakaf tanah tersebut tetap seperti adat awal yang sudah berlaku sewaktu permasalahan tersebut terjadi dan tidak terpengaruh dengan timbulnya adat yang baru. <br /><br />4. Harus bersifat mengikat. Syarat ini tidak berlaku dalam semua adat, akan tetapi hanya terbatas pada adat yang menyangkut hak-hak orang lain. Dalam Al-Bahr Ibn Najim mengungkapkan, “ketika seseorang memberikan nafkah kepada wanita yang masih menyandang ‘iddah dari orang lain dengan maksud supaya ia mau menjadi istrinya, maka menurut qaul mu’tamad, kalau berhasil memperistri wanita tersebut, dia tidak diperkenankan meminta kembali apa yang telah diberikan. Sebaliknya kalau gagal, dia berhak memintanya kembali, seperti yang dikatakan Al-‘Amidy dalam kitab fusul-nya”. Hal tersebut, seperti dikatakan para ulama, disebabkan penyerahan nafkah semacam ini, menurut adat, merupakan pemberian dengan syarat adanya pernikahan diantara mereka, dan ketika maksudnya ini tidak tercapai maka ia berhak mendapatkan kembali apa yang telah ia berikan. Sedangkan adat yang tidak bersifat mengikat, maka tidak bisa dijadikan ukuran dalam mu’amalah atau dibuat sandaran untuk menetapkan suatu hak. Misalnya, pemberian kepada para tetangga pada acara tertentu, sehingga ketika ada satu tetangga yang tidak mendapat bagian ia tidak boleh menuntut haknya. <br /><br /><br />5. Harus tidak terdapat ucapan atau perbuatan lain yang bertentangan dengan adat tersebut. Syarat ini khusus berlaku pada adat yang dapat mengganti pernyataan. Ali Haidar berkata dalam syarah al-majalah: “urf atau adat bisa dijadikan hujjah jika tidak bertentangan dengan nash atau syarat dari dua orang yang melakukan transaksi. Misalnya, seseorang disewa untuk bekerja mulai dluhur sampai ashar saja dengan upah yang telah ditentukan, dalam praktek ini si penyewa tidak boleh memaksa orang tersebut untuk bekerja mulai pagi sampai sore dengan dalih kebiasaan di daerah tersebut, tetapi ia harus mengikuti masa yang telah sepakati”. Dari syarat ini, kita bisa mengetahui bahwa indikasi yang ditimbulkan adat (dalalah al-adat) lebih lemah dari pada yang ditimbulkan perkataan (dalalah al-lafdhi), sehingga ketika terjadi pertentangan yang dibuat pijakan adalah dalalah al-lafdhi. Seperti yang diungkapkan Syeikh Izzuddin Ibn Abdus Salam dalam Al-Qowa'id.<a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftn2">[2]</a><br /><br /><br />IV. PENGHARGAAN SYARIAT TERHADAP ADAT <br /><br />A. Pada Masa Turunnya Wahyu Dan Ijtihad <br /><br />Mayoritas adat, lahir untuk mengatur hubungan dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Tujuan ini juga merupakan salah satu tujuan pokok syariat Islam, seperti halnya setiap undang-undang, mulai dahulu sampai sekarang. Oleh karenanya, Syari' mempunyai perhatian khusus dengan melestarikan adat atau kebiasaan yang baik dan memasukkannya dalam ketetapan hukum yang disyariatkan, sehingga mereka dengan mudah dapat menerima dan tidak merasa dimarginalkan dengan penerapan hukum-hukum Islam. <br /><br />Islam datang untuk memperbaiki kerusakan dan memperbaharui syariat sebelumnya yang telah disalah-artikan. Kedatangan Islam bukanlah untuk merobohkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan tatanan sosial yang lurus. Bahkan, sekiranya sebagian dari hal tersebut dapat mendatangkan kemaslahatan bagi kehidupan, maka dengan sendirinya akan ditetapkan dan dijadikan sebagai salah satu bagian ajaran Islam. <br /><br />Sebelum kedatangan Islam, dikalangan masyarakat Arab telah berjalan beberapa adat yang baik dalam mu’amalah, kekeluargaan, hukum pidana, ritual keagamaan dan lainnya. Sebagian darinya adalah murni dihasilkan dari pengalaman mereka dan sebagian lain mereka adopsi dari syari’at sebelumnya atau dari negara-negara tetangga. <br /><br />Dalam mu’amalah, mereka mempraktekkan jual beli, gadai, pesanan (salam), perseroan, pemberian modal, persewaan. Semua praktek ini pada akhirnya ditetapkan oleh syari'at Islam setelah membebaskannya dari unsur memakan harta orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan atau mendatangkan persengketaan, seperti riba nasi'ah,<a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftn3">[3]</a> riba fadhl,<a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftn4">[4]</a> dan atau unsur spekulasi, seperti menjual janin dalam kandungan hewan. <br /><br />Dalam hubungan kekeluargaan, telah lama mereka menjalankan praktek perkawinan dengan melamar seorang gadis pada orang tuanya dan memberikan mas kawin. Namun, di sini masih terdapat praktek yang mengindikasikan rendahnya moralitas yang kemudian dihapus oleh Islam dengan memberikan mas kawin tersebut kepada si gadis, bukan pada walinya . Imam Suyuthi dalam Asbabun Nuzul menuturkan:<a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftn5">[5]</a><br /><br />أخرج ابن أبي حاتم عن أبى صالح قال: كان الرجل إذا زوّج ابنته أخذ صداقها دونها فنهاهم الله عن ذلك فأنزل "وأتوا النساء صدقاتهنّ نحلة". <br /><br />“Ibn Abi Hatim menceritakan dari Abi Shaleh, bahwa ia berkata: seorang pria ketika mengawinkan putrinya, ia mengambil mengambil mas kawin dan tidak memberikan kepada putrinya, kemudian Allah melarang hal tersebut dan menurunkan ayat; “Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita yang (yang kamu nihahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan……”(An-Nisaa’: 4). <br /><br />Setelah masa kenabian, Islam tersebar luas ke berbagai penjuru dunia dan kemudian para mujtahid diangkat sebagai qodli dan mufti di negara-negara Islam, Mereka menghadapi berbagai macam bentuk adat yang berbeda-beda. Dengan kemampuan fiqh yang dimiliki, mereka mencurahkan segala daya untuk mengimplementasikan hukum-hukum Allah. Oleh sebab itu, pengaruhnya tampak dalam tiga aspek: <br /><br />1. Adat ini dipresentasikan kepada para mujtahid dari berbagai belahan bumi yang menuntut diletakkannya kaidah fiqh yang bersifat umum sebagai barometer penetapan hukum. Adat yang dianggap baik akan mereka akui, seperti, pendokumentasian dan pembangunan benteng yang terkenal di daerah persia. Adat yang kurang lurus akan mereka luruskan, seperti: kewajiban pajak hasil bumi terhadap kafir dzimmi di luar batas kemampuan waktu kekuasaan kerajaaan Persi, kemudian ditetapkan sesuai kadar kemampuan . Dan adat yang dianggap jelek atau mengandung mafsadah maka mereka mengingkari dan menolaknya, seperti: kebiasaan umat Hindu Brahmana yang tidak mau menyembelih hewan dengan alasan kasihan, hal ini ditolak karena ada unsur mengharamkan salah satu karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala. <br /><br />2. Dalam proses penetapan hukum (istinbath) melalui kaidah-kaidah umum, para mujtahid menimbang dan mengapresiasi adat setempat. Mereka meyakini bahwa hukum-hukum Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersifat universal dan kekal tanpa mengenal batas ruang dan waktu, dan salah satu tujuannya adalah menghilangkan kesulitan umat manusia. Seandainya hukum Islam tidak apresiatif dengan adat setempat, manusia akan berada dalam kesempitan hidup dan syari'at tidak lagi konsisten dengan tujuan asalnya. <br /><br />3. Umat Islam yang berdiam di berbagai wilayah dengan tujuan yang berbeda-beda niscaya bersentuhan dengan apa yang di namakan adat. Dan ketika mereka sepakat untuk menjalankan suatu adat tanpa ada pengingkaran dari seorang Mujtahid, maka hal ini di namakan ijma' fi’ly yang menunjukkan bahwa adat tersebut sah dan diakui. <br /><br />Hal ini, merupakan sebagian kecil dari bukti-bukti kemudahan, kemurahan dan perhatian syari'at terhadap adat dan merupakan bukti kesungguhannya dalam menghilangkan kesulitan umat manusia. <br /><br />B. Posisi adat dalam Ilmu fikih <br /><br />Fikih adalah pengetahuan atas sekumpulan hukum-hukum yang mengatur hubungan vertikal dan horizontal, berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits yang dihasilkan para mujtahid. <br /><br />Tidak perlu disangsikan, dalam konteks fiqh adat memiliki peran yang penting, baik dalam penggalian hukum (istinbath) atau dalam aplikasinya. Maksudnya, penggalian hukum dari suatu nash terkadang masih tergantung pada adat. Karena seperti diketahui, bahwa lingkungan dan adat bagi seorang mujtahid akan sangat berpengaruh dalam menentukan pendapat. Disamping itu, termasuk syarat seseorang bisa dikategorikan mujtahid adalah harus mengetahui adat yang berlaku dilingkungan sekitarnya. <br /><br />Para ulama sepakat bahwa adat, qauly atau amaly, bisa dijadikan muqayyid (yang membatasi kemutlakan lafadz). Demikian juga, seperti yang telah diungkapkan di atas, mereka sepakat bahwa urf qauly dapat dijadikan mukhosshish. Akan tetapi, mereka masih berselisih, apakah lafadz umum dapat di-takhshish dengan urf amaly atau tidak? Menurut madzhab Hanafiyyah, urf amaly bisa men-takhshish, akan tetapi Jumhur al-ulama berpendapat sebaliknya.<a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftn6">[6]</a> misalnya dalam satu daerah terdapat adat memakan beras merah dan syari' berkata: “Aku mengharamkan praktek riba dalam makanan”, hukum keharaman ini menurut madzhab Hanafiyyah khushus untuk makanan pokok, yakni beras merah. Sedangkan menurut versi Jumhur, umum untuk semua jenis makanan. Mereka mengambil dalil bahwasanya shighot umum yang telah berlaku sebagian dan tidak ada yang men-takhshish, akan tetap dengan keumumannya, sesuai dengan kaidah; العبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب. <br /><br />Demikian juga dalam mengaplikasikan hukum, adat merupakan salah satu referensi penting dalam mengambil ketetapan hukum, sesuai kaidah fikih (العادة محكمة). <br /><br />V. REVISI HUKUM SEBAB PERUBAHAN ADAT <br /><br />Tujuan syari'at yang paling utama adalah menjaga kemaslahatan manusia, baik berupa mendatangkan kemanfaatan, menyempurnakannya, menolak mafsadah atau meminimalisirnya, tanpa harus membedakan ras atau suku tertentu. Dan termasuk dari salah satu bentuk menjaga kemaslahatan adalah memperhatikan adat yang ada di sekitarnya. Hal ini tentunya, menuntut perubahan suatu hukum ketika terjadi perubahan adat. Imam Malik berkata: “Fatwa-fatwa baru bisa tercetus bagi manusia tergantung aktifitas yang mereka lakukan”.<a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftn7">[7]</a><br /><br />Salah satu contoh adanya perubahan hukum sesuai dengan kebiasan manusia adalah kebiasaan para perempuan pergi ke masjid untuk menunaikan shalat jama’ah di masa Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam, mereka keluar dengan pakaian yang menutup ‘aurat rapat-rapat. Rasulullah bersabda: <br /><br /> لا تمنعوا إماء الله مساجد الله <br /><br />“Janganlah kalian melarang para perempuan menuju masjid-masjid Allah”(H.R. Bukhori-Muslim).<a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftn8">[8]</a> Namun, setelah wafatnya Rasulullah, banyak hal dilakukan oleh kaum hawa yang mengindikasikan merosotnya nilai moral, sehingga sudah sepatutnya mereka dilarang keluar ke masjid, seperti yang diungkapkan ‘Aisyah Ummil Mu’minin: <br /><br />لو أدرك النبي صلى الله عليه وسلم ما أحدث النساء لمنعهن المساجد كمامنع نساء بني إسرائيل. <br /><br />“Seandainya Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam. melihat apa yang dilakukan para wanita sekarang, maka pastilah beliau melarang mereka ke masjid seperti larangan yang dikenakan pada perempuan-perempuan Bani Israel”.(H.R. Malik, Bukhori dan Muslim).<a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftn9">[9]</a> Ini semua menunjukkan bahwa tabiat dan kebiasaan baru bisa menyebabkan adanya perubahan hukum yang telah ada. <br /><br />Perubahan hukum ini, menimbulkan asumsi dari sebagian golongan bahwa adat bisa menaskh (merubah) ketetapan hukum yang telah ada karena melihat definisi naskh adalah menghilangkan muta'allaq (pengaruh) hukum syar'i, dan hal ini juga terdapat dalam perubahan yang disebabkan adat. Tetapi, jika dipikir secara jernih, asumsi ini sangatlah jauh dari kebenaran, karena hukum yang didasarkan pada adat tercetus karena melihat praktek yang ada waktu itu, ketika praktek tersebut berubah maka diperlukan pencetusan hukum baru sesuai dengan adat yang baru. Pada hakikatnya hukum pertama tetap tidak mengalami perubahan ketika dinisbatkan pada praktek pertama. Disamping itu, tidak ada seorangpun yang berhak me-naskh salah satu dari hukum-hukum syariat setelah wafatnya Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam, baik mujtahid, pemerintahan Islam ataupun lainnya, hukum-hukum tersebut bersifat kekal untuk selama-lamanya. <br /><br /> Perlu diketahui, tidak semua hukum dapat berubah sebab perubahan adat. Karena, seperti telah dikemukakan diatas pada masalah pembagian adat, sebagian adat ada yang hukumnya tidak dapat berubah dalam kondisi apapun, seperti: hukum qishosh dan had, sehingga kedua hukum tersebut akan tetap paten selamanya walaupun perzinahan, pembunuhan atau pencurian dikemas dengan bentuk serapi apapun. <br /><br /><br /><a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftnref1">[1]</a> . Al adatu wa al adah. Hal.73-74. <br /><br /><br /><a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftnref2">[2]</a> . Ibn Abdissalam, al-Qowa’id vol. 2, hal. 178. <br /><br /><br /><a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftnref3">[3]</a> . Yaitu, pensyaratan kredit dalam jual-beli salah satu jenis ribawi dengan sesamanya. Syaikh Zainuddin bin Abd. Aziz al-Malibary al-Fanani, Hasyiyah I’aanah ath-Tholibin ‘ala Fath al-Mu’in, Darr al-Fikr, Beirut, vol- III, hal. 26. <br /><br /><br /><a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftnref4">[4]</a> . Yaitu, perbedaan kadar dalam penjualan salah satu jenis ribawi dengan sejenisnya, Ibid. <br /><br /><br /><a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftnref5">[5]</a> . al urfu wa al adah. Hal 94 <br /><br /><br /><a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftnref6">[6]</a> . Imam Ghozali, al-Mustashfa, vol. II, hal. 112. <br /><br /><br /><a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftnref7">[7]</a> . Syarah al-Muwattho’ li az-Zarqany, vol. IV, hal. 204. <br /><br /><br /><a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftnref8">[8]</a> . Shahih Bukhori dan Muslim, kitab as-Shalat – bab – Khuruj an-Nisa’ ila al-Masjid. <br /><br /><a href="http://www.ppmus.com/artikel/281-kaidah-hukum-adat-2#_ftnref9">[9]</a> . Shahih Bukhori, kitab al-Adzan, - bab – Intidhor an-Nass Qiyam al-Imam. <br /><br /><br /><br />Artikel ini pernah dimuat dalam jurnal Teras Pesantren edisi VIII <br /><br />Editor: Irham Ma'arif</div>
ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-49168071242568500952014-01-06T05:43:00.000-08:002014-01-06T05:43:55.917-08:00Al-Barzanji atau Berzanji adalah suatu do’a-do’a, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw <div style="text-align: justify;">
Al-Barzanji atau Berzanji adalah suatu do’a-do’a, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang biasa dilantunkan dengan irama atau nada. Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad saw yakni silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga diangkat menjadi rasul. Didalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama Barzanji diambil dari nama pengarangnya, seorang sufi bernama Syaikh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al – Barzanji. Beliau adalah pengarang kitab Maulid yang termasyur dan terkenal dengan nama Mawlid Al-Barzanji. Karya tulis tersebut sebenarnya berjudul ‘Iqd Al-Jawahir (kalung permata) atau ‘Iqd Al-Jawhar fi Mawlid An-Nabiyyil Azhar. Barzanji sebenarnya adalah nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzanj. Nama Al-Barzanji menjadi populer tahun 1920-an ketika Syaikh Mahmud Al-Barzanji memimpin pemberontakan nasional Kurdi terhadap Inggris yang pada waktu itu menguasai Irak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kitab Maulid Al-Barzanji karangan beliau ini termasuk salah satu kitab maulid yang paling populer dan paling luas tersebar ke pelosok negeri Arab dan Islam, baik Timur maupun Barat. Bahkan banyak kalangan Arab dan non-Arab yang menghafalnya dan mereka membacanya dalam acara-acara keagamaan yang sesuai. Kandungannya merupakan Khulasah (ringkasan) Sirah Nabawiyah yang meliputi kisah kelahiran beliau, pengutusannya sebagai rasul, hijrah, akhlaq, peperangan hingga wafatnya. Syaikh Ja’far Al-Barzanji dilahirkan pada hari Kamis awal bulan Zulhijjah tahun 1126 di Madinah Al-Munawwaroh dan wafat pada hari Selasa, selepas Asar, 4 Sya’ban tahun 1177 H di Kota Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi`, sebelah bawah maqam beliau dari kalangan anak-anak perempuan Junjungan Nabi saw.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejarah Pengarang Maulid AlBarzanji</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayyid Ja’far Al-Barzanji adalah seorang ulama’ besar keturunan Nabi Muhammad saw dari keluarga Sa’adah Al Barzanji yang termasyur, berasal dari Barzanj di Irak. Datuk-datuk Sayyid Ja’far semuanya ulama terkemuka yang terkenal dengan ilmu dan amalnya, keutamaan dan keshalihannya. Beliau mempunyai sifat dan akhlak yang terpuji, jiwa yang bersih, sangat pemaaf dan pengampun, zuhud, amat berpegang dengan Al-Quran dan Sunnah, wara’, banyak berzikir, sentiasa bertafakkur, mendahului dalam membuat kebajikan bersedekah,dan pemurah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nama nasabnya adalah Sayid Ja’far ibn Hasan ibn Abdul Karim ibn Muhammad ibn Sayid Rasul ibn Abdul Sayid ibn Abdul Rasul ibn Qalandar ibn Abdul Sayid ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abdul Karim ibn Isa ibn Ali ibn Yusuf ibn Mansur ibn Abdul Aziz ibn Abdullah ibn Ismail ibn Al-Imam Musa Al-Kazim ibn Al-Imam Ja’far As-Sodiq ibn Al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam Zainal Abidin ibn Al-Imam Husain ibn Sayidina Ali r.a.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semasa kecilnya beliau telah belajar Al-Quran dari Syaikh Ismail Al-Yamani, dan belajar tajwid serta membaiki bacaan dengan Syaikh Yusuf As-So’idi dan Syaikh Syamsuddin Al-Misri.Antara guru-guru beliau dalam ilmu agama dan syariat adalah : Sayid Abdul Karim Haidar Al-Barzanji, Syeikh Yusuf Al-Kurdi, Sayid Athiyatullah Al-Hindi. Sayid Ja’far Al-Barzanji telah menguasai banyak cabang ilmu, antaranya: Shoraf, Nahwu, Manthiq, Ma’ani, Bayan, Adab, Fiqh, Usulul Fiqh, Faraidh, Hisab, Usuluddin, Hadits, Usul Hadits, Tafsir, Hikmah, Handasah, A’rudh, Kalam, Lughah, Sirah, Qiraat, Suluk, Tasawuf, Kutub Ahkam, Rijal, Mustholah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Ja’far Al-Barzanji juga seorang Qodhi (hakim) dari madzhab Maliki yang bermukim di Madinah, merupakan salah seorang keturunan (buyut) dari cendekiawan besar Muhammad bin Abdul Rasul bin Abdul Sayyid Al-Alwi Al-Husain Al-Musawi Al-Saharzuri Al-Barzanji (1040-1103 H / 1630-1691 M), Mufti Agung dari madzhab Syafi’i di Madinah. Sang mufti (pemberi fatwa) berasal dari Shaharzur, kota kaum Kurdi di Irak, lalu mengembara ke berbagai negeri sebelum bermukim di Kota Sang Nabi. Di sana beliau telah belajar dari ulama’-ulama’ terkenal, diantaranya Syaikh Athaallah ibn Ahmad Al-Azhari, Syaikh Abdul Wahab At-Thanthowi Al-Ahmadi, Syaikh Ahmad Al-Asybuli. Beliau juga telah diijazahkan oleh sebahagian ulama’, antaranya : Syaikh Muhammad At-Thoyib Al-Fasi, Sayid Muhammad At-Thobari, Syaikh Muhammad ibn Hasan Al A’jimi, Sayid Musthofa Al-Bakri, Syaikh Abdullah As-Syubrawi Al-Misri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Ja’far Al-Barzanji, selain dipandang sebagai mufti, beliau juga menjadi khatib di Masjid Nabawi dan mengajar di dalam masjid yang mulia tersebut. Beliau terkenal bukan saja karena ilmu, akhlak dan taqwanya, tapi juga dengan kekeramatan dan kemakbulan doanya. Penduduk Madinah sering meminta beliau berdo’a untuk hujan pada musim-musim kemarau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Historisitas Al-Barzanji tidak dapat dipisahkan dengan momentum besar perihal peringatan maulid Nabi Muhammad saw untuk yang pertama kali. Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad saw pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kita mengenal itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adalah Sultan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi -dalam literatur sejarah Eropa dikenal dengan nama Saladin, seorang pemimpin yang pandai mengena hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub- katakanlah dia setingkat Gubernur. Meskipun Salahuddin bukan orang Arab melainkan berasal dari suku Kurdi, pusat kesultanannya berada di kota Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia. Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi yang menjadi Atabeg (setingkat Bupati) di Irbil, Suriah Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan maulid nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah di Baghdad yakni An-Nashir, ternyata Khalifah setuju. Maka pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H / 1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 / 1184 M tanggal 12 Rabiul Awal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama. Sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin kemudian menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu kegiatan yang di prakarsai oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far Al-Barzanji.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kitab Al-Barzanji ditulis dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW dan meningkatkan gairah umat. Dalam kitab itu riwayat Nabi saw dilukiskan dengan bahasa yang indah dalam bentuk puisi dan prosa (nasr) dan kasidah yang sangat menarik. Secara garis besar, paparan Al-Barzanji dapat diringkas sebagai berikut: (1) Sislilah Nabi adalah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kitab bin Murrah bin Fihr bin Malik bin Nadar bin Nizar bin Maiad bin Adnan. (2) Pada masa kecil banyak kelihatan luar biasa pada dirinya. (3) Berniaga ke Syam (Suraih) ikut pamannya ketika masih berusia 12 tahun. (4) Menikah dengan Khadijah pada usia 25 tahun. (5) Diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun, dan mulai menyiarkan agama sejak saat itu hingga umur 62 tahun. Rasulullah meninggal di Madinah setelah dakwahnya dianggap telah sempurna oleh Allah SWT.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Barzanji diceritakan bahwa kelahiran kekasih Allah ini ditandai dengan banyak peristiwa ajaib yang terjadi saat itu, sebagai genderang tentang kenabiannya dan pemberitahuan bahwa Nabi Muhammad adalah pilihan Allah. Saat Nabi Muhammad dilahirkan tangannya menyentuh lantai dan kepalanya mendongak ke arah langit, dalam riwayat yang lain dikisahkan Muhammad dilahirkan langsung bersujud, pada saat yang bersamaan itu pula istana Raja Kisrawiyah retak terguncang hingga empat belas berandanya terjatuh. Maka, Kerajaan Kisra pun porak poranda. Bahkan, dengan lahirnya Nabi Muhammad ke muka bumi mampu memadamkan api sesembahan Kerajaan Persi yang diyakini tak bisa dipadamkan oleh siapapun selama ribuan tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keagungan akhlaknya tergambarkan dalam setiap prilaku beliau sehari-hari. Sekitar umur tiga puluh lima tahun, beliau mampu mendamaikan beberapa kabilah dalam hal peletakan batu Hajar Aswad di Ka’bah. Di tengah masing-masing kabilah yang bersitegang mengaku dirinya yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Rasulullah tampil justru tidak mengutamakan dirinya sendiri, melainkan bersikap akomodatif dengan meminta kepada setiap kabilah untuk memegang setiap ujung sorban yang ia letakan di atasnya Hajar Aswad. Keempat perwakilan kabilah itu pun lalu mengangkat sorban berisi Hajar Aswad, dan Rasulullah kemudian mengambilnya lalu meletakkannya di Ka’bah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kisah lain yang juga bisa dijadikan teladan adalah pada suatu pengajian seorang sahabat datang terlambat, lalu ia tidak mendapati ruang kosong untuk duduk. Bahkan, ia minta kepada sahabat yang lain untuk menggeser tempat duduknya, namun tak ada satu pun yang mau. Di tengah kebingungannya, Rasulullah saw memanggil sahabat tersebut dan memintanya duduk di sampingnya.. Tidak hanya itu, Rasul kemudian melipat sorbannya lalu memberikannya pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Melihat keagungan akhlak Nabi Muhammad, sahabat tersebut dengan berlinangan air mata lalu menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk, tetapi justru mencium sorban Nabi Muhammad saw tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bacaan shalawat dan pujian kepada Rasulullah bergema saat kita membacakan Barzanji di acara peringatan maulid Nabi Mauhammad saw, Ya Nabi salâm ‘alaika, Ya Rasûl salâm ‘alaika, Ya Habîb salâm ‘alaika, ShalawatulLâh ‘alaika… (Wahai Nabi salam untukmu, Wahai Rasul salam untukmu, Wahai Kekasih salam untukmu, Shalawat Allah kepadamu…)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian, apa tujuan dari peringatan maulid Nabi dan bacaan shalawat serta pujian kepada Rasulullah? Dr. Sa’id Ramadlan Al-Bûthi menulis dalam Kitab Fiqh Al-Sîrah Al-Nabawiyyah: “Tujuannya tidak hanya untuk sekedar mengetahui perjalanan Nabi dari sisi sejarah saja. Tapi, agar kita mau melakukan tindakan aplikatif yang menggambarkan hakikat Islam yang paripurna dengan mencontoh Nabi Muhammad saw.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sarjana Jerman peneliti Islam, Annemarie Schimmel dalam bukunya, Dan Muhammad adalah Utusan Allah: Penghormatan terhadap Nabi saw dalam Islam (1991), , menerangkan bahwa teks asli karangan Ja’far Al-Barzanji, dalam bahasa Arab, sebetulnya berbentuk prosa. Namun, para penyair kemudian mengolah kembali teks itu menjadi untaian syair, sebentuk eulogy bagi Sang Nabi. Pancaran kharisma Nabi Muhammad saw terpantul pula dalam sejumlah puisi, yang termasyhur: Seuntai gita untuk pribadi utama, yang didendangkan dari masa ke masa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untaian syair itulah yang tersebar ke berbagai negeri di Asia dan Afrika, tak terkecuali Indonesia. Tidak tertinggal oleh umat Islam penutur bahasa Swahili di Afrika atau penutur bahasa Urdu di India, kita pun dapat membaca versi bahasa Indonesia dari syair itu, meski kekuatan puitis yang terkandung dalam bahasa Arab kiranya belum sepenuhnya terwadahi dalam bahasa kita sejauh ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa karya Ja’far Al-Barzanji merupakan biografi puitis Nabi Muhammad saw. Dalam garis besarnya, karya ini terbagi dua: ‘Natsar’ dan ‘Nadhom’. Bagian Natsar terdiri atas 19 sub bagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi “ah” pada tiap-tiap rima akhir. Seluruhnya menurutkan riwayat Nabi Muhammad saw, mulai dari saat-saat menjelang beliau dilahirkan hingga masa-masa tatkala paduka mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian Nadhom terdiri atas 16 sub bagian yang memuat 205 untaian syair, dengan mengolah rima akhir “nun”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam untaian prosa lirik atau sajak prosaik itu, terasa betul adanya keterpukauan sang penyair oleh sosok dan akhlak Sang Nabi. Dalam bagian Nadhom misalnya, antara lain diungkapkan sapaan kepada Nabi pujaan” Engkau mentari, Engkau rebulan dan Engkau cahaya di atas cahaya“.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara idiom-idiom yang terdapat dalam karya ini, banyak yang dipungut dari alam raya seperti matahari, bulan, purnama, cahaya, satwa, batu, dan lain-lain. Idiom-idiom seperti itu diolah sedemikian rupa, bahkan disenyawakan dengan shalawat dan doa, sehingga melahirkan sejumlah besar metafor yang gemilang. Silsilah Sang Nabi sendiri, misalnya, dilukiskan sebagai “Untaian Mutiara”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Betapapun, kita dapat melihat teks seperti ini sebagai tutur kata yang lahir dari perspektif penyair. Pokok-pokok tuturannya sendiri, terutama menyangkut riwayat Sang Nabi, terasa berpegang erat pada Alquran, hadist, dan sirah nabawiyyah. Sang penyair kemudian mencurahkan kembali rincian kejadian dalam sejarah ke dalam wadah puisi, diperkaya dengan imajinasi puitis, sehingga pembaca dapat merasakan madah yang indah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu hal yang mengagumkan sehubungan dengan karya Ja’far Al-Barzanji adalah kenyataan bahwa karya tulis ini tidak berhenti pada fungsinya sebagai bahan bacaan. Dengan segala potensinya, karya ini kiranya telah ikut membentuk tradisi dan mengembangkan kebudayaan sehubungan dengan cara umat Islam diberbagai negeri menghormati sosok dan perjuangan Nabi Muhammad saw.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kitab Maulid Al-Barzanji ini telah disyarahkan oleh Al-’Allaamah Al-Faqih Asy-Syaikh Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad yang terkenal dengan panggilan Ba`ilisy yang wafat tahun 1299 H dengan satu syarah yang memadai, cukup elok dan bermanfaat yang dinamakan ‘Al-Qawl Al-Munji ‘ala Mawlid Al-Barzanji’ yang telah banyak kali diulang cetaknya di Mesir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di samping itu, telah disyarahkan pula oleh para ulama kenamaan umat ini. Antara yang masyhur mensyarahkannya ialah Syaikh Muhammad bin Ahmad ‘Ilyisy Al-Maaliki Al-’Asy’ari Asy-Syadzili Al-Azhari dengan kitab ’Al-Qawl Al-Munji ‘ala Maulid Al-Barzanji’. Beliau ini adalah seorang ulama besar keluaran Al-Azhar Asy-Syarif, bermazhab Maliki lagi Asy`ari dan menjalankan Thoriqah Asy-Syadziliyyah. Beliau lahir pada tahun 1217 H / 1802M dan wafat pada tahun 1299 H / 1882M.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ulama kita kelahiran Banten, Pulau Jawa, yang terkenal sebagai ulama dan penulis yang produktif dengan banyak karangannya, yaitu Sayyidul Ulamail Hijaz, An-Nawawi Ats-Tsani, Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi turut menulis syarah yang lathifah bagi Maulid al-Barzanji dan karangannya itu dinamakannya ‘Madaarijush Shu`uud ila Iktisaail Buruud’. Kemudian, Sayyid Ja’far bin Sayyid Isma`il bin Sayyid Zainal ‘Abidin bin Sayyid Muhammad Al-Hadi bin Sayyid Zain yang merupakan suami kepada satu-satunya anak Sayyid Ja’far al-Barzanji, juga telah menulis syarah bagi Maulid Al-Barzanj tersebut yang dinamakannya ‘Al-Kawkabul Anwar ‘ala ‘Iqdil Jawhar fi Maulidin Nabiyil Azhar’. Sayyid Ja’far ini juga adalah seorang ulama besar keluaran Al-Azhar Asy-Syarif. Beliau juga merupakan seorang Mufti Syafi`iyyah. Karangan-karangan beliau banyak, antaranya: “Syawaahidul Ghufraan ‘ala Jaliyal Ahzan fi Fadhaail Ramadhan”, “Mashaabiihul Ghurar ‘ala Jaliyal Kadar” dan “Taajul Ibtihaaj ‘ala Dhauil Wahhaaj fi Israa` wal Mi’raaj”. Beliau juga telah menulis sebuah manaqib yang menceritakan perjalanan hidup dan ketinggian nendanya Sayyid Ja’far Al-Barzanji dalam kitabnya “Ar-Raudhul A’thar fi Manaqib As-Sayyid Ja’far”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kitab Al-Barzanji dalam bahasa aslinya (Arab) dibacakan dalam berbagai macam lagu; rekby (dibaca perlahan), hejas (dibaca lebih keras dari rekby ), ras (lebih tinggi dari nadanya dengan irama yang beraneka ragam), husein (memebacanya dengan tekanan suara yang tenang), nakwan membaca dengan suara tinggi tapi nadanya sama dengan nada ras, dan masyry, yaitu dilagukan dengan suara yang lembut serta dibarengi dengan perasaan yang dalam</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di berbagai belahan Dunia Islam, syair Barzanji lazimnya dibacakan dalam kesempatan memeringati hari kelahiran Sang Nabi. Dengan mengingat-ingat riwayat Sang Nabi, seraya memanjatkan shalawat serta salam untuknya, orang berharap mendapat berkah keselamatan, kesejahteraan, dan ketenteraman. Sudah lazim pula, tak terkecuali di negeri kita, syair Barzanji didendangkan – biasanya, dalam bentuk standing ovation – dikala menyambut bayi yang baru lahir dan mencukur rambutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada perkembangan berikutnya, pembacaan Barzanji dilakukan di berbagai kesempatan sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Misalnya pada saat kelahiran bayi, upacara pemberian nama, mencukur rambut bayi, aqiqah, khitanan, pernikahan, syukuran, kematian (haul), serta seseorang yang berangkat haji dan selama berada disana. Ada juga yang hanya membaca Barzanji dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti penampilan kesenian hadhrah, pengumuman hasil berbagai lomba, dan lain-lain, dan puncaknya ialah mau’idhah hasanah dari para muballigh atau da’i.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal kalender hijriyah (Maulud). Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi ini amat variatif, dan kadang diselenggarakan sampai hari-hari bulan berikutnya, bulan Rabius Tsany (Bakda Mulud). Ada yang hanya mengirimkan masakan-masakan spesial untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang menyelenggarakan upacara sederhana di rumah masing-masing, ada yang agak besar seperti yang diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid, bahkan ada juga yang menyelenggarakan secara besar-besaran, dihadiri puluhan ribu umat Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para ulama NU memandang peringatan Maulid Nabi ini sebagai bid’ah atau perbuatan yang di zaman Nabi tidak ada, namun termasuk bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) yang diperbolehkan dalam Islam. Banyak memang amalan seorang muslim yang pada zaman Nabi tidak ada namun sekarang dilakukan umat Islam, antara lain: berzanjen, diba’an, yasinan, tahlilan (bacaan Tahlilnya, misalnya, tidak bid’ah sebab Rasulullah sendiri sering membacanya), mau’idhah hasanah pada acara temanten dan mauludan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam ‘Madarirushu’ud Syarhul’ Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di hari kiamat.” Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”</div>
ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-21580763102327553352014-01-06T05:40:00.004-08:002014-01-06T05:42:21.234-08:00KAIDAH HUKUM ADAT ACUAN DALAM MENJAWAB PROBLEMATIKA MODERN <div style="text-align: justify;">
PP MUS (http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Islam adalah ajaran terakhir yang diwahyukan Allah <i>subhanahu wa ta’ala</i> kepada Nabi Muhammad <i>shallallahu ‘alaihi wa sallama</i>.
Sesudah itu, tidak ada lagi Rasul yang diutus dan tidak terdapat lagi
wahyu yang diturunkan untuk mengatur umat manusia di muka bumi. Hal ini
mengisyaratkan bahwa agama Islam yang dinyatakan sempurna di akhir hayat
Rasulullah, benar-benar membawa ajaran yang memiliki dinamika sangat
tinggi, mampu menampung segala macam persoalan baru yang ditimbulkan
oleh perkembangan sosial. Persoalannya kemudian adalah, bahwa pada
kenyataannya ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang masalah hukum
sangat terbatas jumlahnya. Sementara itu, terdapat kenyataan lain yang
tidak dapat dibantah yaitu berkembangnya persoalan sosial yang selalu
mendesak ditambah beraneka-ragamnya adat dan tradisi dalam kehidupan
masyarakat. Dua kenyataan inilah yang menyebabkan umat Islam selalu
dihadapkan pada suatu tantangan, apakah relevansi hukum Islam dapat
dibuktikan dalam realita kehidupan yang selalu berkembang ini.</span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> <i> </i></span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">I</span></b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">.’<b><i>URF </i>(HUKUM ADAT)</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">A. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Pengertian</span></strong></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 45pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Secara etimologi, <i>al-‘Urf </i>kadang diartikan kebiasaan baik, sifat dermawan, sabar, pengakuan, dan berurutan. Sedangkan <i>al-‘aadah </i>yang diambil dari kata <i>‘awada</i></span><i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></i><i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></i><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">(عود)</span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">berarti terus-menerus dan gigih dalam melakukan sesuatu. </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Dipandang dari terminologi fiqh, Imam Al-Ghazali dalam kitab <i>al-mustashfa, </i>mendefinisikan <i>‘urf </i>sebagai berikut: <i>“’Urf
adalah suatu praktek yang berlaku dan menjadi satu ketetapan dengan
bersandar pada apa yang di anggap baik oleh akal serta dapat diterima
oleh manusia normal</i>” <a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftn1" name="_ftnref1"><span style="font-size: 10pt;">[1]</span></a>,
beliau juga tidak membedakan antara adat dengan ‘aadah. Akan tetapi,
sebagian ulama membedakan diantara keduanya. Mereka memberi definisi <i>‘aadah </i>dengan praktek yang terjadi berulang-ulang dengan tanpa adanya hubungan emosional (<i>nafsani</i>)<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftn2" name="_ftnref2"><span style="font-size: 10pt;">[2]</span></a>. Dari definisi ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa <i>‘aadah </i>lebih luas cakupannya dari pada <i>urf</i>. </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 9pt; unicode-bidi: embed;">
<b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">B. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Proses Timbulnya Adat</span></strong></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 45pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Bila
dicermati, segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia tidak lepas
dari hal yang mendorong dan menarik hatinya untuk menjalankannya, baik
timbul dari dirinya sendiri, seperti; perasaan malu ketika dihina orang
yang lantas membuat dirinya untuk balas dendam, ataupun timbul dari
kondisi lingkungan sekitarnya, seperti; hasil penelitian ilmiah bahwa
dalam aktivitas tertentu terdapat satu kemaslahatan. Kemudian, jika
aktivitas tersebut dapat diterima, diikuti dan dijalankan oleh kalangan
masyarakat setempat dengan berulang-ulang sehingga menjadi suatu
ketetapan, maka lahirlah apa yang di sebut adat.</span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 45pt; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 45pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Demikian
juga proses terjadinya istilah-istilah tertentu, karena sebagai makhluk
sosial, manusia tidak mungkin lepas dari rasa saling membutuhkan satu
sama lain. Untuk itu, mereka sangat memerlukan alat komunikasi, baik
lewat perkataan atau isyarat, yang dapat membantu mengekspresikan
keinginan-keinginan mereka. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman,
bertambahnya kebutuhan dari satu generasi ke generasi yang lain, dan
tersebar luasnya manusia ke seluruh permukaan bumi, mereka tidak mungkin
untuk tetap menggunakan bahasa asli tanpa adanya tambahan dan perubahan
sama sekali. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar dalam satu
komunitas terdapat penggunaan istilah tertentu yang tidak terdapat dalam
komunitas yang lain. </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 45pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Tidak
semua adat, yang tak terhitung jumlahnya ini, mempunyai tujuan atau
pendorong yang sama. Akan tetapi kebanyakan timbul dari sebab-sebab yang
berbeda tergantung kondisi dan dinamika yang terjadi. Sedangkan
sebagian besarnya kembali pada faktor hajat dan <i>'umum al-balwa. </i>Adakalanya,
adat yang berjalan dalam satu kalangan tidak berdasarkan kebutuhan,
mereka melakukannya lebih karena warisan dari generasi sebelumnya,
seperti apa yang berlaku dalam keyakinan umat jahiliyah dahulu. Allah <i>Subhanahu Wa Ta’ala</i> berfirman: </span></div>
<div dir="RTL" style="text-align: justify; text-indent: 1.15pt;">
<span lang="AR-SA" style="background-color: white; font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ</span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">. </span></b><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">
“bahkan mereka berkata; Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami
menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat
petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka”.</span></i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> <b>(QS. Az-Zu</b></span><b><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">k</span></b><b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">hruf: 22)</span></b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 9pt; unicode-bidi: embed;">
<b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">C. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Kekuatan Adat</span></strong></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Adat
yang telah mengakar dalam suatu komunitas, akan sangat mempengaruhi
mental dan emosi mereka. Adat tersebut akan senantiasa dimulyakan,
dianggap sebagai kebutuhan primer dalam kehidupan dan bahkan dianggap
sebagai “agama” yang harus disucikan dan tidak boleh disentuh. Hal itu,
seperti dikatakan psikolog, dikarenakan suatu pekerjaan yang dilakukan
berulang-ulang akan menimbulkan interaksi langsung dengan syaraf dan
anggota tubuh lainnya dan akan memberi pengaruh kejiwaan. </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Mereka mengatakan;”<i>Adat adalah tabiat manusia yang kedua</i>”.<span style="color: blue;"> </span>Maksudnya
adalah, adat mempunyai kekuatan yang hampir sama dengan kekuatan
pembawaan asal manusia, sehingga sangat sulit untuk dibendung, dialihkan
ataupun dihilangkan lebih-lebih jika menjadi tuntutan kebutuhan. Sebab
itu, kita melihat para Nabi dan juru dakwah seringkali mendapatkan
perlawanan, mengalami kesulitan dan menanggung beban berat dalam
menyebarkan dakwah demi untuk mencabut semua bentuk adat yang tidak
dibenarkan. Berbagai metode harus mereka terapkan, mulai dari pelarangan
secara bertahap, bahkan kadang harus menempuh jalan peperangan. ‘Aisyah
<i>Ummil Mu’minin</i> berkata:</span></div>
<div dir="RTL" style="text-align: justify;">
<span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">إنما
نزل أول ما نزل سورة من المفصل فيها ذكر الجنة والنار حتى إذا ثاب الناس
الى الإسلام نزل الحلال والحرام, ولو نزل أول شيء: لا تشربوا الخمر..,
لقالوا: لاندع الخمر أبدا. ولو نزل: لا تزنوا.., لقالوا: لا ندع الزنا
أبدا. </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">“Sesungguhnya
(Al-Qur’an) yang pertama kali diturunkan adalah ayat-ayat yang
menerangkan tentang surga dan neraka. Kemudian setelah manusia berkumpul
(masuk) ke dalam Islam, maka diturunkanlah ayat-ayat (yang menerangkan)
halal dan haram. Seandainya pertama kali diturunkan </span></i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">“Janganlah kalian minum khamr”<i>, maka pastilah mereka mengatakan: </i>”Kami tidak akan meninggalkan khamr selamanya”.<i> Dan seandainya yang diturunkan </i>“Janganlah kalian berzina”,<i> pastilah mereka bilang: </i>“Kami tidak akan meninggalkan<i> </i>perzinahan selamanya”.(HR. Bukhori)<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftn3" name="_ftnref3"><span style="font-size: 10pt;">[3]</span></a></span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Maksud dari adanya syari'at adalah menghilangkan kesempitan dan kesulitan dalam kehidupan manusia. Allah <i>Subhanahu Wa Ta’ala</i> berfirman: <b> </b></span></div>
<div dir="RTL" style="text-align: justify; text-indent: 1.15pt;">
<span lang="AR-SA" style="background-color: white; font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ </span><span dir="LTR" lang="IN" style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">...</span><span lang="IN" style="background-color: white; font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">الأية</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 1.15pt; unicode-bidi: embed;">
<i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">".....Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.....<b>"</b></span></i><b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">(QS. Al-Baqarah; 185). </span></b><b><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 1.15pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Demikian juga, Rasulullah <i>Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam</i> bersabda: </span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></div>
<div dir="RTL" style="text-align: justify; text-indent: 1.15pt;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">بعثت بالحنيفيّة السمحة</span></b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">"Aku diutus dengan (membawa agama) yang lurus dan penuh dengan kemudahan"</span></i><i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></i><b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">(HR. Khatib Al-Bagdadi).</span></b><a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftn4" name="_ftnref4"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"><span style="font-size: 10pt;">[4]</span></span></a><i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></i><i><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></i></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Oleh
karena itu, kita harus benar-benar memperhatikan, apakah adat yang
sudah terlanjur mengakar di masyarakat, memang dibenarkan dan ditetapkan
oleh kaidah-kaidah syara’ atau tidak, sehingga harus dilestarikan atau
harus dihentikan walaupun dengan menghunus pedang, demi menjaga manusia
dari kesempitan dan kesulitan hidup dan demi terciptanya tatanan yang
dapat dibanggakan.</span><a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftn5" name="_ftnref5"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"><span style="font-size: 10pt;">[5]</span></span></a><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Dalam hadist yang diriwayatkan ‘Aisyah <i>Radliyallahu ‘Anhaa</i>.<i> </i></span></div>
<div dir="RTL" style="text-align: justify;">
<span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">أنّ النبيّ صلى الله عليه وسلّم ما خيّر بين شيـئين إلا اختار أيسرهما ما لم يكن إثما.</span></b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">“Sesungguhnya
Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidak pernah diperintahkan untuk
memilih diantara dua perkara kecuali akan memilih perkara yang paling
mudah selagi bukan merupakan dosa”</span></i><i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></i><b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">(HR. Bukhori Muslim).</span></b><a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftn6" name="_ftnref6"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"><span style="font-size: 10pt;">[6]</span></span></a></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"><span style="font-size: 10pt;"> </span></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">D. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Pembagian Adat</span></strong></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 27pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Adat terdiri atas beberapa hal dengan memandang tiga aspek penting:</span></div>
<ol>
<li style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Memandang sebab. Hal ini dibagi menjadi (a) <i>qauly</i>, yaitu istilah yang telah disepakati bahwa ketika diucapkan maka dengan sendirinya dan tanpa membutuhkan <i>qarinah,</i> akan tertuju pada arti yang dimaksud dan bukan <i>madlul</i>nya secara sempurna<i>, </i>seperti kata <i>“dirham”</i> yang sebelumnya mencakup semua jenis mata uang, kemudian dikhususkan pada mata uang perak, dan (b) <i>amaly,</i> pekerjaan yang telah berlaku baik secara umum ataupun terbatas dalam komunitas tertentu.</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Memandang orang yang meletakkannya. Bagian ini terbagi atas (a) <i>'aam</i>, yaitu kebiasaan yang telah berjalan dalam semua Negara Islam, baik di masa lampau atau di masa kini. Misalnya: kata <i>tholaq</i> digunakan untuk putusnya hubungan suami-istri. (b)<i> khosh,</i> yaitu kebiasaan yang hanya berlaku dalam suatu daerah tertentu, seperti; kebiasaan penduduk Irak menggunakan istilah “<i>al-dabbah</i>” untuk menunjukkan arti kuda. (c)<i> syar'iy</i>, yaitu istilah yang digunakan oleh syara' untuk menunjukkan arti tertentu, seperti istilah <i>sholat </i>yang
semula mempunyai arti do'a kemudian digunakan oleh syara' untuk
menunjukkan ritual ibadah tertentu. Sebenarnya adat ini termasuk adat<i> khosh,</i> tetapi Fu</span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">q</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">aha</span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">’</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> memberi istilah tersendiri karena dianggap sakral.</span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></li>
<li style="text-align: justify;"><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Memandang arti etimologisnya<i>, </i>(a) <i>al-muqorrir lahu</i>, yaitu kebiasaan yang pengertiannya tidak berubah dari arti etimologisnya<i>.</i> Misalnya; ketika seseorang bersumpah untuk tidak membeli Mawar, maka menurut fu</span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">q</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">aha</span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">’</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">,
dia tidak dianggap melanggar sumpahnya kecuali dengan membeli bunga
mawar, dengan alasan adat. Hal ini, sesuai dengan arti etimologi dari
mawar itu sendiri yang berarti bunga Mawar. (b) <i>al-qodli ‘alaih, </i>yaitu
adat yang berubah dari pengertian etimologinya. Misalnya; bersumpah
tidak akan membeli Violet (nama bunga), maka dia dianggap melanggar
sumpahnya kalau membeli minyak wangi yang terbuat dari bunga tersebut
dan tidak melanggar dengan membeli bunganya, karena adat penggunaan kata
violet secara mutlak pada produk minyak wangi. Padahal, secara
etimologi violet berarti jenis bunga tertentu<span style="color: red;">. </span></span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></li>
</ol>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 26.95pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Dari segi aplikasi hukumnya, adat dibagi menjadi dua. <i>Pertama</i>, ‘<i>Aadah Syar'iyyah</i>,
yaitu suatu adat yang ditetapkan oleh syara', baik berbentuk perintah,
larangan atau ibahah. seperti keharusan menutup aurat dalam sholat,
diperbolehkannya <i>bai’ al-‘aroya<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftn7" name="_ftnref7"><b><span style="font-size: 10pt;">[7]</span></b></a>, </i>kewajiban <i>qishas </i>dalam pembunuhan dan lain-lain. Adat yang seperti ini, setelah wafatnya Rasulullah <i>Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam</i>,
tidak dapat berubah. Apa yang oleh syara’ dianggap baik, maka itulah
kebaikan yang sebenarnya. Demikian juga adat yang dianggap tidak baik,
walaupun terjadi penjungkir-balikan pengertian dari sebagian golongan
dengan mengatakan; “S<i>istem talak dalam Islam sudah tidak relevan
dengan zaman modern ini dan bertentangan dengan kemaslahatan manusia,
dan sesungguhnya hukum qishas dalam masalah pembunuhan</i> <i>adalah hukum yang</i> <i>kejam,</i> <i>bertentangan dengan HAM, maka sepantasnyalah dua hukum tersebut direvisi</i>”.
Hal ini dikarenakan, aktifitas-aktifitas yang telah ditetapkan syara’
melalui nash-nashnya adalah bentuk hukum-hukum syariat yang tidak bisa
dirubah hanya dengan pertimbangan baik atau buruk oleh akal pikiran.
Adapun pada masa Rasulullah masih bisa terjadi perubahan hukum yang kita
kenal dengan istilah <i>naskh. </i></span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 26.95pt; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 27pt; unicode-bidi: embed;">
<i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Kedua,</span></i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> <i>‘Aadah</i> g<i>hoiru syar'iyyah, </i>yaitu adat yang tidak ada ketetapan dari syara'. Adat ini terbagi menjadi; (a) <i>tsabitah</i>,
yaitu adat yang tidak pernah mengalami perubahan dalam setiap kondisi,
ruang, dan waktu. Seperti, perasaan ingin makan, minum dan lainnya. Dan
(b) <i>mutabaddilah,</i> yaitu adat yang bisa berubah tergantung situasi
dan kondisi, ruang dan waktu. Adat ini sangat banyak ragamnya, sebagian
darinya terjadi akibat perbedaan cuaca yang mempengaruhi cepat atau
lambatnya pertumbuhan, perbedaan istilah, perbedaan sistem kerja dan
atau perbedaan asumsi dalam menentukan aktivitas tertentu yang dianggap
baik dan buruk, seperti; perbedaan “Apakah menanggalkan tutup kepala
dapat menjatuhkan harga diri atau tidak”.</span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 27pt; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 27pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Ketetapan hukum yang didasarkan pada <i>‘aadah ghoir</i></span><i><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">u</span></i><i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> syar’iyah, </span></i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">implementasinya
tergantung pada jenis adat itu sendiri. Jika adatnya permanen, maka
hukumnya juga permanen, dan jika masih bisa mengalami perubahan, maka
hukumnya juga bisa berubah sesuai dengan adat tersebut.<b> </b></span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 27pt; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">II. MAKNA PERHATIAN ISLAM TERHADAP ADAT DAN DALILNYA<i> </i></span></b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 1.15pt; unicode-bidi: embed;">
<b><span style="color: red; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Para
fukaha dengan madzhab yang berbeda-beda, sepakat bahwa adat merupakan
salah satu pertimbangan dalam mengambil ketetapan hukum dan menjadikan
adat sebagai dasar dari beberapa sumber hukum fiqh. Ibn ‘Abidin dalam <i>Nasyr al-‘Urf </i>menyatakan: <i>“ketahuilah, bahwa sebagian ulama (Syihabuddin Al-Qarafi Al-Maliki<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftn8" name="_ftnref8"><b><span style="font-size: 10pt;">[8]</span></b></a>) menjadikan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: </i></span><i><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></i></div>
<div dir="RTL" style="text-align: justify; text-indent: 1.15pt;">
<span lang="AR-SA" style="background-color: white; font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ</span><span dir="LTR" lang="IN" style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">...</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;"> الأية</span><b><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<i><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf (baik)…” </span></i><b><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">(Al-A’raaf: 199)</span></b><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">, s<i>ebagai salah satu dalil bahwa Islam sangat memperhitungkan adat”. </i></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Dalil ini tentunya mengacu pada keterangan bahwa yang dimaksud “<i>Al-‘Urfi</i>”
dalam ayat di atas adalah adat yang telah dikenal dan dijalankan oleh
manusia. Mereka juga mengambil dalil, seperti yang dikutip oleh
Jalaluddin As-Suyuthi Asy-Syafi’i dalam <i>Al-Asybah wa An-Nadzo’ir</i>, dari sabda Rasulullah <i>Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam</i>:<b> </b></span></div>
<div dir="RTL" style="text-align: justify; text-indent: 1.15pt;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">ما رآه المسلمون حسنا فهو عند الله حسن</span></b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">"apa yang dianggap baik oleh kaum muslimin, maka hal itupun merupakan kebaikan menurut Allah"</span></i><i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></i><b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">(HR. Ahmad).</span></b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> <a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftn9" name="_ftnref9"><span style="font-size: 10pt;">[9]</span></a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> Berikut ini adalah beberapa posisi penting adat dalam kaitannya dengan hukum-hukum syariat.</span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">A. </span></b><b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Adat sebagai Dasar Penetapan Hukum </span></b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Sebagai agama yang universal, Islam sangat menaruh perhatian (<i>concern</i>)
terhadap segala budaya dan adat yang berlaku di kalangan umat manusia
dalam setiap waktu dan kondisi, baik yang bersifat umum atau hanya
berlaku dalam satu komunitas tertentu. Hal ini dapat dibuktikan dengan
banyaknya ketetapan-ketetapan hukum dalam Islam yang berdasarkan adat
yang berlaku. <i> </i></span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Meskipun demikian, menurut fu</span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">qo</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">ha</span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">’</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">,
adat tidak bisa dijadikan sebagai sumber hukum (dalil) untuk menetapkan
suatu hukum. Karena definisi dari adat, seperti yang telah dikemukakan
di atas, adalah: suatu praktek yang timbul dari dorongan akal pikiran,
kemudian diikuti oleh orang lain yang pada akhirnya menjadi suatu
ketetapan tersendiri. Dari definisi ini, dapat diketahui bahwa timbulnya
suatu adat bersumber dari akal pikiran.</span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Ulama
Ahlussunnah sepakat bahwa akal tidak dapat dijadikan suatu petunjuk
dari adanya hukum Allah dalam suatu perkara. Mereka menyatakan, <i>akal
pikiran pada hakikatnya tidak bisa menentukan antara baik, buruk,
maslahah dan mafsadah. Karena tidak pernah ada jaminan bahwa akal,
sejernih apapun, akan selalu benar, jaminan itu hanya ada pada agama dan
syariat yang diturunkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala saja</i>. Pendapat
ini menjadi sangat jelas ketika satu individu atau kelompok mempunyai
hak membuat undang-undang. Seringkali mereka mengambil
kebijakan-kebijakan hukum yang menurutnya sesuai dengan situasi dan
kondisi di waktu tersebut tergantung dengan tujuan serta kepentingan
yang ada. Kemudian, keesokan harinya, mereka akan menghujat peraturan
yang mereka tetapkan sendiri di hari kemarin. Oleh karena itu, sering
kita mendengar adanya <i>amandemen </i>atau <i>revisi ulang</i> undang-undang produk manusia.</span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Memang
tidak bisa dipungkiri, dalam perkara-perkara yang sudah jelas merupakan
suatu bentuk kebajikan dalam kehidupan sosial, seperti akhlak mulia,
atau perkara yang jelas dapat menimbulkan efek negatif atau membahayakan
seperti perzinahan, pembunuhan, pencurian dan lainnya, akal dapat
dengan sendirinya menentukan yang baik dan yang buruk. Akan tetapi, hal
ini tidaklah cukup untuk menjadikannya sebagai petunjuk akan adanya
hukum Allah pada perkara tersebut. Karena kalau kenyataannya demikian,
mestinya manusia akan diberi pahala dengan mengerjakan kebajikan dan
akan disiksa karena melakukan kejahatan walaupun tidak ada agama dan
utusan dari Allah yang memberi kabar tentang hal tersebut.</span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Demikian
pula halnya dengan adat yang timbul dari akal pikiran, ia tidak mungkin
dijadikan petunjuk dari suatu kebenaran atau kemaslahatan yang
merupakan dasar dari hukum-hukum agama. Bahkan, sangat banyak adat yang
berlaku dikalangan masyarakat disamping sama sekali tidak mengandung
nilai kemaslahatan, sebenarnya juga membawa pada kemudharatan. Seperti,
adat yang berlaku dikalangan kaum jahiliyah yang dengan tega mengubur
hidup-hidup anak perempuan mereka karena merasa malu. Dalam hal ini
Allah <i>Subhanahu Wa Ta’ala</i> berfirman :</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;"> </span></div>
<div dir="RTL" style="text-align: justify;">
<span lang="AR-SA" style="background-color: white; font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ</span> يَتَوَارَىٰ مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ <span lang="AR-SA" style="background-color: white; font-size: 16pt;">ۚ</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;"> أَيُمْسِكُهُ عَلَىٰ هُونٍ أَمْ</span><span dir="LTR" style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ </span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; font-size: 16pt;">ۗ</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;"> أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ</span><span dir="LTR" lang="IN" style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span dir="RTL" lang="IN" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;"> </span></b><i><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">"Dan
apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan
dia sangat marah. </span></i><i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Ia
menyembunyikan dirinya dari orang banyak, di sebabkan buruknya berita
yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan
menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya kedalam tanah
(hidup-hidup)?......"</span></i><i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></i><b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">(QS. Al-Nahl : 58-59).</span></b><b><i><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></i></b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">
Dari sini dapat diambil kesimpulan, bahwa adat dengan sendirinya tidak
dapat dijadikan standart untuk menentukan baik dan buruk, dan tidak bisa
dijadikan sumber dalam mengambil ketetapan hukum selama tidak didukung
oleh salah satu dasar dari beberapa dasar pengambilan hukum yang telah
ditetapkan, baik didukung oleh <i>As-Sunnah</i>, yaitu adat yang berlaku di masa Rasullah <i>Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam</i> dengan tanpa adanya pengingkaran dari beliau (<i>Taqriri</i>), atau <i>Al-Ijma'</i>, baik ijma' <i>fi'ly </i>atau <i>su</i></span><i><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">k</span></i><i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">uty</span></i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">, dan atau adat tersebut dikembalikan pada hukum asal <i>manafi' </i>dan<i> madhar</i></span><i><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">at</span></i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">, yaitu sebagaimana disebutkan oleh ulama</span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">’</span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">ushul</span></i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">,
hukum asal dari setiap yang membawa kemanfaatan, sekiranya tidak ada
dalil, selain wanita, harta milik dan harta waqafan, adalah
diperbolehkan (<i>ibahah</i>) berdasarkan firman Allah <i>Subhanahu Wa Ta’ala</i>:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span lang="AR-SA" style="background-color: white; font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt; font-weight: normal;">هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا</span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">....الأية </span></strong></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu....."</span></i><b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">(QS. Al-Baqarah; 29)</span></b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">. Sedangkan perkara yang membawa kemudharatan adalah dilarang (<i>tahrim</i>) dengan dalil sabda Rasulullah <i>Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam</i>.:</span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">لاضرر ولا ضرار.</span></b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">"<i>tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain</i>" <b>(HR. Malik, Ibn Majah Dll)</b>.<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftn10" name="_ftnref10"><span style="font-size: 10pt;">[10]</span></a> Dan ketika suatu hukum ditetapkan dengan alasan adat, seperti pernyataan ulama; ”<i>perkara ini diperbolehkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku</i>",
maka tidak lain hal itu karena melihat apa yang ada di balik adat
tersebut dan bukan memberi pengertian bahwa adat bisa dengan sendirinya
dijadikan sumber hukum.</span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> Adat yang diperkuat oleh dasar-dasar yang telah disepakati seperti; <i>As-Sunnah </i>dan <i>Ijma'</i>,
akan dijaga dan dilestarikan menurut kesepakatan para ulama. Dan kalau
yang memperkuatnya adalah dasar yang masih dipertentangkan seperti; <i>Maslahah Mursalah, Istihsan </i>dan <i>Ijma' </i>penduduk Madinah, maka keberadaannya juga diperdebatkan. </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<strong><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">B. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Adat sebagai Parameter Aplikasi Hukum-Hukum Mutlak (yang belum mempunyai ketetapan pasti)</span></strong></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> Merupakan kebijaksanaan Allah </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Subhanahu Wa Ta’ala</i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">, Dzat yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui, dengan men</span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">syariat</i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">kan beberapa hukum yang mutlak dan menyerahkan kepada orang-orang yang kredibel (</span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">ulama</i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">) untuk menjelaskan dan mengaplikasikannya sesuai dengan tuntutan kemaslahatan dan adat (</span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">tradisi</i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">)
yang berlaku di kalangan umat Islam pada waktu itu. Sehingga Islam
mampu menjadi agama yang elastis, adaptif dan tetap relevan dalam setiap
ruang dan waktu. Karena seandainya dalam Islam hanya ada satu ketetapan
hukum tanpa memandang kemaslahatan dan adat yang berlaku di berbagai
penjuru dunia, maka manusia akan berada dalam kesulitan yang tidak
terperikan dan kiranya tidak pantas Islam menyandang predikat </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">"Rahmatan li al-'alamin"</i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">.
Sebaliknya, kalau ketetapan Islam mengikuti semua kemaslahatan umat
manusia dalam setiap dimensi waktu yang terus mengalami perubahan, maka
perintah yang di bebankan kepada manusia akan tak terhitung banyaknya
sedangkan mereka tidak sanggup lepas darinya. Hal itu akan menyebabkan
hancurnya tatanan syariat yang diletakkan di atas dasar yang kuat ini,
yaitu meringankan beban. </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt; text-align: justify;">Di
bawah ini, kami akan mencoba menyebutkan sebagian contoh hukum-hukum
mutlak yang aplikasinya di sandarkan pada adat yang berlaku;</span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">1. Rasulullah </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam</i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> bersabda;</span></div>
<div dir="RTL" style="margin-right: 9pt; text-align: justify;">
<span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">من رأى منكم منكرا فليغيّره بيده, فإن لم يستطع فبلسانه......الحديث</span></b><span dir="LTR" lang="AR-SA" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;"> </span><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">"Barang
siapa diantara kalian melihat suatu kemunkaran, maka hendaklah dia
menghilangkannya dengan tangannya, kalau tidak sanggup maka dengan
ucapannya......"</span></i><i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></i><b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">(HR. Muslim).</span></b><a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftn11" name="_ftnref11"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"><span style="font-size: 10pt;">[11]</span></span></a><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> Fuq</span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">o</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">ha</span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">’</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> menjadikan hadist ini sebagai salah satu landasan dari kewajiban hukum <i>ta'zir</i> bagi mereka yang melakukan pelanggaran-pelanggaran hukum yang sanksinya tidak ditetapkan secara khusus (<i>had</i>). Mereka mengatakan, <i>ta'zir</i>
bisa diwujudkan dengan segala cara yang dapat mendidik dan mencegah
terulangnya pelanggaran tersebut, selagi tidak sepadan dengan <i>had</i> yang ditentukan Allah. Pernyataaan ini, tentunya mengikut sertakan adat untuk mengimplementasikan hukum <i>ta'zir </i>tersebut,
meskipun, ada beberapa sanksi hukum yang bertujuan mendidik dan
mencegah tanpa adanya perbedaan, seperti; memukul dan memenjarakan.
Al-Qarafi berkata, seperti apa yang dituturkan Ibn Farhun dalam kitab <i>Tabshiroh</i>; <i>"Kebijakan
ta'zir bisa saja berubah tergantung masa dan daerahnya, karena banyak
sekali bentuk sanksi dalam satu daerah dianggap ta'zir, sebaliknya dalam
daerah lain justru merupakan bentuk memulyakan, seperti melepas pakaian
luar <b>(thoilasan)</b> di negara Syiria bukanlah ta'zir tapi memulyakan, dan menanggalkan tutup kepala pada warga Andalus</i></span><i><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> (Spanyol)</span></i><i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> bukan merupakan bentuk penghinaan sedangkan di Mesir dan Irak itu adalah penghinaan"</span></i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">. Demikian juga, sebagian pelanggaran yang dapat mewajibkan <i>ta'zir</i> terkadang bisa berbeda-beda tergantung adat yang berlaku, seperti; menyakiti orang Islam.</span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">2. Allah </span><i style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Subhanahu Wa Ta’ala</i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> berfirman;</span></div>
<div dir="RTL" style="margin: 0cm 26.9pt 0.0001pt 36pt; text-align: justify;">
<span lang="AR-SA" style="background-color: white; font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِنْكُمْ</span><span dir="LTR" lang="IN" style="background-color: white; font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">...</span><span lang="AR-SA" style="background-color: white; font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">الأية</span></div>
<div dir="RTL" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<i><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">"......dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu......"</span></i><i><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></i><b><span dir="LTR" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">(QS. Al-Tholak; 2).</span></b><span dir="LTR" lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; margin-right: 36pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Dari ayat ini ulama’ mencetuskan syarat <i>'adaalah</i>
(adil) bagi seorang saksi agar persaksiannya dapat dikatakan sah atau
diterima terdapat perbedaan dalam dua madzhab yang berbeda. Fuqoha’
berkata;" <i>'adaalah </i>adalah tabi'at dalam diri seseorang yang dapat menarik orang tersebut untuk tetap konsis dalam taqwa dan menjaga martabat (<i>muru'ah)</i>. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Perbuatan yang dapat menjatuhkan <i>muru'ah,</i> yaitu perbuatan yang menurut tokoh masyarakat menunjukkan nilai moralitas rendah,<i> </i>dapat pula menggugurkan <i>'adaalah</i>".
Perlu diketahui bahwa perbuatan-perbuatan tersebut kadangkala sama
dalam setiap daerah, seperti; kencing berjalan di jalanan, dan
adakalanya berbeda-beda tergantung negara dan daerahnya, seperti;
pekerjaan yang dianggap hina. Suatu pekerjaan tidak akan selamanya
dianggap hina dalam setiap masa dan daerah, seperti; tukang tenun,
dahulu mungkin dianggap sebagai pekerjaan hina, akan tetapi pada masa
sekarang tidak lagi.</span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Walhasil, dalam Islam terdapat beberapa ketetapan<i> </i>yang
masih dimutlakkan kemudian diserahkan ke tangan para Mujtahid, Mufti
atau Qodli untuk mengaplikasikannya dengan mengambil rujukan adat yang
berlaku dalam masyarakat setempat. Termasuk diantaranya, jenis nafkah
yang harus diberikan pada keluarga, bentuk penjagaan dalam masalah
pencurian, dan lainnya. </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">C. </span></b><b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Adat Sebagai Ganti Pernyataan</span></b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Adat,
terkadang dapat mengganti hal yang semestinya membutuhkan ungkapan
perkataan. Seperti; menunjukkan idzin, larangan, bahkan menunjukkan hal
yang bisa dijadikan pegangan oleh saksi, hakim atau <i>mufti</i>. Dengan
arti, adat tersebut bagi mereka dianggap seperti hal yang didengar atau
dilihat sehingga mereka bisa bersaksi atau mengambil keputusan
dengannya. Adat yang seperti ini, kapasitasnya diakui syara' sama dengan
kapasitas perkataan dan dapat menimbulkan ketetapan<i> </i>yang sama dengan pernyataan. Dalam <i>"I'lam Al-Muwaqqi'in"</i> disebutkan: <i>"adat diberlakukan seperti halnya syarat yang diucapkan"</i>. Dalam <i>"Al-Qawa'id" </i>Izzuddin bin Abdussalam menyatakan: <i>"Pasal
dalam menerangkan bahwa apa yang ditunjukkan adat dan suatu kondisi
tertentu bisa mengkhususkan keumuman dan membatasi kemutlakan seperti
halnya kata-kata"<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftn12" name="_ftnref12"><b><span style="font-size: 10pt;">[12]</span></b></a></i>. Hal senada juga diungkapkan ulama</span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">’</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> Hanafiyah dan Malikiyah.</span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Salah
satu contohnya adalah menghidangkan makanan pada tamu, menunjukkan
bahwa tuan rumah telah memberinya idzin untuk memakannya. Memagari area
tanah, menunjukkan larangan bagi orang lain mengunakan tanah tersebut.
Pengunaan toilet umum tanpa mengucapkan akad sewa, menjelaskan waktu di
dalamnya dan kadar air yang dipakai. Dan dalam beberapa hal, seorang
hakim bisa memvonis dengan apa yang berlaku di kalangan masyarakat
setempat, seperti, menentukan harta (gono-gini) milik suami atau istri
ketika terjadi pertentangan antara keduanya. </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">D. </span></b><b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Adat Penggunaan Istilah Tertentu<span style="color: red;"> </span></span></b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Penggunaan istilah tertentu dalam suatu komunitas, menurut kesepakatan ulama</span><span lang="IN" style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">’</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">,
juga menjadi pertimbangan dalam menentukan satu ketetapan hukum, baik
menyangkut perintah syari'at atau dalam masalah sosial. Maksudnya,
perkataan seseorang akan diartikan sesuai dengan arti yang biasa
dipakai daerah tersebut. Karena, secara dzohir, orang tersebut tidak
akan menggunakan suatu istilah kecuali dengan arti yang berlaku.
Contohnya, lafadz haji secara bahasa berarti menuju sesuatu yang
diagungkan, menurut <i>urf syar'i</i>, haji mempunyai pengertian menuju Ka'bah pada bulan-bulan haji. Ketika Rasulullah <i>Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam</i> bersabda :</span></div>
<div dir="RTL" style="text-align: justify;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;">ياأيها الناس كتب عليكم الحج فحجوا</span></b></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">“Wahai sekalian manusia, telah diwajibkan atas kalian (ritual) haji, maka berhajilah kalian” </span></i><b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">(HR. Muslim)</span></b><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">,</span><a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftn13" name="_ftnref13"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">[13]</span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 16pt;"> </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">maka, yang diperintahkan oleh Beliau adalah haji menurut <i>urf syar’i</i>. Hal ini, berlaku juga dalam berbagai bentuk <i>akad </i>dan hubungan sosial lainnya, seperti jual-beli, syarat, talak dan sumpah. </span></div>
<div style="direction: ltr; text-align: justify; text-indent: 36pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;"> Mereka juga sepakat bahwa istilah tersebut bisa dijadikan <i>mukhoshsish </i>(yang mengkhususkan keumuman) dan <i>muqayyid</i>
(yang membatasi kemutlakan). Dalam ketentuan ini, tidak ada perbedaan
antara istilah yang berlaku secara umum atau hanya dalam satu komunitas
tertentu, kecuali hukum yang diambil dari istilah umum akan
diimplementasikan secara umum pula dan yang diambil dari istilah
komunitas tertentu akan dikhususkan pada kalangan tersebut.<b> </b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br clear="all" /></div>
<hr size="1" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" width="33%" />
<div style="text-align: justify;">
<div style="direction: ltr; line-height: 13pt; unicode-bidi: embed;">
<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftnref1" name="_ftn1"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[1]</span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span>. DR. Ahmad Fahmi Abu Sinnah, <i>al-adatu wa al-‘Adah fi Ra’yi al-Fuqaha’</i>, hal. 10.<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="direction: ltr; line-height: 13pt; unicode-bidi: embed;">
<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftnref2" name="_ftn2"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[2]</span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span>. Ibn ‘Amir al-Hajj, <i>Syarah Tahrir</i>, vol. 1, hal. 282.<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="direction: ltr; line-height: 13pt; unicode-bidi: embed;">
<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftnref3" name="_ftn3"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[3]</span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span>. Shahih Bukhori, <i>Kitab Fadloil al-Qur’an, </i>bab, <i>Ta’lif al-Qur’an, </i>no-Hadist 4993.<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="direction: ltr; line-height: 13pt; unicode-bidi: embed;">
<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftnref4" name="_ftn4"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[4]</span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span>. Khatib al-Baghdady, <i>Tarikh Baghdad</i>. <span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="direction: ltr; line-height: 13pt; margin-left: 9pt; text-indent: -9pt; unicode-bidi: embed;">
<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftnref5" name="_ftn5"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[5]</span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span>. <i>Attaqrir Syarah Attahrir </i>vol. 1/68, vol.2/2, muqoddimah Ibnu khuldun hal. 128, <i>kutub Ilm al-Ijtima’ fi Bahst al-adati, Ilm an-Nafsi fi Bahts al-Adah, Al-Mabsuth fi Mabahits Mukhtalifah.</i><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="direction: ltr; line-height: 13pt; unicode-bidi: embed;">
<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftnref6" name="_ftn6"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[6]</span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span>. <i>Shahih Bukhori</i>, - <i>Kitab al-Anbiya’ – </i>bab – <i>Shafhah an-Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam</i>. No-Hadist, 3560.<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="direction: ltr; line-height: 13pt; unicode-bidi: embed;">
<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftnref7" name="_ftn7"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[7]</span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span>.
Yaitu, menjual kurma atau anggur basah yang masih dibatang pohonnya
dengan kurma atau anggur kering. Transaksi ini diperbolehkan di bawah
kadar nishob zakat (5 wasaq) dengan catatan yang di atas batang pohon
ditaksir terlebih dahulu dan yang kering di takar. Abi Zakariya
al-Anshori, <i>Hasyiyah asy-Syarqawi ‘ala Tuhfah ath-Thullab, </i>Dar al-Fikr, Beirut, vol- II, hal. 63-64.<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="direction: ltr; line-height: 13pt; unicode-bidi: embed;">
<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftnref8" name="_ftn8"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[8]</span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span>. Abu al-‘Abbas Syihabuddin Al-Qarafi Al-Maliki, <i>Al-Faruq</i>, vol. 3, hal. 149.<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="direction: ltr; line-height: 13pt; margin-left: 9.05pt; text-indent: -9.05pt; unicode-bidi: embed;">
<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftnref9" name="_ftn9"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[9]</span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span>. ini adalah sebagian ucpan dari Abdullah bin Mas’ud ra. Yang lengkapnya :</div>
<div dir="RTL" style="line-height: 13pt; margin-right: 9.05pt; text-indent: -9.05pt;">
<b><span lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;">إن
الله تعالى نظر إلى قلوب العباد فوجد قلب محمد صلى الله عليه وسلم خير
قلوب العباد فاصطفاه لنفسه ….. الحديث إلى أن قال وما رأوه سيئا فهو عند
الله سيئ .</span></b><b> </b></div>
<div style="direction: ltr; line-height: 13pt; margin-left: 9.05pt; text-indent: -9.05pt; unicode-bidi: embed;">
Imam Ahmad, <i>al-Musnad </i>vol. 1/379. <span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="direction: ltr; line-height: 13pt; unicode-bidi: embed;">
<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftnref10" name="_ftn10"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[10]</span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span>. Imam Malik, <i>al-Muwattho’,-Kitab al-Aqdliyah- </i>bab <i>– al-Qodlo’ fi al-Mirfaq</i>.<i> </i><i><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span></i></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="direction: ltr; line-height: 13pt; unicode-bidi: embed;">
<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftnref11" name="_ftn11"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[11]</span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span>. <i>Shahih Muslim, </i>- <i>Kitab al-Iman – </i>bab – <i>Kaun an-Nahyi ‘an al-Munkar min al-Iman</i>.<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="direction: ltr; line-height: 13pt; unicode-bidi: embed;">
<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftnref12" name="_ftn12"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[12]</span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span>. Ibn Abdissalam, <i>Al-Qawa’id</i>, vol. 2, hal. 121.<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span></div>
</div>
<div style="direction: ltr; line-height: 13pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<a href="http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-problematika-modern-1#_ftnref13" name="_ftn13"><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[13]</span></span></a><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: 'Traditional Arabic', serif; font-size: 12pt;"> </span>. <i>Shahih Muslim</i>, <i>kitab al-Hajj</i>, - bab- <i>Furidlo al-Hajj Marrotan fi al-‘Umr</i>.</div>
<div style="direction: ltr; line-height: 13pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<br /></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS',Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Artikel ini pernah dimuat dalam jurnal Teras Pesantren edisi VIII</span></i></div>
<div style="font-family: 'Trebuchet MS',Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 13px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 10pt;">Editor: Irham Ma'arif</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-55537546512339786442014-01-03T13:18:00.000-08:002014-01-05T18:38:28.733-08:00Islam Anti Kekerasan, Sejarah Islam Nusantara, Fungsi Masjid<p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG_PywUSCvE8m482kIy05BxkjucBw_jhNY6OIF8tRauqyPMM2rQD5LDvlC1mhdSkx1HnzRQMmQQBNa1IAJrqxIgotVtIlL8zv7iFSZgjLw6jcO-S390fg9F5PDbYrkQaZpSAUhqh99qC0/s1600-h/islam%252520anti%252520kekerasan%25255B7%25255D.jpg"><img title="islam anti kekerasan" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 15px 0px 0px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="islam anti kekerasan" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisvVHa0l4zbEy-PJN7JoXeSJSzUIn5F6wBYU6YsZDOI7YhTOVpD-JDMo8o1X2N17y2uzQAt9Phqgs_kZW3QNsaUeOVwSb_ANLYQ87Q32WecQwsgwCI-Sk-O3ohIwuZl874ER2IEaz_o-M/?imgmax=800" width="411" height="361"></a> Agama Islam di nusantara itu berkembang tidak melalui pedang atau dengan suatu peperangan. Akan tetapi, agama Islam tersebar dengan metode yang lain dari pada yang lain. Yaitu, dengan cara mendirikan padepokan atau pondok pesantren. <p align="justify"> <p align="justify">Pesantren pertama kali yang ada di pulau Jawa adalah terletak di Ampel Denta, suatu padepokan yang berada di Surabaya yang diberikan oleh Prabu Brawijaya kepada Sunan Ampel (Raden Rahmat). Dengan padepokan ini, Sunan Ampel mengajarkan Islam kepada putra-putri penduduk pribumi yang berasal dari bermacam-macam etnis dan latar belakang. Ada yang dari latar belakang mantan perampok, seperti Sunan Kalijaga. Ada yang dari paham Kejawen, seperti Sunan Muria. Dan ada yang berasal dari keluarga kerajaan, yaitu Sultan Fatah, Raden Hasan dan Raden Husein, dan lain-lain dari beberapa penduduk pribumi. <p align="justify"> <p align="justify">Semua santri-santri yang dari aneka etnis ini bersatu padu hidup dalam satu tempat. Mereka belajar dan menuntut ilmu kepada Raden Rahmat yang merupakan keponakan putri Campa, salah satu selir dari Raja Brawijaya. <p align="justify"> <p align="justify">Untuk mengembangkan persebaran agama Islam di nusantara, para Wali Songo yang diketuai oleh Sunan Ampel merintis sebuah masjib agung yang terletak di kota Demak, masjid Bintoro. Masjid ini merupakan perpaduan antara budaya Arab dan Jawa, sebab serambinya masjid ini diambil dari serambi yang ada di kerajaan Majapahit. Dari dua perpaduan yang antik ini banyak orang yang mengkeramatkan masjid Bintoro. <p align="justify"> <p align="justify">Keanehan masjid ini juga terletak pada sakanya. Mulanya oleh arsitekturnya (kanjeng Sunan Kalijaga), sakanya ini ada tiga (tiga ini merupakan lambang Iman, Islam dan Ihsan), kemudian setelah ditimbang-timbang oleh kanjeng Sunan Kalijaga, saka tiga ini kurang pas. Akhirnya, kanjeng Sunan Kalijaga menambahkan satu saka lagi yang akhirnya jumlahnya menjadi empat. Saka terakhir ini tidak seperti yang tiga. Tapi, saka terakhir ini terbuat dari tatal (serpih-serpih kayu yg ditarah (diketam). Dari jumlah empat yang digagas oleh Sunan Kalijaga ini mempunyai sebuah arti bahwa orang Islam yang ingin selamat dunia dan akhirat harus menjalankan empat perkara.Yaitu, Syari’at, Tarekat, Hakikat dan Makrifat. <p align="justify"> <p align="justify">Masjid merupakan kunci syiarnya agama Islam. Hal ini sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw di awal dekade Hijriyah. Masjid yang pertama beliau bangun adalah masjid Quba. Kemudian di tengah perjalan hijrahnya, beliau membangun masjid lagi, yaitu masjid Jumat. Dan terakhirnya ketika Nabi Muhammad Saw sampai ke Madinah, beliau berhenti di mana unta yang dikendarai akan berhenti. Di situ beliau bertempat tinggal dan membangun masjid Nabawi. Dari uraian sejarah tadi menunjukan betapa pentingnya sebuah masjid sebagai pusat penyebaran agama Islam. Agama Islam di Sarang, tempat di mana kita menimba ilmu juga tidak bisa lepas dari peran penting masjid seperti fungsinya yang terdahulu. Masjid pertama kali di Sarang bertempat di Belitung yang didirikan oleh orang yang sakti mandraguna yang merupakan leluhur dari ulama-ulama Sarang. Kapan masjid Sarang itu berdiri tidak ada orang yang mencatat. Namun, di masjid itu banyak sekali terdapat keanehan sebagaimana yang disaksikan oleh Syaikhina Maimoen Zubair. Masjid ini tidak memakai paku. Usuk dan rengnya hanya ditumpukan pada sebuah lubang untuk pengerat. <p align="justify"> <p align="justify">Keanehan masjid Belitung juga dilambangkan pada sebuah ikan Lele yang berwarna Putih yang terletak di kolam yang tidak jauh dari masjid tersebut. Dahulu ketika bangunannya tidak memakai paku, Lele Putih itu masih sering menampakkan diri. Namun, setelah masjid tersebut sudah direnovasi sebagaimana masjid-masjid yang lain, ikan Lele tadi sudah tidak nampak lagi. Subhanallah. Sungguh kejadian ini pernah dialami oleh Syaikhina Maimoen Zubair sendiri. <p align="justify"> <p align="justify">Nenek moyang Syaikhina Maimoen Zubair zaman dahulu sering Jumatan di masjid Belitung. Beliau berasal dari Madura, beliau adalah Kiai Usmant bin Kiai Ya’qub bin Kiai Ma’ruf bin Kiai Shamad bin Kiai Abdurrafiq bin Kiai Abdul Mufid. Setelah masjid Agung Bintoro jadi, masjid itu tidak langsung diresmikan. Tapi, menunggu pembuatan Serambi yang diambil dari kerajaan Majapahit yang sering digunakan untuk pasebanan pembesar keraton. <p align="justify"> <p align="justify">Ketika kerajaan Majapahit tumbang, kemudian digantikan dengan kerajaan Demak dan karajaan yang berada di kota Solo, yaitu kerajaan Pajang. Kerajaan Demak dipimpin oleh Sultan Fatah, putra Brawijaya dari selirnya. Sedangkan kerajaan Pajang dipimpin oleh putra Brawijaya dari permaisurinya. Raden Fatah sejak dari kecil sudah menganut agama Islam, sebab ibunya beragama Islam. Di dalam Islam jika ada anak lahir dari ibu yang Islam dan ayah yang tidak Islam, maka anaknya menjadi Islam, karena agama Islam itu tinggi tidak ada yang mengungguli agama Islam. <p align="justify"> <p align="justify">Kedua kerajaan hasil perpecahan Majapahit tadi saling menghargai. Meskipun sebenarnya Pajang ini masih menganut ajaran Hindu yang sangat kental sekali dengan paham kejawennya. Kental dengan yang namanya mitos pantai Selatan. Namun, sedikit demi sedikit Islam tertanam di hati orang Solo, meskipun tidak sekuat dengan Islam yang ada di Demak. Maka dari itu, jangan kasar-kasar kalau mengajarkan agama Islam kepada orang Solo. <p align="justify"> <p align="justify">Sebagai simbol kerukunan kerajaan tersebut, Raja Pajang mengutus dua pemuda yang sudah masuk Islam untuk pergi ke Demak. Namun, belum sampai ke Demak kedua utusan tersebut meninggal di jalan, tepatnya di daerah Cepu, di Sumber Wates. Utusan tadi terkenal dengan sebutan dengan Sunan Janjang. Sunan Janjang ini adalah salah satu Sunan yang gemar akan budaya Wayang dengan lakon Semar dan Gareng. <p align="justify"> <p align="justify">Setelah masjid yang menjadi tanda syiarnya agama Islam, hendaknya umat Islam itu selalu berpegang teguh pada ajaran ulama salaf dengan mengkaji karangan-karangannya yang bertuliskan dengan literatur bahasa Arab tanpa diberi harakat dan makna. Mereka dapat memahami kitab tersebut. Tapi, sayangnya di zaman sekarang, kebudayaan dengan kedua metode tersebut kian hari tambah berkurang. Banyak orang yang memahami ajaran Islam lewat terjemahan. Mereka menjadi kiai tetapi tidak bisa membaca kitab gundul. Sungguh aneh kenyataan ini. Syarat untuk tafaqquh fiddin itu harus bisa berbahasa Arab, sebab Al-Quran dan al-Hadist itu berbahasa Arab. <p align="justify"> <p align="justify">Inilah rahasia Allah. Allah tidak bisa dipaksa. Allah berkehendak untuk melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. ”Saya menginginkan kamu juga menginginkan tapi Allah melakukan apa yang diinginkan-Nya.” Tapi, jangan kamu hina mereka yang mempelajari agama Islam dengan lewat terjemahan. Biarlah mereka melakukan jalannya sendiri. Yang terpenting kamu sekalian melakukan jalan yang sesuai dengan ajaran yang ditempuh ulama salaf. <p align="justify">Berkaitan dengan permasalahan di atas, dahulu Syaikhina Maimoen Zubair pernah showan kepada salah satu kiai yang mempunyai keramat. Beliau adalah Kiai Rahmat. Di perjalan itu beliau ditemani dengan temannya. Namun, teman Syaikhina Maimoen tadi tidak sadarkan diri di tengah perjalannya. Tiba-tiba ada seseorang yang datang entah dari mana asalnya. Orang tersebut berpesan kepada Syaikhina Maimoen untuk mempertahankan tulisan yang ditulis dengan huruf alif, ba’, tak (huruf Hijaiyah). Kelak akan ada zaman, di mana seseorang belajar agama Islam tidak lagi menggunakan tulisan tersebut. <p align="justify">Setelah doa orang tersebut diamini oleh Syaikhina Maimoen, tiba-tiba orang tersebut hilang entah ke mana. Subhanallah. Marilah kita mewarisi jejak-jejak ulama salaf dengan cara mempelajari Islam yang sesuai dengan jejak ulama salaf tersebut. Yaitu, dengan cara memakai kitab yang berliteratur Arab. Tapi, kalau ada yang memakai terjemahan jangan diganggu-ganggu. Biarkanlah mereka menempuh jalan yang diyakininya. <p align="justify">Salah satu karya peninggalan ulama salaf adalah kitab Fathal Qarib dan Fathal Muin. Hal ini sesuai dengan apa yang dialami oleh Mbah Ghazali bin Lanah ketika manjalankan ibadah haji. Yaitu, ketika hendak menunaikan ibadah haji, beliau tidak menemui hari untuk wuquh di Arafah. Akhirnya, beliau terpaksa menginap di Arab guna untuk menyempurnakan ibadah hajinya di tahun mendatang. <p align="justify"> <p align="justify">Di sela-sela Mbah Ghazali menunggu datangnya musim haji lagi, beliau menyempatkan diri untuk mengaji kitab Fathal Muin karya Syaikh Zainudin al-Malibari dan tafsir Al-Jalailain karya Imam Jalalain kepada ulama setempat. <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 7 Desember 2011 <p align="justify">Catatan: Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair pada saat pembacaan sanad Fathal Qorib dan Fathal Muin serta Mahalli di acara Muwada’ah PP. Al-Anwar pada 9 Juli 2011. ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-9525923758404203282014-01-02T20:41:00.000-08:002014-01-05T18:38:28.747-08:00Isinya Al-Quran ada tujuh pembahasan, Kesinambungan Ulama<p align="justify">Sungguh ada kebahagiaan yang sangat mendalam jika masih ada umat Islam yang berpegang teguh pada ajaran ahlusunnah waljamaah. Yaitu, golongan yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw dan yang mengikuti kelompok sahabat Rasulullah Saw yang mengembalikan suatu perkara kepada asalnya. Yaitu, Al-Quran dan al-Hadis. Se<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2ZBK2LXUO0Aw9IE1y1QY_VMTOhmzvkCfcUggHz4ulOZZ7tI5oUAHiAyI8x9OSsUz62mRgewgkoav-N87cM6cd7-G7LspsbJt3k27fDo7Vv2Qr3SYqsYnhMA4gTMGl44zes6RxKc6WUHg/s1600-h/quran-ilmu-pengetahuan%25255B6%25255D.jpg"><img title="quran-ilmu-pengetahuan" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 0px 0px 15px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="quran-ilmu-pengetahuan" align="right" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8spvUdilroT6T0ymvL_yv4NH58w0STQYlbcccGCYkQ0xx4im9vlwjVyIh3VBXdulccgmiozLkIYcFs5nADLeFtzrtsdrM3f6GliLdhWKjlfvzUdjNRi0-_r3bjt6FTQru353BqMxK2_k/?imgmax=800" width="349" height="515"></a>bab, keduanya ini saling berkaitan. <p align="justify"> <p align="justify">Sebaik-baiknya zaman adalah zamannya Rasulullah Saw, terus zaman setelahnya dan setelahnya. Masa kenabian itu berjumlah 23 tahun. 13 tahun Rasulullah Saw berada di Makkah dan 10 tahun berada di Madinah. Di kedua tempat mulia ini merupakan masa pokok keislaman. Banyak sahabat hafal Al-Quran yang mana Al-Quran di waktu itu belum ditulis. Al-Quran hanya di hati dan bibir. <p align="justify"> <p align="justify">Setelah Rasulullah Saw wafat, kekuasaan Islam pindah kepada masa Khulafaur Rasyidin. Islam di masa ini terus berkembang. Sehingga, banyak sesuatu yang belum ada di zaman nabi telah diadakan oleh para sahabat. Pembuatan Baitul Mal (zaman Abu Bakar), penyatuan salat Tarawih (masa sahabat Umar bin Kattab) dan pembukuan mushaf Al-Quran (zaman Usman bin Affan). Pembaharuan ini dijalankan karena memang karena adanya suatu kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan. Ini bukanlah bid'ah sebagaimana yang dianggap oleh orang-orang awam, bahwa segala bid'ah itu menyesatkan. <p align="justify"> <p align="justify">Pada masa Abu Bakar, Al-Quran itu dikembangkan menjadi sebuah tulisan, yang kemudian disempurnakan oleh khalifah yang ketiga, Usmant bin Affan. Pada zaman sahabat ini, Al-Quran masih berbentuk tiga kategori, Al-Quran yang masih di hati sanubari, Al-Quran yang berupa bacaan, dan Al-Quran yang sudah berbentuk tulisan. Namun, di sini yang paling banyak dikerjakan dan diamalkan oleh sahabat adalah Al-Quran yang di hati. Sehingga, membuat masanya sahabat adalah masa yang baik setelah zaman Rasulullah Saw. <p align="justify">Sedikit sekali pada zaman sahabat orang yang hafal Al-Quran secara utuh. Yang hafal secara awal sampai akhir cuma enam orang. Kebanyakan dari mereka hanya hafal surat-suratan. Namun, perlu diketahui, bahwa hafal Al-Quran itu tidak harus hafal semuanya. Sebab, Al-Quran itu pembahasan sering diulang-ulang dengan gaya bahasa yang berbeda. Isinya Al-Quran ada tujuh pembahasan, <ol> <ol> <li> <div align="justify">Mentauhidkan Allah, </div> <li> <div align="justify">Memberi kabar gembira, </div> <li> <div align="justify">Memberi kabar ancaman, </div> <li> <div align="justify">Perintah untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, </div> <li> <div align="justify">Nasehat- nasehat, </div> <li> <div align="justify">Cerita-cerita, </div> <li> <div align="justify">Petunjuk.</div></li></ol></ol> <p align="justify">Pada zaman 100 H ke atas, masa Islam pindah dari zaman sahabat menuju zaman Tabi’in. Di era ini kemajuan Islam terus berkembang terutama dalam segi masalah ilmu pengetahuannya. Ide-ide cemerlang terus berdatangan. Hingga pada masa Umar bin Abdul Aziz timbullah suatu gagasan yang berlian. Yaitu, tentang pembukuan hadist Nabawi. Dalam hal ini Umar memberi rekomendasi khusus kepada Imam az-Zuhri untuk menjadi pelopornya. <p align="justify"> <p align="justify">Tahun 200 H ke atas. tongkat kekuasaan Islam berpindah lagi. Dari zaman Tabi’in menuju zaman Tabi’it Tabi’in. Di asar ini perkembang Islam bertambah lagi. Yang asalnya cuma ada pembukuan Al-Quran dan al-Hadist ditambah lagi. Sekarang timbul iman-imam Madzhab yang menyusun kitab Fikih sedemikian rapinya. <p align="justify">Masa 300 H ke atas. Masa ini merupakan <a title="zaman, WAKTU" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Waktu" rel="tag" target="_blank">zaman</a> di mana pemikiran akal semakin berkembang. Semuanya harus dirasionalkan. Hingga muncul kaum Mu’tazilah yang selalu mengedepankan <a title="akal" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Akal" rel="tag" target="_blank">akal</a> dari pada dalil Naqli. Maka dari permasalahan ini, oleh Imam Asy'ariyah dan Maturidayah mengawinkan antara Nash dan Akal hingga muncul dalil yang namanya dalil Naqli dan Aqli. <p align="justify"> <p align="justify">Era 400 H ke atas. Sanah ini adalah salah satu masa yang dipelopori oleh Imam Abu Bakar al-Bakilani. Di masa ini pembukuan kitab Fikih terus disempurnakan. Muncul madrasah Nizhamiyah yang mengeluarkan pemikir-pemikir Islam yang handal. Namun selain itu, muncul pula fitnah besar yang berupa adanya kaum Syiah Qororiroh yang sangat kejam. Kaum ini menjadi baksil atas kemajuan Islam. Mereka mencuri Hajar Aswad yang berada di Makkah dan membantu orang-orang kafir untuk menguasai Baitul Maqdis dari tangan umat Islam. <p align="justify"> <p align="justify">Tahun 500 H ke atas. Ketika umat Islam sebelum tahun ini terkena guncangan fitnah yang besar, maka Allah meredakan fitnah tersebut lewat Imam Al-Ghazali, salah satu pengajar di madrasah An-Nizhamiyah yang mempunyai salah satu murid yang terkenal "rawe-rawe rantas malang-malang putung." Shalahuddin al-Ayyubi namanya. Kelak di tangannya kejayaan Islam kembali lagi. Beliau berhasil merebut Madjidil Aqsha dari tangan-tangan orang kafir, dan mengembalikan Hajar Aswad yang asalnya dicuri oleh orang syi’ah ke tempat asalnya. Di masanya juga, muncul pensyiaran tentang acara Mauludiyah yang merupakan acara sebagai bukti kecintaan seseorang terhadap Rasulullah Saw. Dan tidak kalah hebohnya, setelah Imam Al-Ghazali, telah muncul Imam Nawawi dan Imam Rafii yang mana keduanya ini telah berhasil mengemas kitab karangan Imam al-Ghazali. <p align="justify"> <p align="justify">Tahun 600 H ke atas. Islam kembali diguncangkan oleh fitnah yang besar lagi. Pelakunya lagi-lagi adalah orang Syi’ah yang membantu orang-orang Mongol untuk menjatuhkan kerajaan Arab, Abbasiyyah. Di saat penaklukan Semenanjung Arab ini, banyak Ulama, seperti Imam Ibnu Daqiqil 'Id yang lari dari Bagdad menuju Syam. Namun, atas izin Allah, ada pembesar Mongol yang masuk Islam, Timur Leng. Dia yang menyebarkan Islam untuk rakyat Mongol. <p align="justify"> <p align="justify">Tahun 800 H ke atas. Lahir seorang ulama besar. Imam Al-Bulqini namanya. Kemudian setelahnya, muncul pula ulama yang agung. dialah yang menghasilkan beberapa ilmu pengetahuan Islam. Ulama itu tidak lain adalah Imam As-Suyuti. <p align="justify"> <p align="justify">1000 H ke atas. Kitab-kitab Islam telah mengalami perkembangan lagi. Sebab, di masa ini muncul kitab Hasyiyah yang dipelopori oleh sebagian ulama. Di antaranya adalah Imam Zam-Zami dan kawan-kawannya. Kitab Hasyiyah merupakan suatu kebutuhan untuk menjabarkan dan memperluas ilmu-ilmu yang ada pada kitab matan dan syarah. Dengan adanya kitab hasyiyah dapat memperjelas sesuatu yang ada di kitab Matan dan Syarah. <p align="justify">1100 H ke atas. Perkembangan ilmu pengetahuan Islam maju lagi. Yaitu, munculnya kitab al-Barjanji yang mensyiarkan tentang rasa cinta kepada Rasulullah Saw. Janganlah kalian melupakan kitab asal ini meskipun sudah ada kitab-kitab yang memuji terhadap Rasulullah Saw yang lain yang dikarang oleh ulama selain imam al-Barjanji. <p align="justify"> <p align="justify">1200 H ke atas. Lahir ulama yang berMadzhab Hanafi, akan tetapi dirinya juga cinta Madzhab Syafii. Beliau tidak lain adalah Sayyid Murtadlo. Ulama ini yang telah mensyarahi kitab Ihya karangan Imam Al-Ghazali yang merupakan pegangan Madzhab Syafii. Percampuran yang menyebabkan peralihan ini juga terjadi kepada keturunan Syaikh Baker al-Jugjawi yang kebanyakan keturunannya menjadi Muhammadiyah yang menganut organisasi Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan itu sendiri menjadi Muhammadiyah karena pengaruh dari gurunya. Syaikh As-Syukati namanya. Dia itu berpaham Muhammadiyah. <p align="justify"> <p align="justify">Karena sejarah yang bercampur ini, Syaikhina Maimoen tidak berani membenci orang-orang Muhammadiyah sebab banyak keturunan gurunya yang menjadi pengikut Muhammadiyah. Namun, Syaikhina Maimoen juga tidak mau mengikuti Muhammadiyah. Beliau tetap pada Nahdlatul Ulama. Sekarang banyak orang yang NU ngakunya, tapi tidak memenuhi ajaran ahlusunnah waljamaah. Orang yang seperti ini lebih baik orang-orang yang berpaham Muhammdiyah. <p align="justify">1300 H ke atas. Islam mencapai perkembangan dalam ilmu pengetahuan lagi lewat ulamanya yang handal. Beliau tidak lain adalah Sayyid Zaini Dahlan. Sosok yang alim yang tersegani di Makkah dan luar Makkah. Beliau banyak mengarang kitab yang kini tersebar di belahan dunia. <p align="justify">1400 H ke atas. Telah lahir pemikiran <a title="ulama ulama" href="http://pondokalanwar.blogspot.com/2013/12/para-kyai-pulau-jawa-dan-kh-hasyim.html" rel="tag" target="_blank">ulama</a> yang menjadi panutan umat Nabi Muhammad Saw. Namanya sesuai dengan nama Rasulullah Saw. Sosok itu tidak lain adalah Sayyid Muhammad bin Alawy al-Maliki. Beliau dikabarkan menjadi mujaddid yang menempati abad ini. Banyak ulama yang terdidik hasil dari tangannya, seperti halnya ulama yang ada di kota Sarang. Banyak masyayeh yang pergi belajar ke Makkah menuju Ribath yang diasuh Sayyid Muhammad. Adapun Syaikhina Maimoen itu sendiri adalah orang yang hidup pada masa 1300 H dan 1400 H. Yang terpenting bagi kita semua adalah mengikuti ajaran ahlusunnah waljamaah yang berpendapat bahwa Al-Quran itu Qadim (dahulu) bukan hadis sebagaimana yang dikemukakan oleh orang Mu’tazilah. <p align="justify"> <p align="justify">Keistimewaan Al-Quran itu bersinar pada diri Rasulullah Saw. Duhulu pada zaman sahabat jika ada orang yang memandang Rasululah Saw, maka mereka bisa menjadi alim sebab keberkahan yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Dan sumber utama kealiman itu juga berasal dari Nabi Muhammad Saw yang ilmunya tidak dapat dibayangkan karena saking banyaknya. <p align="justify"> <p align="justify">Ajaran Islam yang dibawa oleh Rasululah Saw pada awal dekade sangatlah asing dan kelak akan kembali asing lagi. Selain asing juga aneh. Mengapa? Karena ketika Islam itu besar, disebabkan oleh Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Akan tetapi, orang yang pertama kali masuk Islam bukan dari kalangan mereka. Tetapi yang pertama kali masuk Islam adalah Abu Bakar. Islam juga besarnya di daerah pedesaan, yaitu Yastrib bukan di Makkah. Aneh lagi, meskipun Abu Bakar adalah orang yang pertama kali masuk Islam, tapi ketika kita membaca shalawat itu diperuntukan kepada Rasulullah Saw dan keluarganya bukan untuk Abu Bakar. <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 20 Juli 2010 <p align="justify">Catatan: Artikel ini disarikan dari caramah Syaikhina Maimoen Zubair pada saat pembacaan sanad kitab Fathul Qarib dan Fathul Muin 2010. ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-39219480114132010082014-01-02T19:53:00.000-08:002014-01-05T18:38:28.841-08:00Alam Mulki dan Alam Malakut serta Tips Menuju Kesejahteraan di Dunia dan Akhirat.<p align="justify"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdUGQVXC0sCZ93x2YGwu4xETD_us6YlJw5Go2gjxGDUWaF4dvMZb5COG6mcaievpzUtNxQKHg93hacT0Lw2csnnpdKLxTarxAdnxCLMFRWcqDcaCw-Uz5M4aLXTvaotP8SvJ9zwCs4XZA/s1600-h/kesejahteraan%252520yang%252520akan%252520diperoleh%252520di%252520dunia%252520dan%252520akhirat%25255B12%25255D.jpg"><img title="kesejahteraan yang akan diperoleh di dunia dan akhirat" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin-left: 0px; border-left: 0px; display: inline; margin-right: 0px" border="0" alt="kesejahteraan yang akan diperoleh di dunia dan akhirat" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq-GcJRXvHkib5hJGFvZrVZdCGMxRfSKO7iXrLuTaUOr2PvcVzzDsIJofwFCchIuMD2gpZ-ZkCQDz-mxzkTgsOq1E8niEX8OiQ9jZ0d2etN67gV42mHGnX4ixRMN6bw2Go6T5M6EvYx5A/?imgmax=800" width="300" height="436"></a> Alam di jagad raya ini dibagi menjadi dua bagian. Yaitu, alam Mulki dan alam Malakut. Alam mulki yaitu alam yang bisa dilihat oleh manusia dengan kasyaf mata. Sehingga, dalam permasalahan ini orang yang beragama Islam atau pun orang kafir itu bisa menembus dan menjamahnya. Allah berfirman : <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (107</strong></font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"></font> <p align="justify">"Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong." (QS. Al-Baqarah : 107) <p align="justify"> <p align="justify">Mengenai tentang bentuk alam Mulki, bahasannya sangat luas. Tidak hanya terkhusus dengan alam dunia, tetapi keluar dari planet tercinta ini. Di bumi dan langit merupakan alam Mulki yang dinikmati mata selagi masih bisa berfungsi. Dan kebanyakan orang-orang yang menemukan konsep tentang ilmu alam Mulki adalah orang yang bukan Islam. Seperti ilmu Falaq, kebanyakan orang yang ahli di dalamnya adalah orang kafir, seperti bangsa Inggris yang pintar terhadap bidang astronomi sejak awal dekade. Sehingga, dalam permasalahan ini dahulu Mbah Zubair Dahlan mempunyai sebuah keinginan untuk mengaji dan pintar dalam ilmu Falaq. Tapi, sayangnnya ilmu ini tidak ilmiah. <p align="justify"> <p align="justify">Bumi yang kita tempati ini merupakan bagian dari alam Mulki yang diciptakan untuk makhluk Allah yang namanya manusia (Nabi Adam dan keturunannya). Nabi Adam dijadikan Allah sebagai khalifah untuk memakmurkan dunia dengan aturan-aturan yang diatur oleh Allah. Allah berfirman : <p align="right"><strong></strong> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (30</strong></font> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"></font> <p align="justify">"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah : 30). <p align="justify"> <p align="justify">Karena bumi adalah tempat makhluk Allah yang mulia (Nabi Adam dan keturunannya), maka proses dalam penciptaannya juga lama apabila dibandingkan dengan langit yang letaknya berada di atasnya. Hari Ahad, Senin, Selasa, dan Rabu digunakan untuk menciptakan bumi, sedangkan Kamis dan Jumat itu digunakan oleh Allah untuk mencipkan langit. Adapun hari Sabtu Allah libur. Sehingga dari permasalahan ini banyak digunakan teladan untuk orang-orang yang ahli dalam ilmu Perdukunan untuk tidak menyuwuk sebab takut ngobos (tidak berhasil jampe-jampenya). <p align="justify"> <p align="justify">Keistimewaan bumi tidak hanya itu saja. Tetapi masih ada yang lainnya. Bahkan itu lebih menarik, yaitu kelak bumi yang kita gunakan untuk beribadah kepada Allah Swt, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, akan kita bawa ke surga untuk ditempati lagi. Sedangkan langit akan dilipat dan digulung Allah. Allah berfirman : <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (67</strong></font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="justify">"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi dia dari apa yang mereka persekutukan." (QS. Az-Zumar : 67). <p align="justify"> <p align="justify">Setelah pembahasan alam Mulki, Syaikhina Maimoen juga membahas tentang alam Malakut yang tidak kalah pentingnya dengan pembahasan alam Mulki. Alam Malakut berbeda dengan alam Mulki yang bisa dinikmati orang-orang Islam dan orang-orang kafir. Dia lebih terkhusus untuk orang-orang Islam, khususnya mereka yang selalu taat kepada Allah seperti para nabi, auliya' dan orang-orang saleh. Mereka hidup hanya mencari rida Allah. Tentang alam Malakut Allah berfirman : <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ (75</strong></font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="justify">"Dan demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yaqin." (QS. Al-An'am : 75). <p align="justify"> <p align="justify">Seseorang itu akan memperoleh kebaikan kalau dia mau mengetahui alam Mulki dan alam Malakut. Contoh alam Malakut yang tidak bisa dilihat oleh mata adalah Malaikat, Jin dan Setan. Di bawah ini ada contoh-contoh alam Malakut yang diceritakan dalam Al-Quran dan yang pernah dialami oleh seseorang yang dipilih Allah. <p align="justify"> <p align="justify">a. Ibunda Maryam binti Imran, ibu yang melahirkan Nabi Isa As yang semasa hidupnya pernah diasuh oleh Nabi Zakaria. Ketika Nabi Zakaria menaruhnya di sebelah kiri pengimaman masjid, waktu itu Nabi Zakaria ingin mengirim makanan kepada Maryam, tapi malah Nabi Zakaria keheranan dengan apa yang terjadi dengan Maryam. Sebab, Nabi Zakaria melihat sudah ada makanan di samping Maryam. Makanan itu didatangkan Allah dari surga. Allah berfirman : <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ 37</strong></font> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="justify">"Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab." (QS. Ali-Imran : 37). <p align="justify"> <p align="justify">b. Alam Malakut yang terdapat pada Nabi Ibrahim As adalah terjadi pada suatu peristiwa besar tentang pembakaran dirinya atas perintah raja Namrud. Ketika api sudah berkobar dan Nabi Ibrahim sudah dimasukkan ke dalamnya. Dengan izin Allah api itu tidak dapat membakarnya. Justru di dalam api itu Nabi Ibrahim mendapatkan kenikmatan dari Allah yang berupa selain dirinya tidak dapat dibakar dengan api, Nabi Ibrahim juga bisa leyeh-leyeh duduk di atas kursi goyang dengan memakan makanan yang diberikan oleh Allah. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (69</font></strong> <p align="justify"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic"></font></strong> <p align="justify">"Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim",(QS. Al-Anbiya’: 69). <p align="justify"> <p align="justify">c. Setelah mengajar di Madrasah Nizamiyah, Imam Al-Ghazali menjadi orang yang mashur dan kaya. Namun, suatu ketika beliau meninggalkan kenikmatan dunia itu dan berkeinginan untuk menjalankan alam Malakut. Akhirnya, beliau bertekad menjalankan suatu perjalanan yang sangat panjang sepanjang 5000 kilo meter dengan tidak membawa bekal kecuali hanya tawakal kepada Allah Swt. Dengan tawakalnya, Imam Al-Ghazali bisa sampai ke tempat tujuan atas izin-Nya. <p align="justify"> <p align="justify">d. Al-Quran yang dijadikan pedoman hidup umat Islam juga ada alam malakutnya. Yaitu, di dalamnya terdapat keistimewaan yang tidak dapat didapat pada kitab selain Al-Quran. Kepahaman yang mendalam hanya dapat diperoleh oleh orang-orang yang beragama Islam. Selain itu, meskipun Al-Quran itu berbahasa Arab, tapi orang yang paham dan alim dalam bahasa Arab bukan orang Arab asli tapi orang Ajam (Imam Sibaweh). <p align="justify"> <p align="justify">Perlu diketahui bahwa alam Malakut itu tidak terkhusus pada sesuatu yang ada di luar bumi dan yang tidak nampak, namun pembahasannya luas. Kadang ada yang di bumi dan di luar bumi. Namun, yang penting adalah alam Malakut itu hanya diketahui dan dirasakan oleh orang Islam, terutama hamba-hamba Allah yang menjadi pilihan-Nya. <p align="justify"> <p align="justify">Ketika kita sudah mengetahui apa itu alam Mulki dan alam Malakut, maka kita akan beranjak menuju konsep-konsep Islam yang menawarkan sebuah kesejahteraan bagi umatnya yang mau menjalankan ajarannya. Kesejateraannya yaitu berupa kesejahteraan yang akan diperoleh di dunia dan akhirat. <p align="justify"> <p align="justify">Islam sangat menawarkan kesejahteraan bagi pengikutnya. Namun, sayangnya banyak yang tidak mengetahui tentang hal itu. Atau juga memang ia sengaja lari dari konsep tadi, sehingga memilih suatu kehidupan yang enak yang bersifat sementara dengan meninggalkan kehidupan yang bersifat abadi. Tapi, kenyataannya kebanyakan dari mereka sensara di kehidupan dunia ini. Padahal orang Islam itu harus enak dunia dan akhiratnya. Kesensaraan itu disebabkan karena tindakannya sendiri. Kebanyakan dari mereka tidak mau menolong agama Allah, baik disengaja atau pun tidak. Padahal barang siapa yang menolong agama Allah, maka dia akan ditolong Allah. Sehingga, akibatnya berdampak pada diri mereka sendiri. Contoh kecilnya adalah orang Indonesia yang dijajah Belanda selama 350 tahun. Selama dalam kekuasaan penjajah, kesensaraan terjadi di mana-mana. Kadang mereka makan nasi selama 5 bulan dan makan jagung selama 7 bulan. Semua ini terjadi karena di waktu itu bangsa Indonesia yang menolong agama Allah sangatlah sedikit sekali. <p align="justify"> <p align="justify">Konsep Islam sungguh sangat luar biasa. Seandainya umat Islam mau menjalankan Islam sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw, niscaya kesejahteraan akan dirasakan oleh semua lapisan. Contoh kecilnya tentang takaran makan yang diatur oleh Islam. Seorang muslim perindividu itu harus makan perhari bagi orang yang miskin 1 Mud (6 on seperempat). Orang berekonomi sedang makannya 1 Mud setengah. Dan orang yang kaya takaran makannya 2 Mud. Sehingga, kalau ditotal semuanya, bagi seorang yang sedang harus menghabiskan 28 kilo. Mengapa di sini harus 28 kilo? Karena jumlah hari dalam satu bulan menurut penanggalan Islam itu ada 28 hari. Sedangkan untuk hari yang ke 29, bulannya itu tidak nampak. Seandainya kurang dari 28 kilo, maka orang tadi itu belum dikatakan merasakan kesejahteraan yang ditawarkan Islam. <p align="justify"> <p align="justify">Penuturan tadi baru tentang nasinya. Belum menuju lauk-pauknya. Apabila dia sudah normal nasinya, hendaknya memilih lauk-pauk yang enak-enak. Allah befirman: <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (35</strong></font> <p align="justify"> <p align="justify">"Dan kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Al-Baqarah: 35). <p align="justify"> <p align="justify">Namun sayangnya, meskipun ada rumus-rumus yang mengantarkan manusia agar hidup yang enak di dunia dan akhirat, akan tetapi ada sebagian dari mereka yang masih tirakat (puasa Dalail). Dengan puasa ini, mereka menginginkan akan adanya kenikmatan dunia pada masa setelah puasa. Tapi, mereka masih saja melarat. Sebenarnya tirakat puasa itu kebanyakan dilakukan oleh orang-orang yang hendak mendekatkan diri kepada Allah, khususnya para nabi dan waliyullah. Puasamya hanya untuk Allah. Hatinya tidak pernah lepas dari mengingat Allah. Seandainya mereka melupakan Allah dengan waktu yang sangat singkat, niscaya mereka sudah dianggap dosa besar. Dan kebanyakan orang-orang yang menjalakan tirakat sekarang itu niatnya tidak seperti ini, makanya mereka tetap melarat dan miskin. <p align="justify"> <p align="justify">Apabila ada orang yang bernazar ziarah ke makam Wali Songo dengan berjalan kaki padahal tempat antara dia dan tempat yang dinazarinya itu sangat jauh bila dijangkau dengan berjalan kaki, sungguh orang yang bernadzar tadi tidak wajib menjalankan nazarnya dengan berjalan kaki. Sebab, berjalan kaki itu pekerjaan hewan, seperti Kerbau dan Sapi bukan pekerjaan manusia. Dan manusia itu bukanlah Sapi atau Kerbau. Tapi, manusia itu adalah makhluk Allah yang dimuliakan. Dia harus mempunyai alat tranportasi yang dapat mengantarkannya ketika dia hendak pergi ke suatu tempat yang diinginkan, bukan dengan jalan kaki. Ingatlah bahwa Islam itu mulia dan pengikutnya juga harus mulia. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا 70</strong></font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="justify">"Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan." (QS. Al-Isra : 70). <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic"></font></strong> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ (8</font></strong> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic"></font></strong> <p align="justify">"Kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui." (QS. Al-Munafiqun: 8). <p align="justify"> <p align="justify">Sarang. 1 Desember 2010 M <p align="justify">Catatan : Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair pada saat acara KBIH Sarang tanggal 17 Oktober 1998 M. ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-80603736757822925282014-01-02T15:37:00.000-08:002014-01-05T18:38:28.939-08:00Kebaikan Fir’aun, Perang Badar, dan 7 Tahapan Perkembangan Islam<p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic">الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ أَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ (1) وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ (2) ذَلِكَ بِأَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا اتَّبَعُوا الْبَاطِلَ وَأَنَّ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّبَعُوا الْحَقَّ مِنْ رَبِّهِمْ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ لِلنَّاسِ أَمْثَالَهُمْ (3) فَإِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ حَتَّى إِذَا أَثْخَنْتُمُوهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَ فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاءً حَتَّى تَضَعَ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ (4</font> <p align="justify"> <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXxcORn6qe8XziEe9qOObd66gPUVa4Amn-oZrvuHgNHWvTkkxVuvqnlhFhIoCQb4bqmR5LqJe8R45c4D-nKxU2-oqdjBfEt0Dv2YlDISyWMxnH6KI7WlZw9pplRItMmKjKYWiL9R6EIlI/s1600-h/firaun%2525202%25255B6%25255D.jpg"><img title="firaun 2" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 10px 0px 0px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="firaun 2" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfJdz4_milPJzey3rdlT1Jxho-w4C0Lh1CqgEaOb_oEMDL0PHKGVIcovtgInu_VOTGMw2XoDfcHm7B5UVgnOYFl9_IMuS1qKOtjLI3pO4bSgB2vEX3k9c-fjlRQ9yApQ3ubN-8HZQ6POA/?imgmax=800" width="350" height="239"></a> ""Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka. Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti yang haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka. Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka." (QS. Muhammad : 1-4) <p align="justify"> <p align="justify">Surat ini turun di kota Madinah. Menerangkan tentang peperangan antara orang mukmin dengan orang kafir. Perang yang terjadi di waktu itu masih memakai pedang. Pedang itu sendiri terbuat dari besi. Semenjak adanya besi ini banyak leher yang terpotong di saat terjadi peperangan. Besi itu sendiri muncul setelah zamannya Nabi Ibrahim As. <p align="justify"> <p align="justify">Peperangan antara umat Islam dan orang kafir Makkah itu terjadi setelah Nabi Muhammad Saw dan kaumnya diusir dari Makkah. Kemudiam mereka hijrah ke Madinah, tempat di mana orang-orang muslim Anshar siap sedia menolong Rasulullah Saw dan kaum Muhajirin. Sebelum ke Madinah, Nabi Muhammad Saw hijrah ke Thaif terlebih dahulu. Di kota ini, Nabi Muhammad Saw ditolak dan dicaci maki oleh penduduk setempat. Beliau terluka atas penganiaan orang Thaif. Tidak ada orang yang mau menolongnya kecuali seorang pemuda Nasrani yang berhati mulia yang bersedia untuk menolongnya. <p align="justify"> <p align="justify">Hijrahnya Rasulullah Saw ke kota Thaif itu tidak diperintahkan Allah, sehingga beliau ditolak oleh penduduk Thaif. Sedangkan hijrahnya ke Madinah karena diusir kafir Makkah itu atas perintah Allah. Buahnya, di sana beliau bisa menjadi lebih aman dan tentram bila dibandingkan di Thaif meskipun mendapat pertolongan seorang Nasrani. <p align="justify"> <p align="justify">Orang Nasrani yang menolong Nabi Muhammad Saw tadi itu di akhirat tidak mendapat balasan pahala dari Allah. Sebab, syaratnya mendapat pahala itu harus muslim yang beriman kepada Allah. Amalnya orang kafir tadi menjadi tersia-tersia. Tapi, dia tetap dibalas oleh Allah, karena semua kebaikan yang dilakukan manusia, baik muslim atau kafir itu akan mendapatkan balasan. Yang berbuat baik akan mendapat balasan baik. Dan yang berbuat jelek akan mendapat balasan yang jelek pula. Orang kafir yang berbuat baik di dunia akan mendapat balasan baik di dunia. Berbeda kalau di akhirat amalnya akan tersia-sia. Contoh kecilnya adalah raja Firaun. Meskipun raja Firaun itu adalah kafir, akan tetapi selama hidup di dunia dia mempunyai amal baik. Dia suka menulis lafal basmalah di setiap pintu rumahnya. Sehingga, dia dibalas dengan mendapatkan balasan berupa tidak pernah mengalami sakit selama hidupnya. <p align="justify"> <p align="justify">Setelah umat Islam hijrah di Madinah, peperangan terjadi antara orang muslim dan orang kafir Quraisy Makkah. Perang besar yang pertama kali terjadi adalah perang Badar. Kebanyakan yang ikut dalam perang ini adalah dari kalangan orang mukmin yang berasal dari kalangan sahabat Anshar. Mereka didahulukan dalam peperangan dibandingkan dengan orang Muhajirin. Maka dari itu, kebanyakan kaum muslimin yang syahid dalam laga jihad perang Badar adalah orang Anshar. <p align="justify"> <p align="justify">Ketika perang Badar terjadi, banyak orang kafir yang mati dan tewas di tangan orang mukmin. Ada juga orang kafir yang dibawa ke Madinah untuk dijadikan tawanan perang Badar. <p align="justify"> <p align="justify">Orang kafir yang yang mati jumlahnya ada 70 orang. Sedangkan yang ditawan juga ada 70 orang. Dalam masalah tawanan perang Badar ada beberapa pendapat yang masuk supaya mendapat keputusan dari Rasulullah Saw. Pendapat pertama datangnya dari Umar bin Khattab yang menginginkan agar tawanan tersebut dibunuh saja. Pendapat kedua datangnya dari sahabat Abu Bakar yang menginginkan agar tawanan Badar itu dibebaskan dengan tebusan.Yang kaya menebus dengan kekayaannya dan yang pintar menebus dengan ilmunya dengan cara mengajar penduduk muslim di Madinah yang ketika itu masih buta huruf. <p align="justify"> <p align="justify">Dari dua pendapat itu, yang dipilih oleh Rasulullah Saw adalah pendapat kedua. Yaitu, pendapat yang datangnya dari Abu Bakar. Pemilihan ini dengan pertimbangan yang sangat matang. Seandainya pendapat pertama yang dipilih oleh Rasulullah Saw, niscaya Islam akan lebih berwibawa di hadapan orang kafir. Tapi kebijakan Rasulullah Saw itulah yang terbaik. Di dalamnya ada sebuah hikmah yang terkandung. Seandainya, kalau pendapat pertama yang diambil, niscaya Rasulullah Saw harus membunuh pamannya sendiri yang menjadi tawanan. Yaitu, Abbas bin Abdul Muthalib. Padahal Islam itu besar sebab adanya keturunan dari Abbas. Abdullah bin Abbas adalah keturunannya yang terkemuka dalam bidang Tafsir. <p align="justify"> <p align="justify">Selain Abbas yang menjadi tawanan perang Badar, ada juga menantu Rasulullah Saw yang ketika itu masih belum masuk Islam. Beliau tidak lain adalah Abil Ash. Abil Ash ini dinikahkan oleh Rasulullah Saw dengan mendapatkan Zainab. Dari pernikahan ini, Abil Ash dan Zainab dikaruniai anak yang bernama Umamah. Dari Umamah ini dikemudian hari dinikahkan dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib setelah wafatnya istri pertama, Fatimah binti Rasulullah Saw. <p align="justify"> <p align="justify">Abil Ash merupakan menantu Rasulullah Saw yang tidak pernah menyakiti hatinya. Selama menjadi suami Zainab, Abil Ash tidak pernah melirik atau jatuh hati dengan wanita yang lain. Beliau hanya mencintai Zainab binti Rasulullah Saw dengan setulus hati. <p align="justify"> <p align="justify">Ketika Abil Ash menjadi tawanan perang Badar, Zainab binti Rasulullah Saw datang kepada ayahnya untuk membebaskannya dengan tebusan. Harta yang digunakan untuk menebus suaminya ini adalah perhiasan yang diwarisi dari ibunya, Khadijah al-Kubra. Saat tebusan itu diberikan kepada Rasulullah Saw, beliau menangis karena teringat istri tercintanya. Beliau tidak kuat menerima tebusan itu. Akhirnya, Abil Ash dibebaskan tanpa tebusan. Namun, dirinya bebas dengan suatu syarat, yaitu Abil Ash harus merelakan agar Zainab ikut Rasulullah Saw ke Madinah. <p align="justify"> <p align="justify">Setelah Abil Ash dibebaskan, dirinya harus menanggung rasa rindu dalam menahan rasa perpisahan dengan istrinya yang tercinta. Karena cintanya dengan Zainab, Abil Ash tidak kuat untuk menahan perpisahan dengannya. Akhirnya, dirinya memeluk agama Islam lewat keberkahan Rasulullah Saw. <p align="justify"> <p align="justify">Islam terus berkembang setelah terjadinya perang Badar. Banyak orang kafir yang masuk Islam dengan berbondong-bondong. Bukan hanya di Makkah, tapi keluar dari Makkah. Lebih-lebih ketika Islam dikuasai oleh kerajaan Islam Turki yang kekuasaannya meluas sampai Serbia dan Bosnia serta Yunani. <p align="justify"> <p align="justify">Perkembangan dan perubahan ini terjadi sebanyak tujuh tahapan. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Fath: <p align="justify"> <p align="justify">مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ) (1) ) : Ayat ini menerangkan Islam yang berpusat di kota Makkah. <p align="justify"> <p align="justify">وَالَّذِينَ مَعَهُ) (2) ) : Islam berkembang di Madinah karena Rasulullah Saw hijrah di sana dengan bantuan sahabat Anshar. <p align="justify"> <p align="justify">أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّار)ِ (3) : Islam berkembang dan perpusat di Damaskus oleh pemerintahan Bani Umayyah. <p align="justify"> <p align="justify">رُحَمَاء بَيْنَهُمْ) (4) ) : Islam terkenal dengan sifat kasih sayangnya yang dipelori oleh ulama-ulama yang mempunyai kasih sayang terhadap sesama makhluk. Ulama-ulama tersebut tidak lain adalah para Mujtahid (Imam Hanafi, Syafii, Maliki dan Hanbali). <p align="justify"> <p align="justify">تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانً)ا (5)) : Islam berpindah pusat ke negeri Komunis, yaitu Usbekistan. Pelopornya adalah Imam Al-Ghazali. <p align="justify"> <p align="justify">(سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُود) (6)ِ : Islam berpusat di Negara Turki. Banyak sekali jasa-jasa dari kerajaan Turki. Banyak masjid-masjid yang dibangun pada masa pemerintahannya. <p align="justify"> <p align="justify">(ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمً)ا(7) : Pusat kebesaran Islam berpindah ke negeri <a title="indonesia" href="http://pondokalanwar.blogspot.com/2013/12/kh-maimoen-zubair-dan-nahdlotul-ulama.html" rel="tag" target="_blank">Indonesia</a>. Terutama pulau Jawa. Mengapa Jawa? Karena di sana adalah negeri Padi. Di samping itu akhlaknya juga seperti Padi yang kian berisi bertambah menunduk. <p align="justify"> <p align="justify">Yang menjadi catatan penting bagi bangsa Indonesia sehingga mereka diumpamakan seperti Padi karena kalau mereka mempunyai anak, maka kebanyakan dari mereka tidak menyia-nyiakannya. Padi kalau mulai ditanam dia tidak mau tumbuh besar terlebih dahulu kecuali menunggu anaknya tumbuh terlebih dahulu. Kalau ia dirabok (dikasih pupuk orea), maka dia memberikan kepada anaknya tersebut. Sehingga, antara induk Padi dengan anaknya menjadi sama dalam pertumbuhannya. <p align="justify"> <p align="justify">Jika kita ingin seperti Padi, maka dekatkanlah putra-putri kita dengan syariat Islam sampai mereka benar-benar alim dalam bidang agama Islam. Bukan hanya sekedar mendidik belaka. Jika sudah demikian caranya, niscaya orang-orang kafir akan ketakutan melihat Islam menjadi besar dan agung. Allah kelak akan memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat kepada kita semua yang beragama Islam. <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 23 Mei 2011 <p align="justify">Catatan: Artikel ini disarikan dari pengajian tafsir Ahadan Syaikhina Maimoen Zubair pada 27 Juni 2010 dengan materi surat Muhammad ayat 1-4. ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-3388679524938826732014-01-02T00:53:00.000-08:002014-01-05T18:38:28.948-08:00Kebaikan Langit dan Bumi, Ayat Kauniyyah dan Qur’aniyyah<p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">حم (1) تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (2) إِنَّ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِلْمُؤْمِنِينَ (3) وَفِي خَلْقِكُمْ وَمَا يَبُثُّ مِنْ دَابَّةٍ آيَاتٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (4) وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ رِزْقٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ آيَاتٌ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (5</font></strong> <p align="justify"> <p align="justify">""Haa Miim. Kitab (ini) diturunkan dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini. Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal." (QS. Al-Jatsiyah 1-5) <p align="justify"> <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiojgUmDtrk8H3m5kHfywY8qiWIvSONsfJa2Ge-KzPZmrpbAV6xaxiMwRm2Jd-bGbw15bIEHa9YSsY9YKJRG7UZZc9wxhCZ6x10Tf29NTFWA9YC5RvjDTM90uR_WEeKYG7d5Hy3iNdFDNo/s1600-h/langit-dan-bumi%25255B7%25255D.gif"><img title="langit-dan-bumi" style="border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; margin: 0px 0px 0px 10px; display: inline; border-top-width: 0px" border="0" alt="langit-dan-bumi" align="right" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpfhsngdXN3hBmyv9NaVv-JIQ4uedOzuPOxY0n4WYYz_2bNHARAwqwvTfJcyBnicwUPj51B8KjV_MbPliyXIYQ2V8vrDceXyFkQ_A8y3njGH8O25mel5_RPcf4sQKuxPlxxnD5D-RApFE/?imgmax=800" width="360" height="468"></a> Lafadz حم yang mengetahui maknanya hanya Allah. Kemudian dilanjutkan dengan kata تنزيل yang memberi isyarat bahwa Al-Quran itu diturunkan secara berangsur-angsur oleh Allah yang Al-Azizi dan Al-Hakim yang berarti Allah yang Maha Menang dan Maha Bijaksana. Mengapa Allah maha menang? Karena Allah yang menciptakan segala sesuatu, baik itu perkara yang ada kebaikannya ataupun perkara yang ada keburukannya. Di dalam sesuatu yang diciptakan Allah itu pasti ada faidahnya, baik yang sudah diketahui manusia ataupun tidak. Semua hal itu menunjukan sifat kebijaksanaan Allah. <p align="justify"> <p align="justify">Di dalam surat ini, Allah mendahulukan kata langit dengan mengakhirkan kata bumi karena adanya suatu hal. Yaitu, karena langit berada di atas dan bumi berada di bawah, meskipun dalam penciptaannya bumi lebih lama bila dibandingkan dengan langit. Masa empat hari empat malam untuk bumi, dan dua hari dua malam untuk langit. Dari angka empat ini telah menjadikan sesuatu pokok atas suatu perkara : <ol> <li> <div align="justify">Lafal basmallah terdiri dari empat kata; بِسْمِ (1) اللَّهِ (2) الرَّحْمَنِ (3) الرَّحِيمِ (4) </div> <li> <div align="justify">Lafal tahlil juga terdiri dari empat kata; لا (1) أله (2) الا (3) الله (4) </div> <li> <div align="justify">Angka empat digunakan untuk simbol Palang Merah yang terdiri dari empat sisi, kanan-kiri dan atas-bawah. Palang Merah ini merupakan suatu organisasi kemanusiaan dengan memakai simbol darah. </div> <li> <div align="justify">Angka empat memberi gambaran akan keselamatan dunia dan akhirat jika seseorang mau melakukan empat perkara. Yaitu, syariat, tarekat, hakikat dan makrifat. </div> <li> <div align="justify">Di dalam kesehatan angka empat juga ikut andil. Yaitu, dalam perkara empat sehat lima sempurna. </div> <li> <div align="justify">Dan yang terakhir, seorang yang beriman hendaknya mengerjakan salat sunnah empat macam. Yaitu, salat Rawatib, Duha, Lail dan Witir.</div></li></ol> <p align="justify">Setelah menerangkan tentang langit, Syaikhina Maimoen menerangkan tentang langit yang berlapis tujuh yang apabila ditambah bumi, jumlahnya menjadi delapan. Hal ini memberi gambaran bahwa pintu surga itu ada delapan yang telah disediakan bagi orang-orang yang beriman. Langit merupakan makhluk Allah yang baik. Karena di hari-hari yang tertentu dia digunakan untuk lewat bagi amal-amal baik manusia. Hingga suatu ketika, apabila amal saleh tadi tidak lewat karena pemiliknya meninggal dunia, langit berduka dan menangis. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ وَمَا كَانُوا مُنْظَرِينَ (29</font></strong> <p align="justify"> <p align="justify">"Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh." (QS. Ad-Dukhan : 29). <p align="justify"> <p align="justify">Tapi, meskipun langit itu baik, ada sesuatu yang lebih baik darinya lagi, yaitu bumi. Hal disebabkan karena bumi itu digunakan untuk sembahyang menyembah kepada Allah. Selain itu, bumi juga merupakan tempat tinggal para nabi khususnya Nabi Muhammad Saw. Sehingga, karena keunggulan yang dimiliki bumi tadi, langit menjadi iri hati. Langit mengajukan permohonan kepada Allah Swt agar berkenan menaikan Rasulullah Saw ke langit. Maka dengan izin Allah, permintaan langit dikabulkan dengan memi'rajkan Rasulullah Saw ke langit. Langit menjadi bergembira atas kunjungan <a title="Nabi Muhammad Saw" href="http://pondokalanwar.blogspot.com/2013/12/mukjizat-dan-alasan-ke-umii-rasulullah.html" rel="tag" target="_blank">Nabi Muhammad Saw</a>. <p align="justify">Langit itu sendiri masih termasuk perkara dunia. Hal itu dibuktikan bahwa orang-orang pertama yang menemukan tentang Ilmu Astronomi adalah orang kafir. Selain Astronomi ada juga ilmu Falaq yang ada kaitannya dengan Galaxy, penemunya juga kebanyakan orang kafir. Sehingga, Nabi Muhammad Saw sendiri tidak terlalu suka dengan ilmu Falaq. Maka dari itu, janganlah kamu sombong dengan ilmu Falaq jika kamu termasuk orang-orang pandai di bidangnnya. <p align="justify"> <p align="justify">Langit dan bumi kelak akan hancur. Khususnya bumi yang mengandung perkara dunia. Hingga suatu saat bumi yang kita tempati ini apabila sudah tidak berurusan dengan dunia, dia akan dipindahkan Allah ke surga. Bumi akan dipersembahkan untuk orang-orang mukmin yang ahli surga. Karena alasan yang sedemikian rupa, maka janganlah kamu cinta dan terlena dengan dunia. Akan tetapi, jadilah kamu semua orang yang mempunyai dunia tanpa harus mencintai dunia. Sebab, kunci dunia itu diberikan oleh Allah kepada para nabi yang kemudian tongkat estafetnya diteruskan oleh para ulama. Rasulullah Saw bersabda: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>اعطيت مفاتيح الغيب والارض</strong></font> <p align="justify"> <p align="justify">"Telah diberikan kepadaku beberapa kunci alam ghaib dan bumi." (Al-Hadist). <p align="justify"> <p align="justify">Tapi ironisnya, kebanyakan <a title="ulama ulama" href="http://pondokalanwar.blogspot.com/2013/12/para-kyai-pulau-jawa-dan-kh-hasyim.html" rel="tag" target="_blank">ulama-ulama</a> sekarang rakus terhadap dunia padahal dunia tidak ada di tangannya. Dan satu hal yang menjadi catatan, kebanyakan ulama satu sama yang lain di dalam hatinya ada unek-unek dan penyakit hati yang kelak akan dihilangkan oleh Allah ketika mereka masuk ke surga. <p align="justify"> <p align="justify">Apabila seorang mukmin melihat-lihat sesuatu yang ada di langit dan di bumi, maka iman mereka akan bertambah karena hal itu termasuk ayat kauniyyah. Tapi, sayogjanya cukuplah bagi seorang mukmin untuk mempertebal keimanannya dengan memakai ayat Quraniyyah. Sebab, sudah dikisahkan bahwa Sang Singa Padang Pasir yang berhati keras bisa menjadi luluh dan gemetar ketita mendengar ayat-ayat suci Al-Quran yang dibacakan oleh Fatimah binti Khattab. Dengan seketika Umar bin Khattab berikrar atas keislamannya di hadapan Rasulullah Saw. <p align="justify"> <p align="justify">Pada ayat keempat, Syaikhina <a title="kh maimoen zubair" href="http://pondokalanwar.blogspot.com/search/label/Kh.%20maimoen%20zubair" rel="tag" target="_blank">Maimoen</a> menjelaskan bahwa di dalam diri manusia itu ada ayat-ayat Allah bagi orang yang mau berfkir. Selain itu, ada ayat Allah yang terdapat pada burung-burung yang rizkinya sudah mendapat jaminan oleh Allah. Pagi-pagi burung-burung pergi dengan perut yang kempis, kemudian kembali di waktu sore dengan perut yang penuh. Rasulullah Saw bersabda : <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>عن عُمَر - رضي الله عنه ، قَالَ : سمعتُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم ( لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغْدُو خِمَاصاًوَتَرُوحُ بِطَاناً ) رواه الترمذي.</strong></font> <p align="justify"> <p align="justify">"Dari Ibnu umar Ra berkata; aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, "Jikalau engkau bertawakal kepada Allah sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Allah akan memberi rizki sebagaimana Allah memberi rizki kepada burung yang di waktu pagi perutnya dalam keadaan kempis dan kembali di waktu sore dengan perut yang penuh." (HR. Thirmidzi). <p align="justify"> <p align="justify">Semua keagungan di atas tadi terjadi karena disebabkan keagungan Al-Quran. Maka dari itu, seseorang tidak akan bisa beriman secara sempurna apabila tidak melalui ayat Kauniyyah dan ayat Qur'aniyah meskipun dalam realita sekarang, ayat-ayat Allah kian hari kian habis hukumnya. Hingga kelak akan ada suatu zaman di mana Islam hanya tinggal namanya dan Al-Quran hanya tinggal tulisannya. <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 27 April 2010 <p align="justify">Catatan: Artikel ini disarikan dari pengajian Tafsir Syaikhina Maimun Zubair di hari Ahad dengan materi QS. Al-Jatsiyah 1-5. ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-18077842417208029722013-12-25T13:03:00.000-08:002014-01-05T18:38:28.958-08:00Kekuatan Gunung, Besi, Api, Air, Angin serta Kekuatan Sedekah & Dzikir<p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjd1r8wYg0razas2FZmCoDDsvtuVgbr2j8eQov80e-WNRfG4HOt0rLikAKilX-NSNzpby4XRsINEhyQQ_fb_eQzd_84KxRgfMtlr6ejdppgU0DAr5GJy67l57LwrOA4GFNYYyMryDCkA0/s1600-h/gunung%252520air%252520udara%25255B6%25255D.jpg"><img title="gunung air udara" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 0px 0px 15px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="gunung air udara" align="right" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5HWFEh4K7T7F1kmdxftp4rLHE-N_c7K5TmTEM7IQfJutStCgEiKXUJxMrTs2hBgDadjONpxoCRJ2n6ZpbUUQ5Tt-4FQ0e5m-3gti6qxmexdFUnEL2GTs20gdWlJt_n9J3SU8N16MI8cg/?imgmax=800" width="375" height="375"></a> Allah Swt menciptakan bumi dan langit selama enam hari. Empat hari (Ahad, Senin, Selasa, Rabu) untuk menciptakan bumi sedangkan dua hari (Kamis dan Jumat) untuk menciptakan langit. Adapun hari Sabtu Allah istirahat/libur. Karena kata Sabtu itu bermakna Qatha'a yang berarti putus/libur. Karena itu, hal ini digunakan sebagai ibrah jika ada seseorang telah selesai menggarap pembangunan, biasanya kalau ingin meresmikan bangunannya tadi ditandai dengan ceremony (upacara) pemotongan Pita. <p align="justify"> <p align="justify">Di dalam bumi, Allah menciptakan sebuah gunung-gunung sebagai pengkokoh bumi. Gunung itu sendiri diciptakan pada hari Selasa. Oleh sebab itu, Ulama banyak yang meliburkan pengajiannya pada hari tersebut. Sebab, gunung itu bagaikan ulama yang merupakan benteng pengkokoh untuk tegaknya syariat Islam. Jika gunung-gunung habis, maka dunia akan menjadi hancur. Begitu juga jika ulama-ulama habis, maka hancurlah agama Islam. Dan ulama itu kebanyakan wafat pada hari Selasa. Hal ini sebagaimana terjadi pada kebanyakan ulama yang ada di daerah Sarang. <p align="justify"> <p align="justify">Meskipun gunung adalah sosok yang memiliki sebuah kekuatan, namun sesungguhnya ada kekuatan yang melebihinya. Allah menyembunyikan kekuatan itu di dalam perut gunung. Kekuatan itu tiada lain adalah besi. Adanya besi dimulai sejak zaman Nabi Ibrahim As. Kemudian dilanjutkan pada zaman Nabi Musa As, Yusa As, Nabi Daud As. Allah berfirman dalam Surat Al Hadid: <p align="justify"> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ (الحديد : 25</font></strong> <p align="justify"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic"></font></strong> <p align="justify">"Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa." )QS. Al-Hadid : 25). <p align="justify"> <p align="justify">Gunung dan besi merupakan sesuatu yang mengandung kekuatan yang melebihi satu sama lainnya. Dari kekuatan yang tersimpan dari keduanya ini masih saja dikalahkan dengan ciptakan Allah yang namanya api. Besi bisa meleleh kalau dibakar dengan api. Begitu juga senapan Senjata Api lebih menang dari pada senjata pedang dan keris. Makanya bangsa Indonesia kalah terus dalam melawan penjajah, sebab api dihadapkan dengan besi. <p align="justify">Kekuatan api bisa mengalahkan besi yang kuat. Namun, sesungguhnya api itu masih lemah bila dibandingkan dengan air. Api bisa terpadamkan bila terkena air. Namun, yang dimaksud air di sini bukanlah air yang bermakna sempit. Tapi, air yang bermakna luas. Yaitu, sesuatu yang mengandung zat cair seperti bahan Kimia yang ada pada Bom Atom. Makanya Jepang hancur lebur, kalah dengan kekuatan Amerika dan sekutunya yang menggunakan kekuatan air. <p align="justify"> <p align="justify">Kekuatan air yang begitu dahsyatnya bisa menghacurkan sebuah kawasan yang berada di Jepang (Nagasaki dan Hirosima). Maha Agung Allah Swt atas ciptaan-Nya yang agung ini (air). Kalau kita mau berfikir lagi, sesungguhnya masih ada yang lebih kuat bila dibandingkan dengan air. Air bisa kuwalahan berhadapan dengan kekuatan tersebut. Kekuatan itu tidak lain adalah angin atau udara. Kita bisa menghindar dari air lewat melompat atau berada di suatu tempat yang ada di atas air. Berbeda dengan udara, kita tidak dapat menghindar dari yang namanya udara. Di mana pun kita berada, di situ jua udara ada di sekitar kita. <p align="justify"> <p align="justify">Satu kekuatan dengan kekuatan yang lainnya mempunyai kelebihan sendiri-sendiri. Ada yang menang dan ada yang kalah. Air mengalahkan api. Tapi, air dikalahkan angin. Dan sesungguhnya di atas kekuatan yang dipimpin oleh angin adalah sedekah. Baik dengan uang atau dengan yang lainnya. <p align="justify"> <p align="justify">Kita mengetahui bahwa negara Islam merupakan negara yang kaya, seperti halnya negara Arab. Di sana banyak sekali sumber kekayaan alam yang jika diolah akan menghasilkan banyak uang. Mengapa Negara Arab kalau dibandingkan dengan negara Yahudi masih kalah kekuasaannya? Hal tersebut dikarenakan negara Islam masih kurang sedekahnya bila dibandingkan negara lainnya. <p align="justify"> <p align="justify">Uang yang digunakan sedekah masih belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan zikir. Berzikir mempunyai banyak arti. Ada berzikir kepada Allah dan ada juga berzikir dengan ilmu yang ada dalam ayat suci Al-Quran. <p align="justify"> <p align="justify">Berzikir mampu menimbulkan kekuatan yang sangat besar apabila seseorang dapat menanamkan Al-Quran dalam hatinya. Bukan hanya dibaca, didengarkan atau ditulis saja. Al-Quran yang berada di hati itulah yang dijalankan dan dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Al-Quran menjadi sumber dari segala sumber untuk prilaku keseharian baginda Nabi Muhammad Saw. Setelah Rasulullah Saw wafat, tongkat estafet Al-Quran diwarisi oleh para ulama yang menaruhnya di dalam hatinya. Terlebih oleh sahabat Abu Bakar Ra, Umar Ra, Usmant Ra dan Ali bin Abi Thalib Ra serta salafus shalihin. <p align="justify"> <p align="justify">Orang yang hatinya sudah tertanam dengan Al-Quran bisa mengetahui struktur kalimah dalam Al-Quran dengan baik dan benar. Tidak terpengaruh oleh waqaf (tanda berhenti) yang telah ada. Jika susunan kalimah tidak tam (sempurna) jangan berhenti membacanya (dalam arti langsung melanjutkan ayat setelahnya). Hal inilah yang diajarkan oleh Syaikhina Maimoen Zubair dari guru beliau, Syaikh Abdullah bin Nuh ketika masih berada di Makkah. Syaikh Abdullah bin Nuh ini adalah ulama asal Malaysia yang bermukim di Makkah. <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 11 September 2011 <p align="justify">Catatan : Artikel ini diolah dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair pada acara Akhirus Sanah Muhadloroh (1431/1432 H). ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-77703988921727672292013-12-25T05:22:00.000-08:002014-01-05T18:38:28.967-08:00Empat Perkara Pokok Kehidupan, Berdzikir dan Istighosah<p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPz1beitQWjSiKFeXyBbNgRte75uQGB_1XGYk1fvNbrj-q6OsOLQ4KPlajmDXcEhp_w2y-hdJBAkdK6PgxC5x7crh2ys_25jG9zvA_fEMPKCLS87wgJxck1zvp-zrsTyeKBl-V3UX_IxM/s1600-h/Makan%252520yang%252520sehat%252520hendaknya%252520terdiri%252520dari%252520empat%252520perkara%25255B6%25255D.jpg"><img title="Makan yang sehat hendaknya terdiri dari empat perkara" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 0px 0px 15px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="Makan yang sehat hendaknya terdiri dari empat perkara" align="right" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmhTU945QHgRDWQO6G2iCNt1sWxZCC09rlizPoCO_-1XV-L5_6BYv7gij1Hsxpq5AkOahNi8JE1YPV8NdMH5puC15icgYwZHZlc18g1KUIiwq2KRkjIi8cAltXXRWtDyVqBeEQj6SZs5s/?imgmax=800" width="340" height="340"></a> Istighasah adalah meminta pertolongan kepada Allah Swt. Kita harus meminta kepada Allah Swt sebab kita adalah orang yang fakir, yang butuh terhadap pertolongan Allah. Sedangkan Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa tidak butuh terhadap suatu apapun. Sedangkan sesuatu selain Allah itu semuanya butuh terhadap Allah. <p align="justify"> <p align="justify">Meminta kepada Allah ada kalanya dengan cara sembahyang, menyembah kepada Allah. Sebab, di dalam salat ada sebuah doa dan zikir untuk memohon dan berzikir kepada Allah Swt. Dengan mengingat Allah, maka jiwa kita yang lemah ini akan menjadi tahu bahwa ada Dzat Yang Maha Kuasa. Maka dari itu, barang siapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal tuhannya. <p align="justify"> <p align="justify">Manusia itu lemah, tidak bisa hidup sendiri, dan membutuhkan teman untuk menjalani hidup di dunia ini. Inilah sebab adanya salah satu fungsi teman atau perkumpulan (jamaah). Orang yang asalnya sendirian bisa mempunyai teman. Dia merasa tidak hidup sendiri di dunia ini dengan adanya pertemanan. <p align="justify"> <p align="justify">Teman seorang muslim adalah orang yang beragama Islam, baik itu laki-laki atau perempuan. Kelak di akhirat tentang masalah pertemanan sesama muslim ini akan ditanyai oleh Allah Swt. Siapa saudaramu? Saudaraku adalah semua orang yang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan. <p align="justify"> <p align="justify">Kalau ada saudara itu tentunya ada ayahnya. Dan ayah orang yang beriman adalah Nabi Ibrahim As. Pertanyaan tentang ayah adalah siapa ayahmu? Jawab kita, "Ayahku adalah Nabi Ibrahim As." <p align="justify"> <p align="justify">Persaudaraan antara sesama muslim itu ada sebuah pemersatunya. Salah satu pemersatu persaudaraan umat Islam di antaranya adalah salat lima waktu yang dikerjakan sehari semalam dengan cara menghadap Kiblat (Ka’bah). <p align="justify"> <p align="justify">Ciri-ciri orang yang salatnya baik, kalau selesai salat dia akan berzikir atau ia akan berdoa kepada Allah. Tetapi bagi para pekerja tidak diharuskan untuk memakai konsep tersebut. Pekerja boleh bekerja lagi asal dia mengerjakan salat. Namun, jangan lupa berzikir dan berdoa kepada Allah di lain waktu ketika sudah tidak sibuk lagi. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (10</strong></font> <p align="justify"> <p align="justify">"Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS. Jumuah : 10) <p align="justify"> <p align="justify">Surga itu pintunya ada delapan. Hal ini ada anologinya dengan pertanyaan setelah meninggal. Setelah kita ditanya 4 perkara (siapa tuhanmu? Siapa nabimu? Apa agamamu? Dan apa panutanmu?) Kita akan ditanya 4 perkara lagi. Yaitu, siapa saudaramu? Siapa bapakmu? Apa kewajibanmu? Dan ketika kamu salat, kamu menghadap ke mana? <p align="justify">Angka empat ini menjadi pokok. Sebab, sifat Allah yang berjumlah dua puluh itu tarkandung dalam empat sifat yaitu: <ol> <li> <div align="justify">Nafsiyah. </div> <li> <div align="justify">Salbiyah. </div> <li> <div align="justify">Ma`ani. </div> <li> <div align="justify">Ma`nawiyah.</div></li></ol> <p align="justify">Sifat Nabi dan rasul juga ada empat perkara yaitu: <ol> <li> <div align="justify">Sidiq. </div> <li> <div align="justify">Amanah. </div> <li> <div align="justify">Tabligh. </div> <li> <div align="justify">Fathanah.</div></li></ol> <p align="justify">Islam yang rukunnya ada lima perkara itu terkandung menjadi empat perkara. <ol> <li> <div align="justify">Al-Quran yang dibaca dengan mata terbuka </div> <li> <div align="justify">Al-Quran yang dibaca dengan lisan </div> <li> <div align="justify">Al-Quran yang didengarkan dengan kuping. Sebab, kalau membaca Al-Quran itu harus didengarkan dengan kuping </div> <li> <div align="justify">Al-Qur`an yang berada dalam hati sanubari.</div></li></ol> <p align="justify">Al-Quran yang baik adalah Al-Quran yang berada dalam hati sanubari. Sebab, konsep inilah yang diajarkan oleh Rasulullah Saw dan para ulama yang menjadi pewaris para nabi dan rasul. <p align="justify">Salat juga mengandung empat gerakan: <ol> <li> <div align="justify">Berdiri </div> <li> <div align="justify">Rukuk </div> <li> <div align="justify">Sujud </div> <li> <div align="justify">Duduk.</div></li></ol> <p align="justify">Ka’bah yang menjadi kiblat sembahyangnya umat Islam itu terdiri dari empat persegi. Dan orang hidup itu membutuhkan empat perkara: <ol> <li> <div align="justify">Sandang </div> <li> <div align="justify">Pangan </div> <li> <div align="justify">Papan </div> <li> <div align="justify">Berkumpul sesama manusia (makhluk sosial).</div></li></ol> <p align="justify">Manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan interaksi dengan sejenisnya. Perkumpulan umat Islam ada kalanya yang bersifat mingguan yang dilambangkan dengan salat Jum`at. <p align="justify">Makan yang sehat hendaknya terdiri dari empat perkara: <ol> <li> <div align="justify">Nasi </div> <li> <div align="justify">Ikan </div> <li> <div align="justify">Sayuran </div> <li> <div align="justify">Buah-buahan.</div></li></ol> <p align="justify">Kita bisa sehat, kalau kita mau melakukan empat perkara: <ol> <li> <div align="justify">Tidur yang baik satu hari satu malam itu tujuh jam </div> <li> <div align="justify">Bekerja tujuh Jam </div> <li> <div align="justify">Ibadah tiga jam </div> <li> <div align="justify">Lain-lain tujuh jam.</div></li></ol> <p align="justify">Hendaknya kita tidak melebihi standar yang ditentukan atau malahan menguranginya. Sehingga, banyak orang yang malas bekerja. Malas bekerja menjadikan kita thamak (mengharapkan pemberian orang lain) dan menghitung-hitung harta dan kekayaan orang lain. <p align="justify"> <p align="justify">Mengapa di sini kalau tidur, bekerja, dan lain-lain tujuh jam? Jawabnya tidak lain hanyalah hal ini sesuai dengan apa yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Manusia dedeknya (panjangnya) dan depone (kastanya) sama. Kalau diukur dengan telapak kaki jumlahnya ada tujuh tapak. <p align="justify"> <p align="justify">Selain delapan pertanyaan tadi, terkadang seorang ditambahi satu pertanyaan lagi. Apabila orang bisa menjawab sembilan pertanyaan lagi, maka dia akan masuk surga tanpa syarat. <p align="justify"> <p align="justify">Angka sembilan merupakan angka yang istimewa. Angka ini jika dikalikan dengan angka berapa saja hasilnya akan tetap sembilan juga. Contoh kecilnya 1 X 9 = 9. 2 X 9 = 18. Adapun angka 18 terdiri dari dua angka yaitu 1 dan 8, kalau ditambah hasilnya akan kembali pada angka sembilan. Begitu juga setelahnya. <p align="justify"> <p align="justify">Sifat wajib bagi Allah yang wajib diketahui mukallaf itu jumlahnya ada sembilan: <ol> <li> <div align="justify">Wujud </div> <li> <div align="justify">Qidam </div> <li> <div align="justify">Baqa` </div> <li> <div align="justify">Mukhalafatul lilhawadisi </div> <li> <div align="justify">Qiyamuhu binafsihi </div> <li> <div align="justify">Qudrah </div> <li> <div align="justify">Iradah </div> <li> <div align="justify">Ilmu </div> <li> <div align="justify">Hayat.</div></li></ol> <p align="justify">Sembilan sifat wajib ini mewakili sifat yang jumlahnya ada dua puluh. Sifat ilmu menunjukkan adanya sumber kehidupan. Maka dari itu, janganlah kalian meminta ilmu kepada orang yang sudah mati. Syarat mempunyai ilmu yang banyak itu harus mendengar, melihat, dan berbicara. Sebab, orang yang alim yang ingin menjelaskan pelajaran pada muridnya harus dengan bicara. <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 6 Desember 2011 <p align="justify">Catatan: Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair di saat ada kunjungan Jamaah Istighasah di kediamannya pada 10 Juli 2011. ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-12538517788529571412013-12-24T15:17:00.000-08:002014-01-05T18:38:28.978-08:00Kemuliaan Sebuah Rumah, Tarim Hadromaut adalah Tempat Para Auliya’ (waliyullah)<p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghYx-gE7Ec_57pYxW8eW0Rbe98QjFm2vRkuMpd-rjXs97u_w-RPPcGoqJl5SZ_TJvrVnwRuyLwQtg0SEQOvIZHYirOKxkm_5syuYLl4ArMFvXpzwR05NkhyphenhyphenzIWjGqeXWffyXdnNFjLN_4/?imgmax=800"><img title="Kemuliaan rumah" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 15px 0px 0px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="Kemuliaan rumah" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-w8X7biDl9qOaVoUI6UTJTcbqTsb12MSyZMtRADWsV9EheIWoeCDzf7OOvLycHtUD2GHbM7bEKHqgOMCnPDt1EKmQfAXKOG35EspFI9Wj8MhK80oLEUzO38WrtHIDdXQ0xAPFXmn8_WI/?imgmax=800" width="400" height="367"></a> “Rumahku ini adalah rumah yang lemah, seperti sarang laba-laba. Tapi, setelah dikunjungi Habib (Habib Salim As-Syathiri), rumahku menjadi rumah yang perkasa, paling megah, bersinar dan bercahaya pada hari ini, melebihi dari hari-hari yang sebelumnya. Sebab beliau membawa kemuliaan ilmu dan nasab,” Ujar Syaikhina Maimoen ketika dikunjungi Habib Salim As-Syathiri. <p align="justify"> <p align="justify">Kemuliaan rumah itu bukan disebabkan oleh bagus dan mahalnya perabotannya, serta bukan pula karena hebatnya arsitekturnya. Tapi, bagusnya rumah itu, disebabkan oleh mulianya penghuninya. Kalau rumah itu dihuni oleh orang-orang yang dicintai Allah, yaitu mereka yang punya ilmu, para auliya’ dan ulama, niscaya rumah itu akan menjadi mulia meskipun dengan bentuk yang sederhana. Hal inilah yang diajarkan oleh para salafus shaleh untuk berprasangka baik kepada hamba Allah. Khususnya berbaik sangka terhadap orang-orang yang alim. <p align="justify"> <p align="justify">Ada sebuah cerita yang berkaitan dengan permasalahan di atas. Duhulu kala pada zaman khalifah Al-Ma’mun pernah dikisahkan bahwa khalifah Al-Ma’mun bertanya kepada anaknya, “Wahai putraku istana mana yang paling indah?” Lalu sang anak menjawab,” Istana yang paling indah adalah istana yang jika Engkau berada di dalamnya.” Selain itu ada juga cerita, duhulu ada seoarang khalifah yang bertanya kepada putranya, “Wahai anakku, lihatlah cincin ayah, mana yang lebih bagus, cincinnya atau batu akiknya?” Maka sang anak menjawab, ”Yang paling bagus adalah yang memakainya.” <p align="justify">Memuliakan dan menghormati ulama merupakan ciri-ciri orang yang bertaqwa. Hal itu termasuk mengagungkan syiar-syiar Allah. Karena Ulama merupakan syiar Allah. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="justify">ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ (32) <p align="justify"> <p align="justify">"Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." ( QS. Al-Hajj : 32) <p align="justify">Pesantren Al-Anwar itu mempunyai hubungan ruh yang erat dengan keturunan Rasulullah Saw dan para ulama. Sehingga, banyak ulama dan habaib yang berkunjung di pesantren ini dengan memberikan pandangan khusus bila dibanding dengan yang lainnya. Maka tidak mengherankan, jika banyak santri dari Sarang yang pergi menimba ilmu ke negeri ulama Timur Tengah khususnya Tarim, Hadrahmaut. <p align="justify"> <p align="justify">Mengapa di sini Hadrahmaut yang menjadi sorotan utama meskipun ada kota induk Islam, yaitu Makkah dan Madinah? Karena Hadrahmaut merupakan negeri para wali dan para ulama. Tidak ada wali yang agung dari Indonesia kecuali dia mempunyai intisab keturunan atau intisab ilmu dari Hadrahmaut, khususnya kota Tarim. Misalnya Wali Songo yang mempunyai hubungan khusus dengan Hadrahmaut. Sehingga, mereka menjadi ulama yang mempunyai banyak barakah. <p align="justify"> <p align="justify">Hadrahmaut merupakan kota Islam yang mempunyai keistimewaan lebih dari pada yang lainnya. Sebab, sudah diceritakan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam at-Tabrani bahwasanya Rasulullah Saw telah bersabda, “Hadrahmaut itu menumbuhkan para wali sebagaimana tanah menumbuhkan rumput.” Apabila ada satu wali yang meninggal, maka akan tumbuh seribu wali sebagai gantinya. Sehingga, dari prediket ini, Hadrahmaut menjadi pusat para wali di samping menjadi pusat ilmu. Selain itu, ada juga kisah yang memperkuat bahwa Hadrahmaut itu merupakan kota auliya. Telah dikisahkan oleh Habib Salim bin Jindan dengan sanad yang bersambung kepada kepada Rasulullah Saw. Suatu ketika ada seseorang yang datang kepada Rasulullah Saw. <p align="justify"> <p align="justify">“Dari mana engkau wahai Fulan?” tanya Rasulullah Saw. <p align="justify"> <p align="justify">“Aku datang dari negeri Hadrahmaut,” jawab Fulan. <p align="justify"> <p align="justify">“Apakah kamu tahu di sana ada daerah yang namanya Tarim?” <p align="justify"> <p align="justify">“Iya, ya Rasulullah.” <p align="justify"> <p align="justify">“Ketahuilah, di sana kelak akan muncul para auliya yang mereka itu termasuk dalam firman Allah: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic">رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ (37</font> <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 22 Juni 2007. <p align="justify">Catatan: Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair dan Habib Salim As-Syathiri saat ada kunjungan Habib Salim As-Syathiri yang kedua. ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-36776400537752612872013-12-24T15:04:00.000-08:002014-01-05T18:38:28.988-08:00Berbakti Kepada Orant Tua dan Nur Muhammad<p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (15 </strong></font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong> </strong></font> <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3EV-1-nJoiMZqFGEVlXepaBQOzg2E9lidP8l6x1C2qH9XgTtzvla1-z8ZfoxFr4QVP5Yb-q4TF4kMKtruS5rIDTq_H71Bx-khE2PPwX1q5isIFlz8r0o-oW5ZD45pftxES2oQhBN_VDk/s1600-h/keluarga%25255B6%25255D.jpg"><img title="keluarga" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 15px 0px 0px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="keluarga" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAFtN_4QmXiegF5dDPD7Ux-Qslb-yCYga5OIZronpmqqrdv866dnTUmV6APkh3WhhjblwiXv77kAfcy1Tj1tPkDYNCwgGbOCEYYCL8cJcZ9RePzrB0opHCCi5th3apm-3evUy6vLrVx7A/?imgmax=800" width="400" height="580"></a> “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. Al-Ahqaf : 15) <p align="justify"> <p align="justify">Manusia dilahirkan ke dunia itu melalui beberapa tahap. Mulai dari suatu bentuk yang sangat rendah (sperma) hingga ke bentuk yang lebih komplek dan sempurna. Sehingga, dengan dua tahapan ini, manusia pantas untuk menyandang amanat sebagai khalifah di muka bumi ini dengan cara menjalankan aturan-aturan yang telah diatur oleh Allah dan Rasul-Nya yang tertera di dalam kitab suci Al –Quran dan Al-Hadist. <p align="justify"> <p align="justify">Prosesi kelahiran manusia itu membutuhkan pengorbanan yang sangat extra. Terutama pengorbanan yang ditanggung oleh seorang Ibu. Mulai dari benih yang masuk ke dalam rahim sampai berkembang menjadi tahapan yang klimak. Yaitu, suatu peristiwa di mana seorang ibu berjuang mati-matian untuk mengeluarkan jabang bayi yang berada di dalam rahimnya yang telah berusia kurang lebih sembilan bulan. Meskipun sebelumnya ada pengorbanan, namun tidak seberapa berat. Yaitu, di saat kandungan masih di dalam perut sang ibu yang selalu menendang-nendang hingga sang ibu merasa kesakitan atas tendangan tadi. <p align="justify"> <p align="justify">Setelah jabang bayi lahir, perjuangan sang ibu tidak berhenti sampai di sini. Perjuangan masih panjang. Mulai dari menyusui, merawat, dan hingga tiba saatnya untuk menyapihnya. Yaitu, ketika sudah berumur dua tahun. Maka dari jerih payah ini, seorang anak wajib untuk birrul walidain terhadap orang tuanya, terutama ibu. Pengorbanan seorang ibu berlipat ganda dalam memperjuangkan anaknya bila dibandingkan dengan ayah. <p align="justify"> <p align="justify">Kelahiran yang paling agung di jagat raya ini adalah kelahiran yang terjadi pada Rasulullah Saw. Peristiwa kelahiran Rasulullah Saw tidak pernah terjadi pada manusia yang selainnya, meskipun dia itu adalah orang yang agung. Benih cahaya yang berpindah-pindah mulai dari Nabi Adam hingga ke tubuh Sayyid Abdullah bin Abdul Muthalib yang dipancarkan ke dalam rahim Ibunda Aminah selalu memancarkan keagungan dan keberkahan. <p align="justify">Cahaya itu selalu membawa berkah kepada orang yang pernah disinggahinya. Keberkahan itu bisa kita lihat pada Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim adalah Nabi yang membawa "Nur Rasulullah Saw" yang kemudian diwariskan kepada Nabi Ismail. Adanya Nabi Ismail ini membawa berkah kepada Nabi Ishaq karena keluar dari sumber yang sama. Yaitu, cahaya dari Nabi Ibrahim. Maka dari keberkahan ini, Nabi Ishaq diangkat oleh Allah menjadi nabi karena keberkahan Rasulullah Saw. Selain Nabi Ishaq, ada juga Madyan. Meskipun Madyan ini bukan nabi, akan tetapi karena keberkahan yang ada pada Rasulullah Saw yang pernah singgah di dalam jasad Nabi Ibrahim yang merupakan ayahnya, maka keturunan Madyan ini ada yang menjadi nabi. Yaitu, Nabi Syuaib. <p align="justify"> <p align="justify">Cahaya Rasulullah Saw yang dibawa oleh Sayyid Abdullah itu disalurkah ke dalam rahim Sayyidah Aminah pada tanggal 10 Rajab. Di saat itu, dunia sangat bergembira dengan akan datangnya Nabi Akhir Zaman. Angin sepoi-sepoi berhembus dengan kedamaian, binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan juga tidak mau ketinngalan memberikan apresiasi kegembiraan akan datangnya Nabi Akhir Zaman ini. Maka dari itu, wahai sekalian manusia, jika kamu adalah orang yang cinta kepada Nabi Muhammad Saw, tunjukan rasa cintamu dengan berpuasa di bulan Rajab ini. Sebab, makhluk selain kamu itu bersyukur dengan caranya masing-masing. Tapi, perlu diingat, jangan memperingati bulan Rajab adalah bulan lahirnya Nabi Muhammad Saw, karena hal itu adalah bid’ah yang sasar. Jadi, intinya bulan Rajab itu mulia karena keberkahan yang dibawa oleh Rasulullah Saw yang di waktu itu berada di dalam kandungan. <p align="justify"> <p align="justify">Menginjak bulan Sya`ban, umur kandungan Ibunda Aminah sudah berusia dua bulan, meskipun jumlah harinya belum genap dua bulan kalau dihitung dengan bulan. Soalnya hitungan Islam (kalender Rembulan) untuk masalah ini berbeda dengan yang lain. Maka atas kemuliaan ini, Allah menyuruh umat Islam untuk berpuasa di bulan Sya`ban ini. Puasa itu dilakukan pada tanggal 15 (Nisfu Sya`ban), atau boleh juga tanggal 13,14,15 / 14,15,16. <p align="justify"> <p align="justify">Kemuliaan demi kemuliaan selalu dibawa oleh Rasulullah Saw meskipun wujudnya belum dilahirkan. Ketika di bulan Syawwal usia Nabi Muhammad Saw di dalam kandungan ibunya sudah mencapai 4 bulan. Untuk memuliakan Rasulullah Saw, maka Allah memerintahkan umat Islam untuk berpuasa di bulan Syawwal selama 6 hari. Yaitu, mulai tanggal 2 sampai 7 Syawwal. Kalau tidak bisa seperti ini, maka bisa di pindah puasa Senin dan Kamis hingga menjadi genap menjadi enam hari. <p align="justify"> <p align="justify">Setelah bulan Syawwal berlalu, berganti menjadi Dzulqa`dah, suatu bulan di mana seluruh umat manusia dari perjuru dunia berbondong-bondong untuk menyiapkan diri untuk menjalankan ibadah haji menuju kota Makkah. Karena di saat ini, Nabi Muhammad Saw masih di dalam kandungan, maka bagi para calon jamaah haji disunnahkan untuk berpuasa. <p align="justify"> <p align="justify">Setelah Dzulqa`dah adalah bulan Dzulhijjah. Di bulan ini seluruh jamaah haji berkumpul di tanah suci Makkah untuk menjalankan ritual haji. Karena di bulan ini Rasulullah Saw masih di dalam kandungan, berumur 6 bulan, maka untuk kali ini bagi yang sudah menjalankan ibadah haji tidak disunnahkan untuk berpuasa Tarwiyah dan Arafah. Bagi yang menjalankan ibadah haji cukup bagi mereka adalah menjalankan sikap dermawan. Meskipun hajinya sudah Ifrad, yakni hendaknya mereka tetap berkorban (menyembelih binatang qurban) sebagai wujud rasa syukur akan lahirnya Nabi Muhammad Saw. Sebab, di bulan ini usia kandungan Sayyidah Aminah sudah menunjukan detik-detik kelahiran. Karena usia kandungan, minimal itu usianya adalah 6 bulan. Bagi umat Islam yang tidak menjalankan ibadah haji hendaknya mereka jangan mau ketinggalan dengan mereka yang sedang berhaji. Hendaknya mereka memuliakan bulan ini dengan berpuasa di tanggal 8 dan 9. <p align="justify"> <p align="justify">Ketika umur kandungan sudah genap 9 bulan, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awwal, di waktu Fajar Shadiq Nabi Muhammad Saw dilahirkan ke dunia. Shallahu ‘ala Muhammad. Wahai sekalian manusia, bergembiralah dengan kemuliaan ini dengan memperingati hari lahirnya sebagai peristiwa yang agung ini dengan membaca shalawat dan puji-pujian baginya. Karena dengan adanya keberkahan Rasulullah Saw, maka berkah dapat meluber kepada bulannya. Sebab, bulan Maulud itu mulia karena adanya Rasulullah Saw. Karena kalau ditinjau dari segi bulannya, bulan Rabiul Awwal bukanlah bulan yang dimuliakan oleh Allah. Tapi, karena adanya Rasulullah Saw bulan Rabiul Awwal menjadi bulan yang mulia. <p align="justify"> <p align="justify">Pertumbuhan selalu berkembang pada diri manusia, mulai dari balita, kanak-kanak, remaja, pemuda dan terakhir menginjak usia tua. Yaitu, di saat manusia umurnya genap 40 tahun, Maka sebagai balas jasanya kepada orang tuanya, hendaknya sang anak berdoa, "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." <p align="justify"> <p align="justify">Ayat ini (QS. Al-Ahqaf : 15), diturunkan untuk sahabat Abu Bakar. Karena di waktu itu, usianya Abu Bakar sudah menginjak 40 tahun. Di samping itu, bukti yang menunjukan adalah, bahwa semua keluarga Abu Bakar itu masuk Islam, meskipun islamnya tidak seawal Abu Bakar. Abu Bakar adalah orang yang dekat dengan Rasulullah Saw lewat jasanya Khadijah Al-Kubra. <p align="justify"> <p align="justify">Karena pentingnya Abu Bakar di sisi Rasulullah Saw, maka Abu Bakar tidak bisa dilepaskan dengan keluarga Rasulullah Saw. Sebagai buktinya, Abu Bakar itu punya anak yang terakhir, namanya Muhammad yang diasuh oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib bersama-sama dengan mengasuh Hasan dan Husein. Muhammad bin Abu Bakar ini kemudian hari dinikahkan oleh Ali bin Abi Thalib bersama-sama dengan Hasan dan Husein. <p align="justify">Dari semua keterangtan ini, Syaikhina Maimoen Zubair mengajak kepada kita semua agar tidak mengutamakan anak laki-laki dengan mengesampingkan anak perempuan. Sebab, yang melanjutkan keturunan Rarulullah itu adalah perempuan. Yaitu, Sayyidah Fatimah dan Sayyidah Umamah. Keduanya ini adalah istri dari sahabat Ali bin Abi Thalib. Mengapa Perempuan?. Sebab yang melanjutkan keturunan Rasulullah Saw adalah Perempuan. <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 5 Juni 2010 <p align="justify">Catatan: Artikel ini disarikan dari pengajian Tafsir Syaikhina Maimoen Zubair di hari Ahad dengan materi QS. Al-Ahqaf : 15.</p> ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-33489519070961351442013-12-24T14:41:00.000-08:002014-01-05T18:38:28.999-08:00Nabi Ibrohim Mendapat Berkah Cahaya Rasulullah<p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (17) أُولَئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ (18) وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (19</font></strong> <p align="justify"> <p align="justify">"Dan orang yang Berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV2CrGXD3C8mfitke0kekaDlZFkS-mT9CkQ-LMU9GrwUoMtXLJE0UHmvjbirm55zNZg_cXynRGzfaofjjPIFIXDq7XI-xw9HLsR5d6sXGMc6No7uMS3saylocV7IfMm8hOtzsgif1lOKQ/s1600-h/muhammad%25255B8%25255D.jpg"><img title="muhammad" style="border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; margin: 0px 0px 0px 15px; display: inline; border-top-width: 0px" border="0" alt="muhammad" align="right" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-x_OlVTycpoD0xI_Z0SWiQQGBhrhANJT2ZoeYrFINu9n3wuiDkOYa4FfXQEOcFVESeNflZ3Ub61WMryKQkIzkzR23gPfwoiCxqVmAMxfFMSxC383P27QJiG3k7wN-MPm9NDiuC0Ag-T8/?imgmax=800" width="350" height="351"></a> apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa Aku akan dibangkitkan, padahal sungguh Telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka". Mereka Itulah orang-orang yang Telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang Telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang Telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan." (QS. Al-Ahqaf : 17-19). <p align="justify"> <p align="justify">Ayat ini ada kaitannya dengan ayat sebelumnya yang membahas tentang berbuat kebajikan kepada kedua orang tua. Taat kepada orang tua merupakan kuwajiban bagi seorang anak meskipun orang tuanya adalah orang yang jelek dan tidak menyembah kepada Allah. Hal ini sesuai dengan akhlak yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim As yang di waktu itu hidup di lingkungan orang yang menyembah berhala. Karena bapaknya Nabi Ibrahim As (Azar) adalah juru kunci dari berhala-berhala kerajaan. Tapi, dengan ilmu dan iman, Nabi Ibrahim tetap menghormatinya. Beliau tidak menyakiti bapaknya walaupun cuma sedikit. <p align="justify">Nabi Ibrahim adalah nabi pilihan Allah. Di dalam dirinya ada cahaya Nabi Muhammad Saw yang terpancar, yang selalu membawa berkah terhadap orang yang disinggahinya. Nabi Ibrahim As terkenal dengan sebutan bapaknya orang mukmin. Hal ini disebabkan karena anak-anak Nabi Ibrahim itu menjadi pilihan Allah untuk mengemban wahyu-Nya, meskipun ada yang tidak secara langsung, seperti Madyan. Tapi, ada keturunan darinya yang menjadi nabi, yaitu Nabi Syuaib. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ (33</strong></font> <p align="justify"> <p align="justify">"Sesungguhnya Allah Telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)." (QS. Ali-Imran : 33) <p align="justify"> <p align="justify">Keluarga Nabi Ibrahim selalu mendapat pandangan khusus di sisi Allah, karena semuanya menjadi orang yang dekat dengan Allah. Mereka terpencar-pencar dan terpisah ke berbagai tempat. Nabi Ismail ditugaskan di Masjidil Haram. Nabi Ishaq ditugaskan di Masjidil Aqsho. Adapun Madyan ditugaskan di suatu tempat, yang mana di dalamnya ada pengrajin Tongkat, hingga kelak tongkat tersebut diwarisi oleh Nabi Musa dari Nabi Syuaib. <p align="justify"> <p align="justify">Semua keagungan yang diperoleh oleh Nabi Ibrahim, mulai dari tidak hangus dibakar dengan api sampai anak-anak yang menjadi keturunannya menjadi pilihan Allah, itu semua disebabkan karena keberkahan cahaya yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Namun, kita sebagai umatnya tidak akan menunai keberkahan tersebut sebagaimana yang masih diperoleh pada zaman sahabat yang menjadi alim-alim. Kita tidak akan menjadi alim kecuali dengan cara memahami ayat-ayat suci Al-Quran. Status alim tersebut tidak akan didapat kecuali harus mengaji dengan orang-orang yang alim juga. <p align="justify"> <p align="justify">Seberapa cahaya itu bisa masuk ke jiwa raga seseorang, hal itu digantungkan pada seberapa pahamkah orang tadi terhadap ayat-ayat suci Al-Quran. Karena memahami Al-Quran itu menjadi syarat pokok untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Menghafal Al-Quran tidak harus semuanya. Tapi cukup bagi orang mukmin untuk hafal satu surat yang diiringi dengan pemahaman yang mendalam. Hal itu bagaikan hafal satu Al-Quran. Sebab, ayat Al-Quran itu sering diulang-ulang pembahasannya yang berjumlah tujuh macam. Jika ada seorang anak yang tidak memperdulikan nasehat orang tua tentang dibangkitkannya manusia dari alam kubur, maka anak tadi menjadi kufur. Sebab, dia telah melakukan dosa besar yang merupakan pangkal kekufuran. <p align="justify"> <p align="justify">Orang-orang kafir apabila melakukan perbuatan dosa, dia menganggap bahwa dosa-dosa yang telah ia lakukan tadi merupakan kebaikan. Sebab, Allah telah menghiasi diri mereka dengan mencintai dunia dan ingin selalu menuruti hawa nafsunya. Berbeda dengan orang yang mukmin, yang menganggap bahwa kebaikan itu adalah kebaikan dan keburukan adalah keburukan. Allah berfirman: <p align="justify"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic"></font></strong> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (212</font></strong> <p align="justify"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic"></font></strong> <p align="justify">"Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas." (QS. Al-Baqarah: 212). <p align="justify"> <p align="justify">Apabila kita sudah tidak bisa menahan untuk melakukan dosa, hendaknya kita berniat tidak tahan menahannya. Hendaknya ikutilah perbuatan buruk dengan menjalankan perkara baik agar perkara tadi menjadi seimbang. <p align="justify"> <p align="justify">Pokok iman seseorang adalah iman pada Hari Akhir. Karena di situ ada jalan bagi orang mukmin untuk masuk surga. Di dalam surga ada sebuah kenikmatan yang banyak sekali bila dibandingkan dengan kenikmatan yang ada di dunia. Kenikmatan di dunia yang ada cuma satu nikmat. <p align="justify"> <p align="justify">Di surga, orang mukmin akan menjadi seorang presiden atau raja. Karena kedudukan di surga merupakan kenikmatan yang agung. Hal ini sesuai dengan pandangan orang-orang yang hidup di dunia, bahwa kedudukan atau pangkat merupakan suatu perkara yang enak. Tapi, seorang presiden yang menguasai negeri akhirat itu pangkatnya berbeda-beda. Jika di dunia pangkat seorang presiden harus ditempuh dengan Ijazah, maka, pangkat presiden di negeri akhirat itu ijazahnya diatur syariat Islam. Yaitu, seberapa tinggi derajatmu di sisi Allah. <p align="justify"> <p align="justify">Tentunya mencari derajat yang tinggi di sisi Allah itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tapi, membutuhkan perjuangan yang berat. Di antaranya adalah alim. Sebab, orang yang mengetahui hak-hak Allah adalah orang yang alim. Sehinnga, dia dapat menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan-Nya untuk mencari rida-Nya. <p align="justify"> <p align="justify">Selain keahlian orang alim itu dapat mengetahui hak-hak Allah, dia juga adalah sosok yang selalu menebarkan kasih sayang terhadap sesama manusia. Tapi, bagi yang tidak alim, janganlah bersedih hati, cukup bagi kalian untuk mencintai dan mendekati orang yang alim. Insya Allah kita akan dapat memperoleh barakahnya. Sehinnga, kelak Allah akan mengizinkan kita untuk masuk surga bersama-sama dengan orang alim yang kita cinta dan kita dekati ketika masih hidup di dunia. <p align="justify"> <p align="justify">Ulama yang alim itu pangkatnya berbeda dengan nabi. Mengapa? Karena kalau ada seorang nabi sudah meninggal dan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka kedudukannya tidak akan diwarisi oleh anak perempuannya.. Tapi, kalau ada seoarang ulama yang meninggal, dan dia cuma punya anak perempuan, maka tugas keulamaannya masih bisa dilangsungkan olehnya. Yakni, ulama tadi mengambil menantu yang alim. Janganlah tergiur dengan harta di saat memilih menantu. Cukup pilih menantu yang alim, karena orang alim itu adalah ulama yang menjadi pewaris para nabi. <p align="justify"> <p align="justify">Pada ayat yang terakhir dalam pembahasan ini, Syaikhina Maimoen menjelaskan bahwa derajat orang mukmin kelak di surga itu ada tujuh, dan derajat orang kafir juga ada tujuh. Bagi mereka yang mendapat derajat yang tinggi di surga dialah orang-orang yang tidak mengingat apapun selain Allah. Maka orang-orang yang seperti ini rizkinya akan ditanggung oleh Allah. "Seberapa tinggi derajat orang di surga itu tergantung seberapa banyak dia mengingat Allah." <p align="justify"> <p align="justify">Orang kalau sudah berada dalam derajat kebaikan, maka dia akan selalu dikerumuni dan dijaga Malaikat. Kalau dia sudah dijaga Malaikat, Setannya akan pergi. Dan kalau orang itu ingin derajat kebaikannya itu terus naik, hendaknya dia mempunyai amal sisik melik, yaitu amal yang membuat Allah rida kepadanya. <p align="justify"> <p align="justify">Apabila ada seseorang yang mendapat murka Allah di saat dia menjalankan suatu pekerjaan buruk, maka dia akan mati dalam kondisi Kafir. Apabila ada seseorang ketika menjalankan perbuatan baik itu bertepatan dengan ridanya Allah, maka dia akan mati dalam kondisi mukmin. Contoh kecilnya, duhulu pada zaman Nabi Musa ada Tukang Sihir Firaun, di saat disuruh untuk mengadu sihirnya dengan Nabi Musa, mereka mempunyai sopan santun. Yaitu, ketika mereka hendak beradu sihir, mereka memperkenankan kepada Nabi Musa untuk dahulu memulai, atau mereka yang mulai terlebih dahulu. Di saat mengerjakan amal kebaikan ini, Allah meridainya. Sehingga, pada akhirnya mereka beriman kepada Nabi Musa. <p align="justify"> <p align="justify">Selain contoh tadi, ada juga contoh dalam sebuah cerita. Telah dikisahkan bahwa Abu Thalib itu adalah orang yang bukan mukmin. Akan tetapi, dalam sejarahnya dia tidak pernah menentang apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah Saw. Sehingga, karena kebaikannya ini ada sebuah cerita yang mengisahkan ketika dia wafat, bahwa neraka yang paling baik adalah neraknya Abu Thalib. Yaitu, ketika dia menginjak neraka otaknya mendidih. Maka dari itu, seberapa berat siksaan orang di neraka itu tergantung pada seberapa banyak ia menentang Allah Swt. <p align="justify"> <p align="justify">Sarang , 27 Juni 2010 <p align="justify">Catatan: Artikel ini diambil dari pengajian Tafsir Syaikhina Maimoen Zubair di hari Ahad dengan materi Surat Al-Ahqaf Ayat 17-19. ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-41877103188994205312013-12-24T04:18:00.000-08:002014-01-05T18:38:29.011-08:00Mengedepankan Kealiman<p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyQX5sX4Dv4sKl6djovqu_UZ9mk5GpENsp_ZopMdhWGM4pCR4u6HDopfct-0Vd2xr3GxYzflapkMV4VWqk-Ta5IKcrEwldRWVXb6YoD3OqwuoFI3m7r36iZdEnmcu4YhaeGIYtF6Ce6nM/s1600-h/KH.%252520MAIMOEN%252520ZUBAIR%25255B7%25255D.jpg"><img title="KH. MAIMOEN ZUBAIR" style="border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-bottom-width: 0px; margin: 0px 15px 0px 0px; display: inline; border-top-width: 0px" border="0" alt="KH. MAIMOEN ZUBAIR" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8AN2UiROBHMTXiyDOJiwGyYQTRiX4nJHXTo7hcRIkfKZfNrMOcuqSemQflsKW-uS9pkzspWlUjDgg939_cXiBMZ6mMmO-s86zbKS7q1uHf1UrETar7xBAiqkjL__0NxCvQPzQ57Rp8gY/?imgmax=800" width="360" height="360"></a> Dahulu kala, ketika seseorang ingin mendalami ilmu agama, mereka belajar di masjid. Masjid digunakan sebagai media untuk mensyiarkan agama Allah. Banyak orang alim yang keluaran dari masjid, seperti Masjidil Aqsha, Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan masjid-masjid yang didirikan oleh Salafus Shaleh. Ulama-ulama yang mengajar dan mengabdikan ilmunya di masjid itu disebut dengan Muharrar.</p> <p align="justify"> </p> <p align="justify">Karena saking senangnya ingin mempunyai anak yang menjadi Muharrar, Hannah (ibu dari Sayyidah Maryam) bernazar jika jabang bayi yang ia kandung kelak akan lahir laki-laki, maka akan dijadikannya sebagai seorang Muharrar. Namun, Allah berkehendak lain. Ternyata anak yang lahir dari perutnya itu adalah seorang perempuan. Hannah menjadi sedih sebab cita-citanya untuk mempunyai bayi laki-laki menjadi gagal. Karena syarat untuk menjadi seorang Muharrar adalah laki-laki. Bayi itu diberinya nama Maryam. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (35) فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (36</strong></font> <p align="justify"> <p align="justify">“(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk." (QS. Ali-Imran : 35-36). <p align="justify"> <p align="justify">Untuk mengobati duka lara yang ada dalam hatinya, akhirnya Hannah mempunyai suatu gagasan untuk merealisasikan cita-citanya untuk menjadikan anaknya tadi menjadi seorang Muharrar. Solusinya, salah satu anaknya Hannah diberi nama Harun. Hal ini berdasarkan suatu alasan. Jika ada Nabi Harun, niscaya akan ada Nabi Musa. Sehingga, kedua ulama ini diibaratkan seperti Nabinya Bani Israil. Hal semacam ini juga terjadi kepada ulama-ulama yang menjadi pewaris Nabi Muhammad Saw. Sebab, risalah kenabian sekarang sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya para ulama yang mengikuti dan melestarikan ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah Saw. Rasulullah Saw bersabda: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>علماءامتي بمنزلة أنبياء بني إسرائيل</strong></font> <p align="justify"> <p align="justify">“Kedudukan ulama dari umatku itu bagaikan kedudukannya Nabi Bani Israil.” (Al-Hadist). <p align="justify">Apabila fungsi masjid masih diberlakukan sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw dan para Salafus Shaleh, niscaya ajaran Ahlu Sunnah Waljamaah akan semakin berkembang. Meskipun dalam realitanya kekuasaan negara telah dipegang oleh golongan yang bukan dari kalangan Ahlus Sunnah Waljamaah. <p align="justify"> <p align="justify">Abu Yusuf yang merupakan tokoh Ahlus Sunnah Waljamaah bisa menjadi Qodhi padahal raja yang berkuasa di waktu itu adalah golongan Muktazilah. Begitu juga Syaikh Hasan al-Masyat. Beliau menjadi Qodhi di Makkah meskipun raja yang berkuasa di waktu itu adalah orang Wahabi. Sebenarnya penguasa tersebut ingin mengangkat Qodhi atau Hakim dari golongannya sendiri. Namun, hal itu dirasanya tidak mungkin. Sebab, kebanyakan ulama yang alim di waktu itu adalah dari kalangan Ahlus Sunnah Waljamaah. Orang-orang alim ini adalah kebanyakan jebolan dari masjid. <p align="justify"> <p align="justify">Selagi fungsi masjid masih digunakan untuk bertafaqquh fiddin, niscaya akan lahir ulama-ulama yang alim. Namun, semua itu hanya tinggal sebuah kenangan. Sekarang, masjid sudah diisi dengan Ikatan Remaja Masjid. Yang tentunya, fungsinya sangat jauh bila dibandingkan dengan apa yang telah diajarkan oleh Salafus Shaleh. <p align="justify"> <p align="justify">Pada awal Islam berkembang di Indonesia, para ulama telah mengfungsikan masjid sebagai jalan untuk tafaqquh fiddin. Seperti masjid Demak yang arsitekturnya mirip dengan masjid yang ada di Keling (Gujarat) dan Malibari (India). Hal ini disebabkan karena Islam di Indonesia itu datangnya dari sana. Begitu juga masjid Aceh yang mirip dengan masjid bangunan Arab. <p align="justify"> <p align="justify">Syaikhina Maimoen Zubair sendiri merupakan ulama yang pernah bertafaqquh fiddin di masjid. Mulanya beliau belajar ilmu agama Islam di masjid Sarang. Masjid ini dulunya masih difungsikan untuk bertafaqquh fiddin. Beliau belajar di masjid Sarang kepada ulama-ulama setempat. <p align="justify"> <p align="justify">Ketika belajar di Lirboyo, tepatnya di pesantrennya Mbah Manaf, Syaikhina Maimoen juga bertafaqquh fiddin kepada ulama-ulama yang mengajar di masjid setempat. Pesantren Mbah Manaf ini dahulunya hanya berupa kombongan (sejenis gotaan). Sebab, setiap santri yang ingin belajar kepada Mbah Manaf disuruhnya untuk membuat kombongan sendiri. Jadi, Mbah Manaf ini tidak berambisi untuk mempunyai pesantren. Baliau hanya mengajar dan mensyiarkan agama Allah. Para santrilah yang membuat tempat tinggalnya (kombongan) sendiri yang kemudian menjadi sebuah pesantren. <p align="justify"> <p align="justify">Waktu Syaikhina Maimoen Zubair mondok di Lirboyo, santrinya Mbah Manaf masih sedikit, sekitar sepuluh orang. Hubungan Syaikhina Maimoen dengan Mbah Manaf begitu dekat. Kedekatannya ini salah satunya didukung oleh keberadaan Kiai Khozin yang diambil anak angkat oleh Mbah Manaf. Kiai Khozin ini masih ada kerabat dengan Syaikhina Maimoen. Kiai Khozin diambil anak angkat Mbah Manaf sebab putra Mbah Manaf yang bernama gus Nawawi telah meninggal dunia. Gus Nawawi ini adalah orang yang cerdas. Sehingga, dengan keberadaan Kiai Khozin ini diharapkan dapat menggantikan posisinya gus Nawawi. <p align="justify">Mbah Manaf ini sangat meyayangi Kiai Khozin. Suatu ketika, Mbah Manaf ingin mengajak Kiai Khozin untuk menunaikan ibadah haji. Tujuan keberangkatannya ini dikarenakan Mbah Manaf mempunyai cita-cita ingin meninggal di tanah suci. Namun, cita-cita Mbah Manaf untuk wafat di sana tidak kesampaian. Justru yang terjadi adalah sebaliknya. Kiai Khozin justru yang meninggal di tanah suci Makkah. Setelah belajar dari pesantrennya Mbah Manaf, Syaikhina Maimoen melanjutkan belajarnya ke Makkah al-Mukarramah. Di tanah suci ini, beliau juga bertafaqquh fiddin di Masjidil Haram yang di waktu itu masih dipenuhi dengan ulama-ulama Ahlus Sunnah Waljamaah yang mengajar. Padahal raja yang berkuasa adalah dari golongan Wahabi. <p align="justify"> <p align="justify">Sekarang, fungsi masjid sudah berubah, tidak seperti zaman dahulu ketika masjid-masjid masih dipenuhi oleh ulama Ahlus Sunnah Waljamaah yang mengajar. Yang ada hanyalah sebuah kenang-kenangan yang membekas. Meskipun demikian, kita harus tetap menjaga bekas-bekas peninggalan yang telah ditinggalkan oleh ulama Salafus Shaleh sebisa mungkin. Marilah kita melestarikannya meskipun tinggal sedikit. <p align="justify"> <p align="justify">Salah satu peninggalan Salafus Shaleh adalah mengaji. Mengaji untuk mendalami ilmu agama Islam. Mengaji hanya ikhlas karena Allah. Mengaji yang bukan karena ingin pangkat, gelar dan iming-imingan yang lainnya. Nasehat mempertahankan mengaji ini sering sekali diulang-ulang oleh Syaikhina Maimoen ketika berceramah di hadapan santri-santrinya. <p align="justify"> <p align="justify">Ketika kita mendalami ilmu agama dengan ikhlas karena Allah, maka dapat menghasilkan buah berupa kita akan semakin dekat dengan Allah. Zikir yang kita baca akan semakin merasuk ke dalam hati sanubari. <p align="justify"> <p align="justify">Apabila ilmu kita dalam masalah keagamaan itu mendalam, niscaya kita akan menjadi orang yang alim. Karakter alim inilah yang harus diutamakan. Dari orang alim inilah kemudian ajaran Ahlus Sunnah Waljamaah akan tersebar. <p align="justify"> <p align="justify">Terkadang ada seseorang yang mengesampingkan ke-alim-an dibanding dengan yang lainnya. Dia lebih suka melestarikan pesantrennya padahal anaknya masih belajar menuntut ilmu agama. Dia lebih suka mendirikan pesantren terlebih dahulu untuk anaknya nanti jika sudah pulang dari ngajinya di pesantren. Hal semacam ini berbeda dengan apa yang telah diajarkan oleh Kiai Umar bin Harun dan Kiai Zubair. Kedua ulama ini lebih suka memilih mengajar dari pada mendirikan pesantren. <p align="justify"> <p align="justify">Ulama itu tugasnya ada yang hanya mengajar dan ada mengurus pesantren. Kiai Umar dan Kiai Zubair lebih suka mengutamakan mengajar dan menolong agama Allah dibandingkan dengan mendirikan pesantren. Sehingga, dari keikhlasan mengajarnya ini banyak santri yang mengklaim dirinya mondok di Kiai Umar atau mondok di Kiai Zubair padahal keduanya ini tidak mempunyai pesantren. Para santri lebih suka menisbatkan ilmunya kepada kiai yang alim yang mengajarnya dari pada pesantren yang ia tempati. <p align="justify"> <p align="justify">Keikhlasan dalam bertafaqquh fiddin sudah memulai memudar. Namun, janganlah kita menghina orang yang telah lari dari konsep mendahulukan kealiman. Janganlah kita menghina orang yang suka mendirikan pesantren. Sebab, jalannya Islam di zaman sekarang itu harus dengan memakai media pesantren. <p align="justify"> <p align="justify">Marilah kita ikhlas dalam bertafaqquh fiddin. Dengan bertafaqquh fiddin seseorang akan menjadi alim dalam masalah keagamaan yang bersumber dari Al-Quran. Buahnya, zikir yang kita baca akan semakin bermakna. Lafal Allah yang kita baca akan semakin merasuk ke dalam jiwa. <p align="justify"> <p align="justify">Lafal Allah yang kita baca itu berbeda dengan yang lainnya. Selain tidak bisa ditasrif, ketika lafal Allah hurufnya kita lepas satu persatu, maka maknanya akan semakin mendalam dan mengena. Ketika lafal (الله) Allah, hamzahnya (ا)kita hilangkan, maka akan menjadi lillah (لله). Lafal lillah ini mempunyai sebuah arti hanya karena Allah. Jika beramal tidak karena Allah, maka amalnya tidak akan diterima dan tidak akan sampai kepada Allah. Ketika huruf lam (ل)yang ada di depannya kata lillah (لله) kita hilangkan, maka lafal Allah akan menjadi lahu (له). Artinya, hanya karena Dia. Lafal lahu ini memakai dhamir yang menunjukan makna Ghaib. Maknanya (لالغيره بل له فقط) la lighairihi bal lahu faqath. Maknanya tidak karena selain Allah, akan tetapi hanya karena Allah. Dhamir (ه) ha’ yang ada pada lafal lahu ini masih bisa diarahkan kepada dhamir Ghaib secara umum atau dhamir Syaen. Namun, setelah dibuang (ل) lamnya lagi, maka hanya boleh dikatakan dhamir Syaen. Sehingga, ketika kita menzikirkan lafal (ه) hu, (ه) hu, (ه) hu itu maknanya hanya kembali kepada Allah. Apabila dhamir ha’ tadi dihilangkan, maka yang ada hanyalah dzikrul qalbi(ذكرالقلب) sebab sudah tidak diucapkan lagi. Lafal Allah ini berbeda dengan lafal (زيد) Zaidun dan (فضل) Fadhal. Kata Zaidun ketika dihilangkan huruf (ز) zaknya, maka akan menjadi (يد) yadun yang mempunyai arti tangan. Padahal sebelumnya bermakna tambah. Begitu juga lafal (فضل) fadhal. Lafal ini asalnya mempnyai arti keutamaan. Namun, jika huruf (ف) fa’nya dihilangkan, maka menjadi (ضل) dhalla yang mempunyai makna sasar (tersesat). <p align="justify">Makna zikir Allah ini tidak akan diketahui oleh seseorang kecuali dia mau mengaji. Mengaji dengan cara mengikuti jejak-jejak ulama salaf. Mengaji dengan tujuan agar tahu tugas utamanya mengapa mereka diciptakan. Yaitu, hanya untuk menyembah kepada Allah. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56</strong></font> <p align="justify"> <p align="justify">Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz Dzaariyaat : 56) <p align="justify"> <p align="justify">Jika zikir-zikir tadi dijalankan sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw dan para Salafus Shaleh, niscaya hari Kiamat tidak akan kunjung tiba. Hal ini disebabkan semata-mata karena di atas permukaan bumi ini masih banyak hamba Allah yang mau berzikir kepada-Nya. Rasulullah Saw bersabda: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic">قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا تقوم الساعة حتى لا يقال في الأرض الله الله) اخرجه مسلم</font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"></font> <p align="justify">Rasulullah Saw bersabda, “Hari kiamat tidak akan ditegakkan di atas permukaan bumi sehingga tidak ada orang yang berzikir, “Allah Allah.” (HR. Muslim). <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 11 Januari 2013. <p align="justify">------------------------<br>Artikel adalah sari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair dalam acara persiapan Ikhtibar I Muhadhoroh PP. Al-Anwar, tahun ajaran 1434 H.</p> ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-67955147747478483052013-12-21T13:18:00.000-08:002014-01-05T18:38:29.107-08:00Mencetak Kader-kader Yang Penuh Dengan Cahaya<p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEf2cAY-wRAqO5pof-9xHIUSE_DThR9QtysMLOILLoJ5Rapk1i4BO_z7PxZDQfr5ublKHtJbB2hiemEe_iLXOqRkscJM-GEjrTxCk7Lg2Hs9uZNQvVzwlttGi86l30PhYDUKINSrW74Zg/s1600-h/pemuda-islam-cartoon%25255B6%25255D.jpg"><img title="pemuda-islam-cartoon" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 15px 0px 0px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="pemuda-islam-cartoon" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_pLLDFxo2JNaxy8YJI-LJlIteOp6cIm5H1JSEidmT4oPqLS2gyZQSa_tu9HjcqSDGrY_15xDyySijkttmpJlRq3ftktYCnVboa4v4oop7_wTCl2SasZa93ELALcd5lQCSauGgl44WUkE/?imgmax=800" width="400" height="533"></a> "Mutiara semakin kecil bentuknya, maka akan semakin mahal harganya." Itulah ungkapan di tahun kemarin yang di tausiyahkan oleh Syaikh Rojab untuk menanggapi dari pidato Syaikhina Maimoen, "Pondokku ini adalah pondok yang kecil." <p align="justify"> <p align="justify">Di samping itu, Syaikh Rojab juga memuji bahwa di Al-Anwar itu penuh dengan cahaya. Di antaranya adalah "cahaya" yang berhubungan dengan membaca Al-Quran, membaca Shalawat, Salat malam, dan lain-lain yang ada kaitannya dengan syariat Islam. <p align="justify"> <p align="justify">Cahaya Islam tidaklah mudah cara untuk mendapatkannya. Seperti halnya pepatah kuno, "Semudah membalikkan telapak tangan." Tapi, membutuhkan pengorbanan dan keikhlasan dalam mencapainya. Jangan terkecoh dengan konsep Islam itu mudah, sebab kemudahan yang ditawarkan Islam itu harus di sertai dengan "ilmu". <p align="justify"> <p align="justify">Ilmu adalah sumber cahaya. Maka dari itu, kita di sini (dalam tulisan ini) akan menyibak cahaya ilmu yang dibawa oleh Syaikh Rojab yang datang jauh-jauh dari Damaskus, Syiria. Perlu diketahui bahwa cahaya itu mempunyai sebuah sumber penempatan, atau wadah. Yang dimaksud wadah di sini adalah wadah manusia itu sendiri. Karena ilmu itu bercahaya atau tidak itu tergantung "manusia" yang mengolahnya. <p align="justify"> <p align="justify">Untuk menjaga kedinamisan hidup antara sesama manusia dalam membangun rumah tangga agar keturunan terjaga, Islam mensyariatkan agar seorang laki-laki dan perempuan yang sudah sampai waktunya untuk menikah agar segera menikah. Atau juga ketika dia sudah tidak bisa menahan pandangan antara lawan jenis. Maka orang seperti ini disuruh untuk "menikah".Tapi, jangan hanya menikah untuk memenuhi Nafsu Biologis saja. Karena hal ini tidak sesuai dengan konsep Islam. Niatkanlah nikahmu untuk memenuhi sunnah Rasulullah Saw supaya mendapatkan berkah. <p align="justify"> <p align="justify">Pernikahan secara etimologi itu mempunyai arti perkumpulan. Hal ini memberikan gambaran akan pentingnya konsep perkumpulan ini. Yaitu, dengan perkumpulan seorang laki-laki dan perempuan dapat merealisasikan hadist Nabi Muhammad Saw untuk memperbanyak keturunan yang dipoles dengan iman dan taqwa agar kelak Rasulullah Saw merasa bangga dengan umatnya yang banyak serta taat kepada Allah dan Rasul-nya. Selain bermaksud itu, pernikahan juga terjadi pada Al-Quran dan Al-Hadist. Keduanya ini saling membutuhkan untuk "dikumpulkan" supaya terjadi pemahaman yang mengarah. Al-Quran membutuhkan Al-Hadist, dan Al-Hadist membutuhkan Al-Quran. <p align="justify"> <p align="justify">Karena perkembangan zaman yang begitu cepat dan pesat, hukum-hukum Islam juga bertunas cepat. Hal itu juga membutuhkan untuk dikumpulkan menjadi satu. Yaitu, Ijma dan Qiyas ke dalam produk utama (Al-Quran dan Al-Hadist). Sehingga, hukum Ahlussunnah waljamaah jumlahnya menjadi empat. Yaitu, Al-Quran, al-Hadis, Ijma dan Qiyas. <p align="justify"> <p align="justify">Setelah menikah, tugas dari suami istri adalah mencetak kader-kader aktivis agama Islam.Tentunya hal ini tidaklah mudah, sebagaimana pendapat orang-orang yang menikah hanya memenuhi nafsu Biologis.Tumbuhnya generasi yang baik itu dipengaruhi oleh gennya, yakni dari sumber Ovum dan Sperma itu dikeluarkan.Terutama dari cinta dan taatnya orang tua kepada Allah dan Rasul-Nya. Contoh kecil dari perhatian seorang suami terhadap istri dalam masalah agama adalah, jika istri telah memecahkan gelas, sang suami tidak marah.Tapi, bila sang istri meninggalkan salat dengan sengaja, maka sang suami marahnya bukan main. Karena hal ini ada hubungannya dengan tanggung jawab di sisi Allah kelak di akhirat. <p align="justify"> <p align="justify">Anak-anak yang dihasilkan dari pernikahan yang baik, lalu dididik dengan pendidikan syariat Islam dengan baik pula, maka bendera Islam akan naik dengan cahaya yang berkilauan.Tapi, modal utama untuk mendapatkan cahaya adalah ilmu, bukan dunia yang hina ini. Hal ini sebagaimana yang telah dituturkan di atas. Karena mencetak kader-kader yang membawa cahaya itu sangatlah sulit. Sebab, di zaman ini banyak sekali baksil-baksil yang ingin menghancurkan situs-situs Islam. <p align="justify"> <p align="justify">Pemuda yang baik adalah pemuda yang berprilaku dengan prilakunya orang-orang pesantren. Mengapa demikian? Karena kalau kita mau membuka memori sejarah yang ada, bahwa ulama itu adalah penerus dan pemegang tongkat Estafet dari para nabi sebagaimana hadist Nabi Muhammad Saw, "Ulama itu adalah pewaris para nabi." Sebaik-baiknya tempat atau majlis adalah majlisnya Ulama. Pesantren adalah majlis ulama yang kental. Karena tempat-tempat tersebut ada ilmu. Jadi, jangan kawatir jika pemuda-pemudi kita menghabiskan waktunya untuk tinggal di pesantren untuk "ngalap ilmu" kepada para ulama yang mengasuh pesantren. <p align="justify"> <p align="justify">Seorang pemuda jika sudah digodok dengan bumbu-bumbu ilmu syariat yang kental di pesantren, apabila dia menjadi graduated from Islamic school ini, maka dia akan menjadi jelmaan dari konsep-konsep yang tertera di dalam Al-Quran dan Al-Hadist. Sehingga pada akhirnya, pemuda yang semacam ini akan menjadi icon dan tumpuan untuk rujukan suatu kebaikan yang diperintahkan oleh syariat Islam. Dalam sebuah Hadist ada sebuah keterangan bahwa, "Sesungguhnya makhluk yang dicintai Allah Swt adalah pemuda yang umurnya masih belia, berparas tampan, yang menggunakan ketampanannya dan waktu mudanya untuk Allah, dan mencurahkan dirinya untuk beribadah kepada Allah Swt dan beristiqomah dalam menjalankan kebaikan sampai mati." <p align="justify"> <p align="justify">Pemuda yang kesehariannya selalu mentaati perintah Allah dan menjahui larangan-Nya, maka dia akan menginginkan dirinya untuk dijual kepada Allah. Yakni, Allah yang akan membelinya. Menjual bukan hanya sekedar menjual seperti ibu-ibu yang menjual jualannya di pasaran.Tapi, penjual yang menawarkan dirinya sebagai barang yang mempunyai bentuk yang beraneka ragam. Ada yang berbentuk dzikrullah, mengerjakan salat, baik wajib maupun yang sunnah, ada yang membaca Al-Quran, Bershalawat dan cinta kepada ulama. Jika pemuda sudah berupa barang yang seperti ini, kemudian dia menjualnya kepada Allah, niscaya Allah akan membelinya dengan harga surga. Insya Allah dia mendapat rida-Nya. <p align="justify"> <p align="justify">Jika pemuda sudah menjual dirinya kepada Allah, dan penjual tadi hanya berlangganan dengan Allah, maka orang tadi akan tetap eksis dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya hingga hatinya bersih dan bening. Tidak ada sesuatu yang lain yang dituju kecuali hanya Allah. Hidup untuk Allah dan mati hanya untuk Allah. Maka pemuda yang seperti ini, bersiap-siaplah untuk bertemu Allah dan Rasul-Nya. <p align="justify">Terakhir pesan dari Syaikh Rojab untuk Santri-santri Al -Anwar. <ol> <li> <div align="justify">Ihlaslah dalam mencari ilmu </div> <li> <div align="justify">Ikutilah gurumu ini (Syakhina Maimoen Zubair) </div> <li> <div align="justify">Juallah dirimu kepada Allah dengan berdzikrullah dan mencintai gurumu ini (Syakhina Maimoen Zubair) </div> <li> <div align="justify">Jangan menjual dirimu untuk kemaksiatan dan kesenangan dunia </div> <li> <div align="justify">Dunia itu milik Allah, jika kamu memilih Allah, niscaya dunia akan menjadi milikmu.</div></li></ol> <p align="justify">Sarang, 26 Mei 2010</p> <p align="justify">Catatan: Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair, Syaikh Rojab Dib As-Subki dan Syaikh Mahmud di acara kunjungannya Syaikh Rajab yang kedua.</p> ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-3326811973314069372013-12-21T12:45:00.000-08:002014-01-05T18:38:29.201-08:00Kesamaan Indonesia dan Negara Islam Saat Rasululah Saw<p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPKPYSp12JpWx4ArHPU9tIQaFibgyXL3zqK77PBebzltsvvjI-hpOpwiZn2sbfg7vyf7aOuO4gs1ZOhxfELVMGDx-ZYIgFwLV5lqtmKsYGPF4aevHEY1Be-c03H1BPChJniqyVhJNbaFs/s1600-h/indonesia%25255B6%25255D.png"><img title="indonesia" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 15px 0px 0px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="indonesia" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiz9xhv1h8RjWFvI348Y-ySv7vS2UY9Dal7Wxk-nxW-AHKhD6C_cYKnUV8fuEIN3YeQPXHicuRqFcaBtE1AW2zNPJgidMjK0MCk9m2muDnFCJ6_SqDuigTHukLOex-anryHnMBj79Af_Q/?imgmax=800" width="400" height="533"></a> Negara Kesatuan Republik <a title="indonesia" href="http://pondokalanwar.blogspot.com/2013/12/kh-maimoen-zubair-dan-nahdlotul-ulama.html" rel="tag" target="_blank">Indonesia</a> ini mempunyai kesamaan dengan negara Arab yang dibangun oleh baginda Nabi Muhammad Saw. Dahulu kala, telah terjadi peperangan besar antara bangsa penjajah. Yaitu, Romawi dan Yunani (Persia), yang mengakibatkan kekalahan pada salah satu pihak sehingga wilayah penjajahan menjadi milik yang menang. Perang besar itu dimenangkan oleh bangsa Yunani. Maka bangsa penjajah yang berkuasa di Semenanjung Arab adalah bangsa Yunani. Di waktu itu bangsa Romawi yang mewakili negara Barat beragama Kristen. Dan Yunani yang mewakili Timur beragama penyembah Matahari atau Api serta Berhala. Kekuasaan yang dinikmati oleh Yunani berlangsung kurang lebih tujuh tahun. Namun, akhirnya terjadi perang besar lagi. Di peperangan ini, kemenangan berada di pihak Romawi. Ironisnya, ketika bangsa Romawi ingin menjajah bangsa Arab lagi, Allah telah mengutus Nabi Muhammad Saw. Sehingga, penjajahan menjadi terbengkalai. <p align="justify"> <p align="justify">Adapun <a title="indonesia" href="http://pondokalanwar.blogspot.com/2013/12/kh-maimoen-zubair-dan-nahdlotul-ulama.html" rel="tag" target="_blank">Indonesia</a>, sejak dahulu merupakan negara jajahan milik Belanda yang berlangsung selama tiga setengah abad. Penjajahan Belanda ini terjadi sangat lama sekali. Negara Belanda merupakan Negara Eropa yang beragama Kristen. Setelah Belanda mengeyangkan penjajahannya, akhirnya, Belanda diusir dari negara Indonesia oleh penjajah Jepang. Dan yang berkuasa setelahnya adalah Jepang. Jepang merupakan negara Timur yang beragama Sinto (penyembah Matahari). Pendudukan Jepang di Indonesia berlangsung kurang lebih tiga setengah tahun. Pada akhirnya terjadilah Perang Dunia II. Jepang berada di pihak Jerman. Dan Belanda berada di pihak Sekutu. Dalam perang besar ini, pihak yang menang adalah Sekutu. Negara Jepang kalang kabut berhadapan dengan negara Sekutu. Akhirnya, Jepang harus menerima kekalahan yang begitu besar. Kota pusat industri Jepang, Nagasaki dan Hiroshima telah dijatuhi Bom Atum oleh Sekutu pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. <p align="justify"> <p align="justify">Ketika Perang Dunia usai, Belanda ingin kembali ke tanah air Indonesia untuk menjajah lagi. Namun, oleh bangsa Indonesia dapat dibatalkan niatnya. Negara Indonesia ini sudah menggelar Proklamasi terlebih dahulu. Sehingga, yang ada dari bangsa Belanda adalah agresi militer untuk bangsa Indonesia. Tapi, hal itu bisa ditangkis oleh bangsa Indonesia. Mengenai keagungan ini Allah telah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic">الم (1) غُلِبَتِ الرُّومُ (2) فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (3) فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (4</font> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"></font> <p align="justify">"Alif laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi. bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman." (QS. Ar-Rum : 1-4) <p align="justify"> <p align="justify">Perlu diketahui, bahwa kemerdekaan bangsa Arab itu didahului oleh peperangan antara bangsa Yunani dan Romawi. Hal ini mirip dengan kemerdekaan bangsa Indonesia yang didahului oleh peperangan antara Sekutu dan Jepang. Dan yang paling penting, bahwa Negara yang dibangun oleh Rasululah Saw itu adalah Negara yang gemah ripah loh jinawe, baldatun toyyibatun warobul ghafur. Pembangunan ini sebagaimana pembangunan yang ada pada negeri Saba yang merupakan negara islam yang makmur. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic">لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (15</font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"></font> <p align="justify">"Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun." (QS: Saba:15). <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 7 Juni 2009. <p align="justify">Catatan: Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen saat ada kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudoyono.</p> ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-74925476557798044062013-12-21T12:37:00.000-08:002014-01-05T18:38:29.298-08:00Keutamaan Berdzikir dan Kesamaan Negeri Yaman dengan Indonesia<p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7mR7YLU3yHYdIfZRK5EHCk3d5GewMa0Hfhw-wHnFH3ZeS10sY94l708_ByD6zIvRbBg475RBBraLAnGcNJkAv5lLawCaKtO4rk8Ls4-cR-y5eV2Fg7zgpBZr8m8ULu-hYYDCsl1XxHoI/s1600-h/dzikir%25255B6%25255D.jpg"><img title="dzikir" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 0px 0px 17px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="dzikir" align="right" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVGeNFrnZJgdLx4RsoFi42oywV9mNME6AUitbyw2ooHJjbloLEnqq3VNp_muje7cvIutUf87_eGvtAvnzpiAsODZ2MHwx2UW_lDto1yahNGc24nojsIEMCu5WEBdd_XRaaoq64vEwXp0Y/?imgmax=800" width="336" height="587"></a> وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ (20) وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (21) قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَأْفِكَنَا عَنْ آلِهَتِنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (22) قَالَ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَأُبَلِّغُكُمْ مَا أُرْسِلْتُ بِهِ وَلَكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ (23) فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25) وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (26) وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ الْقُرَى وَصَرَّفْنَا الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (27</strong></font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="justify">"Dan (Ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu Telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu Telah bersenang-senang dengannya; Maka pada hari Ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan Karena kamu Telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan Karena kamu Telah fasik". Dan ingatlah (Hud) saudara kaum 'Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan Sesungguhnya Telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): "Janganlah kamu menyeMbah selain Allah, Sesungguhnya Aku khawatir kamu akan ditimpa <a title="azab" href="http://pondokalanwar.blogspot.com/2013/12/lamanya-manusia-di-neraka-kebersamaan.html" rel="tag" target="_blank">azab</a> hari yang besar". Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyeMbah) tuhan-tuhan Kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang Telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar". Ia berkata: "Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) Hanya pada sisi Allah dan Aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang Aku diutus dengan membawanya tetapi Aku lihat kamu adalah kaum yang bodoh." Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke leMbah-leMbah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan!) bahkan Itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, Maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. Dan Sesungguhnya kami Telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan kami Telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, Karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka Telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya. Dan Sesungguhnya kami Telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan kami Telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertaubat)." (QS. Al-Ahqaf : 20-27). <p align="justify">Pada ayat 20 ini, Syaikhina Maimoen Zubair menjelaskan bahwa selain neraka yang ditampakkan setelah hari dibangkitkan, neraka juga ditampakkan sebelum hari dibangkitkan. Orang yang mengalami hal itu adalah raja Firaun. Dia adalah sosok manusia yang mendapat laknat dari Allah karena mengaku dirinya sebagai tuhan yang berhak disembah selain Allah. Sungguh neraka telah ditampakan untuk manusia yang sombong ini di waktu Pagi dan Petang. Allah berfirman: <p align="right"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ (46 </strong></font> <p align="justify"> <p align="justify">"Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang. dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras." (QS. Al-Ghafir : 46). <p align="justify">Dari kejadian ini (neraka diperlihatkan di Pagi dan Sore hari), maka Allah memerintahkan hamba-Nya untuk mengerjakan salat pada dua waktu di penghujung hari. Salat Subuh di waktu Fajar dan salat Ashar di waktu Petang. Dua salat ini kelak akan menjadi tameng atau benteng bagi orang yang yang mau mengerjakannya dari panasnya api Neraka. <p align="justify">Meskipun neraka kelak akan ditampakan di Pagi hari dan di waktu Petang sebelum hari dibangkitakan, tetapi orang-orang kafir masih saja tidak menggubris apa yang telah disampaikan Al-Quran. Mereka memilih dunia dan terlena di dalamnya. Mereka sangat senang menjalankan perbuatan yang ada kaitannya dengan dunia, bahkan sangat bangga. <p align="justify">Orang kafir itu mengetahui bahwa dunia ini makin hari makin rusak dan berkurang. Yang suatu saat akan berhujung pada suatu kehancuran. Hal itu nampak dengan kejadian-kejadian alam yang sudah tidak normal lagi. Sumber-sumber alam kian hari tambah habis karena telah dikeluarkan manusia dari perut bumi dengan penuh keserakahan. Semua kerusakan alam tadi akan mengantarkan kerusakan yang menakutkan. Yaitu, terjadinya hari <a title="kiamat" href="http://pondokalanwar.blogspot.com/2013/12/lamanya-manusia-di-neraka-kebersamaan.html" rel="tag" target="_blank">Kiamat</a>. <p align="justify"> <p align="justify">Perlu diketahuai bahwa semua kekayaan alam yang ada di jagat raya ini telah disediakan Allah bagi hamba-Nya yang beragama Islam. Dengan kekayaan yang banyak ini, orang yang beragama Islam harus hidup mulia ketika dunia dan akhirat. Dan kunci hidup nikmat di hari yang kedua (akhirat) adalah harus beramal kebajikan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Allah selama hamba tadi masih hidup di dunia. <p align="justify">Amal kebajikan di dunia yang paling baik adalah salat, terutama salat Subuh dan Ashar yang harus diperhatikan lebih khusus bila dibandingkan dengan yang lainnya tanpa mengesampingkannya. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ (114</font></strong> <p align="justify"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic"></font></strong> <p align="justify">"Dan Dirikanlah seMbahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat." (QS. Hud :114). <p align="justify"> <p align="justify">Orang yang hidup di dunia, khususnya yang menjadi hamba-hamba Allah, kalau beribadah mereka harus beribadah dengan bersungguh-sungguh. Merasa hina, tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Allah. Ingat dosa yang kita perbuat yang sedemikian banyaknya. Sehingga, ketika kita tidak kuat menahan hal itu akan membuat semakin dekat dengan Allah. Hati kita akan menangis tatkala ingat telah melanggar larangan-larangan Allah. <p align="justify"> <p align="justify">Apakah kita tidak melihat pada diri seorang wanita? Dalam jiwanya mudah sekali untuk menangis dan mengeluarkan air mata. Tapi, kita jangan seperti wanita karena kebanyakan dari mereka itu menangis bukan karena takut kepada Allah. Akan tetapi, kebanyakan mereka menangis karena dunia. Makanya kalian jangan terlena dengan wanita yang berparas seperti ini. <p align="justify"> <p align="justify">Beribadahlah kalian kepada Allah dengan bersungguh-sungguh. Sebab, dunia ini kelak akan dihancurkan kecuali berzikir kepada Allah. Dan puncak zikir itu adalah salat. Rasulullah Saw bersabda: <p align="justify"> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">عن أنس رضي الله عنه قال قال النبي صلى الله عليه وسلم ( لا تقوم الساعة على أحد يقول الله الله </font></strong> <p align="justify"> <p align="justify">Dari Anas Ra mengungkapkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Hari kiamat tidak akan ditegakkan bagi seseorang yang senantiasa berkata: “ Allah Allah.” (Al-Hadist) <p align="justify">Selain salat yang menjadi zikir, banyak juga zikir yang harus kita amalkan di sepanjang hari. Misalnya: <ol> <li> <p align="justify"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">لا إله إلاالله</font></strong></p> <li> <p align="justify"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">سبحان الله ، والحمد لله ، ولا إله إلا الله ، والله أكبر</font></strong></p> <li> <p align="justify"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وبحمده سبحان ربي الأعلي وبحمده</font></strong> <p align="justify"> </p></li></ol> <p align="justify">Jika kita sudah memperbanyak bacaan zikir, terutama di waktu salat, maka kemakmuran bangsa Indonesia akan semakin meningkat. Duhulu bangsa Indonesia yang mengerjakan salat cuma sedikit, kira-kira cuma 5%, makanya mereka hidup dengan kesensaraan dan penderitaan dalam kekuasaan penjajah. Kemudian setelah zaman Orde Baru banyak orang yang menjalankan salat, kira-kira 10 %. Sehingga, dari tambahnya orang yang mengerjakan salat ini, nikmat Allah ditambahkan untuk bangsa Indonesia, yang asalnya bangsa penjajah berkeliaran di negara kita sekarang sudah tidak ada lagi. Dan sekarang bangsa Indonesia yang menjalankan salat semakin meningkat bila dibandingkan dengan zaman yang sebelumnya, kira-kira 85 %. Sungguh kenikmatan sekarang sangat luar biasa bila dibandingkan dengan zaman sebelumnya yang masih sedikit orang yang menjalankan salat. <p align="justify"> <p align="justify">Perlu diketahui bahwa rumah atau tempat tinggal yang tidak digunakan sembahyang (salat) itu bagaikan kuburan. Kuburan merupakan suatu tempat kegelisahan yang tidak ada kesenangannya. Makanya aparat desa yang bertugas sebagai Mbah Moden (tukang mayyit) dan Tukang Gali Kuburan itu hidupnya miskin alias sulit menjadi orang kaya. <p align="justify"> <p align="justify">Solusinya biar rumah kita tidak seperti kuburan, sehingga kita bisa merasakan hidup dengan ketenangan dan kenyamanan adalah dengan cara kita mengerjakan salat di dalamnya. Caranya, kita mengerjakan salat Fardu dengan cara berjamaah di masjid atau mushalla, lalu ketika menjalankan salat sunnah kita kerjakan di rumah masing-masing. <p align="justify">Setelah menerangkan salat dan sesuatu yang berhubungan dengannya, Syaikhina Maimoen Zubair mengupas sejarah yang berada di Yaman Selatan, tepatnya di Hadrahmaut. Penghuninya adalah bangsa Aad. Mereka bertempat tinggal di Al-Ahqaf, sebuah jurang yang bertempat di Yaman. <p align="justify"> <p align="justify">Kaum Aad selalu mendapat peringatan dari Allah lewat Nabi Hud As. Namun, mereka tidak memperdulikan seruan Allah tadi. Mereka tetap menyekutukan Allah dan memilih untuk memilih menyembah berhala yang tidak dapat memberikan apa-apa kepada mereka. Dari sifat yang balelo ini, akhirnya Allah menghancurkan mereka dengan azab yang sangat pedih. Mereka binasa di dalamnya. <p align="justify"> <p align="justify">Duhulu pada zaman Nabi Hud As, Allah telah menurunkan kemarau yang panjang, tidak ada hujan selama bertahun-tahun. Namun, mereka tetap tenang-tenang saja, sebab ada ulama-ulama yang mustajab doanya memihak kepadanya. Mereka meminta tolong kepada ulama-ulama yang menyimpang dari Nabi Hud As tadi untuk menghilangkan kemarau panjang tersebut. Sehingga, mereka menjadi bisa hidup makmur lagi. <p align="justify"> <p align="justify">Ulama-ulama tadi menyanggupi permintaan umat Nabi Hud As yang balelo. Mereka pergi ke Makkah untuk berdoa, sebab di sana ada tempat yang mustajab doanya. Oleh Allah, ulama-ulama tadi diuji sebuah cobaan untuk memilih satu di antara dua pilihan yang ditawarkan. Apakah mereka memilih mendung Putih yang berlambangkan adanya hujan yang berkah? Atau memilih mendung yang Hitam yang berlambangkan adanya azab? Anehnya mereka lupa tugasnya sendiri untuk berdoa ketika sudah sampai di Makkah. Namun, akhirnya mereka diingatkan oleh seorang wanita. <p align="justify"> <p align="justify">Di Ka’bah mereka berdoa sesuai yang diharapkan kaum Aad dengan harapan Allah akan menurunkan hujan yang berkah. Namun, sayang seribu sayang, mereka salah memilih mendung yang ditawarkan Allah. Mereka memilih mendung hitam yang merupakan lambang adanya azab dari Allah. <p align="justify"> <p align="justify">Karena salah memilih mendung, kaum Aad disiksa dengan azab yang bertubi-tubi. Angin berhembus begitu kencang sehingga pohon Kurma yang begitu kuat menjadi jebol oleh angin besar tadi. Dari bencana ini, berdampak pohon Kurma di sana jarang ditemukan. Angin itu namanya angin Saketro. Angin itu sekarang masih ada sebagaimana yang telah disaksikan oleh Syaikhina Maimoen Zubair. <p align="justify"> <p align="justify">Meskipun negara Yaman di zaman dahulu telah dihancurkan Allah dengan siksa-Nya yang amat pedih. Namun, Allah juga telah memunculkan keberkahan lagi setelah itu. Keberkahan itu muncul lewat keturunan Rasulullah Saw yang membawa banyak keberkahan. Oleh para habaib (keturunan Rasulullah Saw), Yaman menjadi negara yang maju. Sekarang Yaman menjadi salah satu kota pendidikan Islam yang diakui di dunia. Banyak pelajar dari penjuru dunia yang berbondong-bondong belajar di sana. Rasulullah Saw bersabda: <p align="justify"> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">مَثَلُ أَهْلِ بَيْتِي مَثَلُ سَفِينَةِ نُوحٍ ، مَنْ رَكِبَ فِيهَا نَجَا وَمَنْ تَخَلَّفَ عَنْهَا غَرِقَ</font></strong> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic"></font></strong> <p align="justify">Perumpamaan ahli baitku itu bagaikan perahunya Nabi Nuh. Barang siapa yang naik di dalamnya, maka akan selamat. Dan barang siapa yang berpaling darinya, maka akan tenggelam. <p align="justify"> <p align="justify">Mengenai Yaman yang sulit dimasuki ajaran Islam hingga saking sulitnya Nabi Hud As tidak bisa menyempatkan diri untuk menjalankan ibadah haji karena sibuk mengurusi umat yang mbandel-mbandel ini. Hal ini ada kesamaannya dengan prosesi masuknya agama Islam di Indonesia, terutama pulau Jawa. Jawa sangat sulit dimasuki Islam bila dibandingkan dengan pulau Sumatra yang telah mendahuluinya. Mengapa sulit? Apa rahasia di balik itu semua? Hal itu tidak lain karena di Jawa banyak Hong Walihong, Begejel dan Dedemit yang suka mengganggu. Kesulitan untuk memasukkan ajaran Islam di Indonesia itu hilang berkah perjuangan keturan Rasulullah Saw yang menyebarkan ajaran Islam di pulau tercinta ini. Beliau tidak lain adalah Wali Songo. <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 8 Desember 2010 M <p align="justify">Catatan: Artikel ini disarikan dari pengajian tafsir Syaikhina Maimoen Zubair pada hari Ahad dengan QS. Al-Ahqaf : 20-27 pada 6 Juni 2010 M.</p> ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-37583868670383512412013-12-21T12:31:00.000-08:002014-01-05T18:38:29.396-08:00Siksa Allah Kepada Umat-umat terdahulu dan Kelakuan Jin<p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUYujBSDaeDA3gII2B_eH2Pt1aVLNUUofRF92oNiLbooOetXtdmrkA7EKagdljhwLVSoNmcYzwuR1eo-i5i9tNqFynWw8Xrh4ebxjwKvgYCl5j19ZSeV8N4x-ZhMO223fXUzvpqO3kemE/s1600-h/siksa%252520neraka%25255B6%25255D.jpg"><img title="siksa neraka" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 0px 0px 15px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="siksa neraka" align="right" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeqKzedqlLg27g6jRNfaCp7bGyw_zBQI6bMc60q-nsCEDpbZQZFfUPBG4XQPJ4xUcnj6iW852X3yOmTO6vwvV7l6c3etzL9Kyy3DAecGmp_t2hnW-rqXzhyphenhyphenyCE0LpIaNfPCxCtdDQfyt8/?imgmax=800" width="400" height="268"></a> فَلَوْلَا نَصَرَهُمُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ قُرْبَانًا آلِهَةً بَلْ ضَلُّوا عَنْهُمْ وَذَلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (28) وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ 29) قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ (30) يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (31) وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (32</strong></font> <p align="justify"><strong></strong> <p align="justify"> <p align="justify">"Maka Mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai Tuhan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka. bahkan tuhan-tuhan itu Telah lenyap dari mereka? Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan. Dan (Ingatlah) ketika kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". ketika pembacaan Telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: "Hai kaum kami, Sesungguhnya kami Telah mendengarkan Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah Maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata." (Al-Ahqaf : 28-32). <p align="justify"> <p align="justify">Makkah, suatu tempat di mana <a title="Nabi Muhammad Saw" href="http://pondokalanwar.blogspot.com/2013/12/mukjizat-dan-alasan-ke-umii-rasulullah.html" rel="tag" target="_blank">Nabi Muhammad Saw</a> dilahirkan telah dikelilingi oleh negara-negara yang mana di situ Allah telah menimpakan azab dan bencana bagi kaum yang tidak mau menerima seruan nabi yang telah diutus Allah. Untuk arah Utara, Makkah berbatasan dengan negeri Nabi Shaleh As. Arah Selatan, Makkah berbatasan dengan negara Nabi Hud As. <p align="justify"> <p align="justify"><a title="Siksa" href="http://pondokalanwar.blogspot.com/2013/12/lamanya-manusia-di-neraka-kebersamaan.html" rel="tag" target="_blank">Siksa</a> yang begitu besar itu telah ditimpakan Allah kepada umat yang balelo. Siksanya begitu dahsyat sekali sampai-sampai pohon Kurma yang begitu kuat sekali dapat jebol dan roboh karena diterjang angin yang begitu kencang. Hal ini karena adanya murka Allah. Ada juga siksa, bumi yang dibalik yang ditimpakan kepada umat Nabi Luth As. Memori kaum Luth ini terkenal dengan sebutan “Bahrul Mayyit”. Semua itu diabadikan Allah sampai zaman sekarang. Sungguh aneh kejadian itu! Lihatlah lautan dari Bahrul Mayyit, lautannya seperti bangkai. Sebab, laut itu tidak asin dan tidak pula dingin tapi tanahnya asin. Subhanallah. <p align="justify"> <p align="justify">Semua kejadian tadi merupakan peristiwa di luar nalar pemikiran akal manusia. Hanya Allah yang dapat mengetahui hikmah yang tersirat di baliknya. Sebab, semua kejadian yang terjadi pada manusia kadang ada yang dijangkau oleh akal manusia dengan hukum kausalitas (sebab akibat) dan kadang sebaliknya, akan tetapi benar-benar terjadi. Dan semua kejadian yang dibawa oleh Nabi-Nabi Allah yang berupa mukjizat itu banyak yang tidak masuk akal. Contohnya, ketika ada peristiwa perang Badar, di mana orang-orang kafir yang terbunuh itu berjumlah sebanyak 70 orang. Termasuk di dalamnya adalah Abu Jahal. Semua orang yang mati ini adalah orang-orang yang menghina, mencaci-maki dan menghambatkan penyebaran syariat Islam selama di tanah suci Makkah. <p align="justify"> <p align="justify">Ketika Allah menurunkan siksa dan azab kepada hamba-Nya yang mursal, maka Setan yang menyertainya akan lari darinya. Sehingga, Setan tadi tidak terkena azab. Siksa tadi hanya dinikmati oleh hamba yang durhaka tadi tanpa ditemani Setan meskipun Setan itu adalah orang mengajak kepada murka Allah dan kesesatan sampai manusia menemui ajalnya dengan kondisi kafir, tidak beriman kepada Allah. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ (16</strong></font> <p align="justify"> <p align="justify">"(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia Berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", Maka tatkala manusia itu Telah kafir, Maka ia berkata: "Sesungguhnya Aku berlepas diri dari kamu, Karena Sesungguhnya Aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam." )QS. Al-Hasyr :16). <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>لكل احد قرينان قرين السوء هو الشيطان و قرين الخير هوالملائكة</strong></font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="justify">"Setiap seseorang itu mempunyai dua teman. Teman yang jelek, yaitu setan dan teman yang bagus, yaitu malaikat. (Al-Hadist). <p align="justify"> <p align="justify">Setelah menerangkan siksa yang telah diturunkan kepada umat-umat terdahulu, Syaikhina Maimoen Zubair melanjutkan pembahasannya tentang Jin. Jin adalah makhluk Allah yang berjisim halus yang mempunyai kewajiban sebagaimana kuwajiban yang ditugaskan Allah kepada manusia. Meskipun sama-sama mempunyai kuwajiban terhadap Allah, keduanya juga ada perbedaan yang signifikan. Yaitu, kalau manusia itu bisa membaca dan menulis sedangkan kalau Jin tidak bisa. Jin hanya bisa mendengarkan ilmu-ilmu yang telah disampaikan manusia. Maka dari itu, di alam Jin tidak ada orang yang alim sebagaimana yang terdapat di alam manusia. <p align="justify"> <p align="justify">Anehnya, meskipun Jin itu tidak bisa menulis dan membaca, Rasulullah Saw juga tidak bisa menulis dan membaca (ummi). Namun, dalam permasalahan umminya Rasulullah Saw tidak bisa disamakan dengan Jin yang tidak bisa membaca dan menulis. Sebab, umminya Nabi Muhammad Saw itu merupakan mukjizat dari Allah. Memang benar Rasulullah Saw tidak bisa membaca tulisan yang ada di bumi. Akan tetapi, beliau dapat membaca tulisan yang berada di Lauhul Mahfudz. Dan juga bisa mendengar kerikan Kalam yang berada di sana. Makanya, jangan pernah menghina Nabi Muhammad Saw dengan alasan buta huruf. <p align="justify"> <p align="justify">Buta huruf itu dikatagorikan menjadi dua bagian. Yaitu, buta huruf yang ada di dunia dan buta huruf yang ada di akhirat. Buta huruf di dunia adalah buta huruf yang tidak bisa membaca dan menulis selama di dunia. Buta huruf di akhirat adalah buta yang disebabkan karena melupakan ayat-ayat Allah selama hidup di dunia. Sehingga akibatnya, dia tidak bisa membaca dan menulis di akhirat. Seberapa orang itu paham Al-Quran, maka akan disandarkan seberapa orang itu akan bisa membaca dan menulis di akhirat. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا (71) وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا (72</strong></font> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"></font> <p align="justify">"(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan Kitab amalannya di tangan kanannya Maka mereka Ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)." (Al Israa : 71-72). <p align="justify"> <p align="justify">Bagi umat Islam itu harus hafal surat Al-Fatihah. Ada 7 ayat di dalamnya. Di dalamnya ada sifat Rahmannya Allah yang dibagikan untuk orang Islam dan orang yang bukan Islam. Makanya , orang Islam itu harus hidup enak di dunia dan akhirat. Apabila tidak bisa keduanya, maka cukuplah baginya untuk memilih negeri akhirat. Sebab, akhirat adalah negeri yang kekal dan abadi. <p align="justify"> <p align="justify">Orang-orang kafir yang mendapat nikmat yang agung kelak akan berbondong-bondong masuk Islam kecuali orang Yahudi. Yahudi masih bersikukuh dengan agamanya. Wajar saja ketika ditawarkan kepada mereka hal itu ditolaknya. Yahudi hanya menerima ajaran Taurat yang dibawa oleh Nabi Musa As. <p align="justify"> <p align="justify">Nabi Musa As adalah Nabi yang mempunyai umat dari kaum Yahudi dan umat dari bangsa Jin. Jin ini yang kelak akan mendengar bacaan Al-Quran tadi. Lalu sebagian dari mereka ada yang beriman kepada Allah dan sebagian lagi ada yang tidak beriman. Jin-Jin mencari ilmu dengan cara mendengarkan pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh ulama. Contoh kecilnya, duhulu ketika Kiai Zubair Dahlan sedang mengajar, ada Jin yang mendengarkan. Kejadian itu diketahui oleh Mbah Syuaib. Melihat dirinya diketahui oleh Mbah Syuaib, Jin itu lari. Namun, dengan kebijaksaan Mbah Syuaib jin itu disuruh untuk mendengarkan pengajian tadi. <p align="justify"> <p align="justify">Jin itu sangat senang mendengarkan bacaan Al-Quran. Terutama bacaan Al-Quran yang dibaca pada waktu menjalankan salat Subuh. Makanya, di waktu itu disunnahkan untuk membaca surat yang panjang-panjang. Minimalnya surat An-Naba’. Jangan membaca surat yang pendek seperti surat Al-Kutsar. Tapi sayangnya, umat Islam sekarang tidak seperti zaman dahulu. Kebanyakan dari mereka tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh syariat Islam. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا (78</font></strong> <p align="justify"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic"></font></strong> <p align="justify">"Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan." (Al-Israa' : 78). <p align="justify"> <p align="justify">Ketika Matahari tergelincir menuju waktu malam menyinggahi waktu Dzuhur, Asar, Magrib dan Isya’, umat Islam ketika menjalankan salat membaca surat yang pendek-pendek. Adapun ketika sudah sampai waktu salat Subuh hendaknya surat yang dibaca itu panjang-panjang sebagaimana yang telah diterangkan tadi. Jika tidak sesuai dengan aturan tadi, itu termasuk bid’ah. Namun kamu jangan menghina orang yang semacam tadi. <p align="justify"> <p align="justify">Ketika Jin mendengarkan bacaan ayat suci Al-Quran yang dilantunkan mukmin ketika sedang mengerjakan salat Subuh, mereka menyuruh kaumnya untuk diam guna untuk mendengarkan bacaan Al-Quran tadi. <p align="justify"> <p align="justify">Orang Syiah itu berpendapat bahwa salat yang wajib itu adalah salat Asar dan Subuh. Dia hanya mengambil sebagian dari Al-Quran. Berbeda dengan Ahlusunnah Waljamaah yang mengambil semua isi Al-Quran tanpa mengesampingkan yang lain. Semua salat lima waktu itu wajib. Namun, yang mendapat perhatian yang lebih khusus adalah salat Asar dan Subuh. <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 27 Februari 2011 <p align="justify">Catatan: Artikel ini disarikan dari pengajian tafsir Syaikhina Maimoen Zubair pada 13 Juni 2010</p> ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-45920843968036002722013-12-21T12:16:00.000-08:002014-01-05T18:38:29.491-08:00Penciptaan Alam Semesta dan Keagungan Islam<p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDPA5HKRKvqmWrZjcx6bZkWQuy9w5DiNfS5p483sokCm9suyMroDYf3-zx-LwL0zDDzBZqYZR5-LPTfxZxuDleKqaCjl0fQIQyYzUTNCVckeLtIdcMQcj0JcoRhJsYIEP1XbCXW4CiNp8/s1600-h/alam%252520semesta%25255B7%25255D.jpg"><img title="alam semesta" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 20px 0px 0px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="alam semesta" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiqK0klkdckCkPdZVNtgj0I5V5tVJKscJhdyCOiNJi2XgSak8Cad0H4ScAhcH4fn56k0TLVP1HNGqUUWlK-r-GzGY-X-IexTR-I7_eaizL8BoGBThm4zjUdMzRE4gp2Z1K0X_JYnLOF9k/?imgmax=800" width="400" height="303"></a> Allah menciptakan alam semesta ini selama tujuh hari. Dimulai dari hari Ahad dan diakhiri pada hari Jumat. Adapun hari Sabtu Allah libur. Dari kejadian ini, orang Yahudi menjadikan hari Sabtu sebagai hari liburnya. Hari Sabtu secara Gramatika Arab berasal sabata yasbutu yang mempunyai arti qatha’a yaqtha’u. Yang dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah mempunyai arti memotong. Mengapa demikian? Sebab, di sini setelah selesai mengerjakan suatu pembangunan biasanya orang-orang melakukan acara pemotongan pita. <p align="justify"> <p align="justify">Dari keagungan hari Sabtu di atas, orang <a title="jawa" href="http://pondokalanwar.blogspot.com/2013/12/para-kyai-pulau-jawa-dan-kh-hasyim.html" rel="tag" target="_blank">Jawa</a> mempunyai sebuah keyakinan kalau ada Dukun yang ingin nyuwuk (suatu istilah kusus bagi para dukun) niscaya jampe-jampenya tidak akan terkabul alias ngobos. <p align="justify"> <p align="justify">Selain hari Sabtu yang dimulyakan Allah, hari Ahad juga tidak kalah pentingnya. Hari Ahad adalah hari yang digunakan untuk permulaan Allah membuat dunia ini. Dari dua hari yang agung ini, orang Yahudi dan Nasrani saling mengklaim bahwa dirinyalah yang merasa benar dan yang lain dalam kondisi yang salah. Padahal sebenarnya merekalah yang salah. Allah berfirman. <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>وقالت اليهود ليست النصرى على شئ وقالت النصرى ليست اليهود على شئ وهم يتلون الكتب كذلك قال الذين لا يعلمون مثل قولهم فالله يحكم بينهم يوم القيما فيما كانوا فيه يختلفون</strong></font> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="justify">"Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya." (QS. Al-Baqarah : 113.) <p align="justify"> <p align="justify">Meskipun dalam kenyataannya, orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak rukun, akan tetapi kalau dalam urusan dunia mereka bisa bersatu padu. Berbeda dengan apa yang telah terjadi dengan sesama orang Islam. Banyak negara-negara Islam yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, namun mereka tidak saling rukun. Contoh kecilnya, negara Islam adalah negara yang kaya akan hasil tambang. Namun, kebanyakan kekayaan tersebut itu dikuasai oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Orang Yahudi dan Nasrani ini sebenarnya adalah orang miskin. Mereka tidak punya kekayaan sebagaimana yang dimiliki oleh negara-negara Islam. Namun, yang membuat mereka dapat menjadi lebih unggul adalah, mereka mempunyai kemampuan teknologi yang tidak dimiliki oleh negara Islam. <p align="justify"> <p align="justify">Lihatlah negara Irak. Dahulu ia adalah negara yang kaya raya. Tapi, sekarang Irak menjadi negara yang miskin. Hal ini disebabkan mereka dikuasai oleh Amerika. Padahal kalau ditelusuri, negara yang adidaya itu kalau tidak ada hubungan dengan negara-negara Islam, maka mereka akan menjadi lemah. Islam mempunyai minyak yang dapat menghasilkan mobil-mobil mereka dapat bergerak dan melaju. Mereka tidak bisa lepas dengan semua itu. Coba banyangkan kalau mereka tidak mendapat bahan bakar dari negara Islam, niscaya kendaraan mereka tidak akan bisa beroperasi. <p align="justify"> <p align="justify">Ironisnya, negara Islam yang di dalamnya diberikan banyak kekayaan, banyak dari sesama muslim tidak bisa menjaga kerukunan antar sesama muslim lainnya. Mereka saling iri hati dengan saudaranya. Sehingga, dari sifat inilah orang kafir mudah untuk menguasainya. Jika negara Arab Saudi minyaknya laku, maka negara Islam yang lain akan iri hati. Begitu juga sebaliknya. <p align="justify"> <p align="justify">Lihatlah ketika ada orang Cina mempunyai sebuah toko yang berjajar sebanyak 20 kios. Masing-masing toko milik orang yang berbeda. Mereka sangat rukun dengan urusan bisnisnya. Mereka tidak cekcok dengan yang lainnya. Berbeda kalau kios itu milik orang Islam. Mereka antara satu sama yang lainnya saling iri hati. Maka dari itu, marilah kita hilangkan sifat iri hati dan dengki dari jiwa kita untuk menuju rida Allah. Sungguh jika sifat jelek tadi bisa kita hilangkan, niscaya negara Islam bisa menjadi makmur beserta dengan pengikutnya. <p align="justify"> <p align="justify">Perlu diketahui bahwa sifat baik dan buruk itu adalah datangnya dari Allah. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahlusunnah Wal Jamaah. Orang kafir yang jelek, ketika di dunia diberi kekuatan oleh Allah untuk mengusai dunia. Namun, kelak di akhirat, mereka akan menjadi abadi di dalam neraka. Adapun orang Islam yang merupakan sebaik-baiknya makhluk Allah ketika hidup di dalam dunia, mereka diuji dengan dijangkiti oleh penyakit iri hati dan dengki dengan sesamanya. Sehingga, mereka tidak bisa mengusai dunia. Namun, di akhirat kelak mereka akan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Jalan menuju surga bagi orang Islam adakalanya mereka terlebih dahulu mencicipi panasnya api neraka. Dan ada juga yang langsung masuk tanpa melalui syarat dan rintangan. <p align="justify"> <p align="justify">Maksimal orang berada di dalam neraka itu selama tujuh hari. Sebab, satu hari di dalam neraka itu bagaikan seribu tahun di dunia. Dan jika orang-orang tersebut lebih dari tujuh hari menginap di dalam neraka, maka neraka itu adalah tempat tinggalnya yang abadi. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ وَعْدَهُ وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ (47</strong></font> <p align="justify"> <p align="justify">“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu." (QS. Al-Haj : 47). <p align="justify"> <p align="justify">Orang yang ingin masuk surga tanpa harus mencicipi panasnya api neraka terlebih dahulu, maka dia tidak boleh mencintai dunia yang hina ini. Meraka yang dapat mencapai derajat seperti ini adalah para kekasih Allah yang zuhud terhapat dunia. Zuhud bukan berarti tidak punya dunia. Akan tetapi, dunia tidak ia cintai. Orang zuhud yang kaya itu lebih baik dari pada orang miskin yang mencintai dunia. Marilah kita umat Islam untuk tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama. Memang benar kita hidup di dunia itu membutuhkan dunia, bahkan orang Fakir itu dapat mendekatkan manusia kepada kekufuran sebagimana sabda Nabi Muhammad Saw. <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>عن أنس بن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم كاد الفقر أن يكون كفرا</strong></font> <p align="justify"> <p align="justify">"Dari sahabat Anas Ra mengungkapkan bahwasanya Rasulullah Saw telah bersabda,” Kefakiran itu mendekati kekufuran.” (Al-Hadist). <p align="justify"> <p align="justify">Meskipun demikan, kita tetap harus mengutamakan kehidupan akhirat. Insyaallah dengan menjalankan perintah Allah, dunia ini akan dilimpahkan kepada umat Islam. Lakukanlah perintah Allah, misalnya mengerjakan salat, niscaya Allah akan memberikan balasan yang berlimpah ruah. <p align="justify"> <p align="justify">Duhulu ketika bangsa Indonesia yang mengerjakan salat cuma sedikit, kita dijajah bangsa Belanda selama 350 tahun. Namun, ketika bangsa Indonesia sudah banyak yang mengerjakan salat, kemakmuran sedikit demi sedikit semakin bertambah hingga puncaknya pada tahun 2000 bangsa Indonesia yang hampir seluruhnya memakan nasi semuanya. Padahal sebelumnya bangsa Indonesia banyak yang makan Singkong dan Jagung. <p align="justify">Sungguh kemakmuran ini sebenarnya milik orang Islam. Dalam urusan makan, umat Islam diberi takaran minimalnya 25 kilo perbulan. Insyaallah, jika kita mengerjakan syariat Islam sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka kemakmuran yang luar biasa ini akan bisa kita nikmati. Amiin. <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 8 Desember 2011 <p align="justify">Catatan; Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair di saat ada acara Sowan Bareng dari rombongan yang berasal dari Lampung pada 7 Juli 2011.</p> ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-61611420784870594392013-12-20T13:12:00.000-08:002014-01-05T18:38:29.582-08:00Awal adanya sumur, Air sebagai sumber kehidupan, Gunung sebagai tiyang bumi dan sumber rizqi<p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnipaPRyORvkhyphenhyphenUaoib_zETioow-OsdpExq47W5WT-UgoRop7SvpLPg9T-_voV0EDVZzYXrWY2RYvF2c5UT7Ug3NPhKcLym4FMQo3fryg_teBa5riyft-LL6FQAI9rdfz7Kq_04iY0wI0/s1600-h/Sumur%252520tanah%252520yang%252520menjadi%252520sumber%252520air%252520yang%252520digunakan%252520masyarakat%25255B6%25255D.jpg"><img title="Sumur tanah yang menjadi sumber air yang digunakan masyarakat" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 15px 0px 0px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="Sumur tanah yang menjadi sumber air yang digunakan masyarakat" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaobOLbOjnCwYOaeEGLOhMRmPiD_1mxPl4ngSMLCmcuoc5HdmRmkgXsYznX-K_600ikXfqmXNRcVK5zhkPAiYkTmdtvHFML8z2xnFZDs9IrWM0bBKSIlGzpuT8WSGTu5hMTh2xIsSnVKw/?imgmax=800" width="300" height="300"></a> Pondok pesantren Al-Anwar ini merupakan suatu pondok yang dirintis oleh Syaikhina Maimoen Zubair. Beliau adalah cikal bakal pokok dari Pesantren Al-Anwar. Nama Al- Anwar diambil dari nama ayahnya. Yaitu, KH. Anwar. Hal ini dilakukan sebagai wujud birrul walidain untuk mengabadikan nama tersebut. Sebelumnya, KH. Anwar bernama Kiai Zubair. Namun, nama tersebut diubah ketika beliau pergi menunaikan ibadah haji ke Makkah. Karena mengubah nama ketika pergi haji sudah menjadi tradisinya orang-orang Jawa. <p align="justify"> <p align="justify">Adapun nama Kiai Zubair ini mempunyai sebuah arti tersendiri. Yaitu, kata “Jub” yang berarti sumur dan “Ber” yang berarti lebar-lebar. Jadi, artinya sumur yang tidak memakai timba. Oleh karena itu, jika ada sumur yang airnya meluap ke permukaan untuk mengambil airnya tidak usah memakai timba. <p align="justify"> <p align="justify">Sumur itu sendiri awal mulanya ketika zaman Nabi Syuaib As. Suatu ketika terjadi pengembalaan kambing-kambing oleh putrinya Nabi Syuaib As. Sumur yang airnya mau diambil oleh putrinya Nabi Syuaib telah tertutup oleh batu besar. Sehingga, batu itu diangkat oleh Nabi Musa As dan akhirnya airnya bisa diambil oleh putri Nabi Syuaib As. <p align="justify">Selain sumur, ada juga yang menjadi sumber mata air. Yaitu, sumber dan sendang. Yang mana sumber ini sendiri ada pada zaman Nabi Musa As. Hal ini sebagaimana yang termaktub di dalam Al-Quran. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ (60</font></strong> <p align="justify"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic"></font></strong> <p align="justify">"Dan (Ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku Telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan." (QS. Al-Baqarah : 60). <p align="justify"> <p align="justify">Sedangkan sendang itu muncul pada zaman Nabi Ayyub As. Beliau sosok Nabi yang kaya-raya yang menjadi menantu Nabi Yusuf As. <p align="justify"> <p align="justify">Dari pokok permasalahan di atas, yang menjadi poin pembahasan adalah air. Karena dari air bisa menyebabkan segala sesuatu menjadi hidup. Air adalah sumber kehidupan. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="justify">"Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup." (QS. Al-Anbiya' : 30). <p align="justify">Selain ayat di atas, Syaikhina Maimoen Zubair juga mengutip surat Al-Fatir ayat 27 dan 28 yang ada keterkaitannya sebagai pokok kehidupan. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>"أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهَا وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ (27) وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ (28</strong></font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="justify">"Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al-Fatir : 27-28). <p align="justify"> <p align="justify">Dari ayat ini, Syaikhina Maimoen menjelaskan segala sesuatu yang hidup ini membutuhkan air. Kehidupan itu sendiri dibagi menjadi dua bagian. Yaitu, kehidupan Hayawani dan kehidupan Nabati. <p align="justify"> <p align="justify">Fungsi air sebagai sumber kehidupan mempunyai peran penting dalam membantu suatu hal untuk zikrullah. Mengapa demikian? Karena dari air yang menyirami tumbuh-tumbuhan telah menjadikan penyebab makhluk akan bisa hidup. Sehingga, tumbuh-tumbuhan yang hidup tadi selalu membaca tasbih sebagaimana yang sudah maklum dalam ayat suci Al-Quran. Maka dari itu, syariat Islam melarang seseorang yang mencabut tumbuh-tumbuhan tanpa adanya kepentingan yang dibenarkan oleh syariat. Berani mencabut tumbuhan tanpa alasan yang dibenarkan, berarti orang tadi telah mengurangi jumlah makhluk yang membaca tasbih kepada Allah. <p align="justify"> <p align="justify">Air itu sendiri ada kalamya yang bermakna etimologi dan majazi. Namun, yang dititik beratkan oleh Syaikhina Maimoen di sini adalah makna secara majazi. Dalam surat al-Fatir ayat 27, air mempunyai makna Al-Quran yang menjadi sumber pokok hukum agama Islam. Karena dari air-air Al-Quran, Allah telah mengeluarkan buah-buahan. Akan tetapi, yang dimaksud buah di sini adalah aneka ragam ilmu pengetahuan yang dilahirkan oleh para ulama. Terkadang ada satu jenis buah, akan tetapi rasanya berbeda-beda. Seperti buah Nangka dari Malang berbeda rasanya dengan Nangka dari Medan. Begitu juga ilmu agama yang satu jenis, misalnya ilmu fikih. Di dalamnya terdapat bermacam-macam pengolahannya. Buahnya yang dihasilkan juga bermacam-macam. Seperti Imam Madzhab yang mengolah hukum Islam dengan cara yang berbeda-beda dan menghasilkan buah yang berbeda-beda pula. Mereka itu adalah Imam Hanafi, imam Maliki, Imam Safii dan Imam Hanbali. <p align="justify"> <p align="justify">Setelah air yang menjadi pokok kehidupan di dunia adalah gunung-gunung. Sebab, gunung-gunung adalah tiang bumi. Hal ini ada sinonimnya dengan seorang ulama yang berperan penting menjadi tiang agama. Gunung itu sendiri juga mempunyai bermacam-macam garisnya. Ada yang Putih menandakan keikhlasan. Warna Merah menandakan semangat. Ada juga warna yang Hitam Pekat. Hal ini ada analognya dengan karakter seorang ulama dalam memperjuangkan agama Allah. Ada kalanya mereka yang berjuang dengan ikhlas (Putih) dan ada yang gigih (Merah) dan ada pula yang tidak ikhlas (Hitam) karena adanya keinginan mencari embel-embel dunia. <p align="justify"> <p align="justify">Di antara makhluk yang telah disebutkan tadi, yakni manusia, binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan yang takut kepada Allah hanyalah ulama. Mengapa yang disebut di sini ulama? Karena ulama mempunyai ilmu yang bersambung menuju Al-Quran. Sehingga, hal ini membuat mereka taqwa kepada Allah Swt. <p align="justify"> <p align="justify">Setelah menguraikan dengan jelas tentang permasalahan di atas, Syaikhina Maimoen menjelaskan apabila ada seseorang yang sudah menjadi alim, maka dia akan mempunyai banyak rizki. Dari mana rizki itu? Allah Maha Mengetahui untuk mengatur masalah tersebut. <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ</strong></font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="justify">"Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." (QS. At-Thalaq : 2-3). <p align="justify">Apabila orang yang alim sudah menjadi kaya karena banyaknya rizki yang dikaruniakan Allah kepadanya, maka dia harus rajin berinfaq, baik secara terbuka atau secara sembunyi-sembunyi. Allah berfirman : <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29</strong></font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"></font> <p align="justify">"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi." (QS. Al-Fatir : 29) <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 4 Februari 2010 <p align="justify">Catatan: Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair saat acara Ikhtibar awal Muhadloroh 2009.</p> ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-18482729782948602392013-12-20T13:05:00.000-08:002014-01-05T18:38:29.675-08:00Lamanya Manusia di Neraka, Kebersamaan Yahudi Nasrani dan Islam<p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSBhyphenhyphenPjssetKteHsM3NJKYCrSGoxAgHShZW94BtpmJ2Zd4b3qVXObrxDLac1SgAerG4cVB3K5qAnUT1RGiUHVh6ziMzpaNeu9BJhcJWJziyGQnYTghi6gGqapwzQj0LhXKLNFVR-KmSAU/s1600-h/Neraka%25255B6%25255D.jpg"><img title="Neraka" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 15px 0px 0px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="Neraka" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPXjALAXP6XPUcr_K05QfOLGPe-Uppqjsb_W0TvVnxVr4HE5Bw_N67ojPQPu6nkFrL5ToB5NDfLruhQQXcjUpYWMwuJLOLBHOsZemWAlxkltflbMbSCnDZZg2zBnoVHydX-yC3dLIqcMM/?imgmax=800" width="300" height="300"></a> Allah menciptakan alam semesta ini selama tujuh hari. Dimulai dari hari Ahad dan diakhiri pada hari Jumat. Adapun hari Sabtu Allah libur. Dari kejadian ini, orang Yahudi menjadikan hari Sabtu sebagai hari liburnya. Hari Sabtu secara Gramatika Arab berasal sabata yasbutu yang mempunyai arti qatha’a yaqtha’u. Yang dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah mempunyai arti memotong. Mengapa demikian? Sebab, di sini setelah selesai mengerjakan suatu pembangunan biasanya orang-orang melakukan acara pemotongan pita. <p align="justify"> <p align="justify">Dari keagungan hari Sabtu di atas, orang Jawa mempunyai sebuah keyakinan kalau ada Dukun yang ingin nyuwuk (suatu istilah kusus bagi para dukun) niscaya jampe-jampenya tidak akan terkabul alias ngobos. <p align="justify">Selain hari Sabtu yang dimulyakan Allah, hari Ahad juga tidak kalah pentingnya. Hari Ahad adalah hari yang digunakan untuk permulaan Allah membuat dunia ini. Dari dua hari yang agung ini, orang Yahudi dan Nasrani saling mengklaim bahwa dirinyalah yang merasa benar dan yang lain dalam kondisi yang salah. Padahal sebenarnya merekalah yang salah. Allah berfirman. <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>وقالت اليهود ليست النصرى على شئ وقالت النصرى ليست اليهود على شئ وهم يتلون الكتب كذلك قال الذين لا يعلمون مثل قولهم فالله يحكم بينهم يوم القيما فيما كانوا فيه يختلفون</strong></font> <p align="justify"> <p align="justify">"Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya." (QS. Al-Baqarah : 113.) <p align="justify"> <p align="justify">Meskipun dalam kenyataannya, orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak rukun, akan tetapi kalau dalam urusan dunia mereka bisa bersatu padu. Berbeda dengan apa yang telah terjadi dengan sesama orang Islam. Banyak negara-negara Islam yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, namun mereka tidak saling rukun. Contoh kecilnya, negara Islam adalah negara yang kaya akan hasil tambang. Namun, kebanyakan kekayaan tersebut itu dikuasai oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Orang Yahudi dan Nasrani ini sebenarnya adalah orang miskin. Mereka tidak punya kekayaan sebagaimana yang dimiliki oleh negara-negara Islam. Namun, yang membuat mereka dapat menjadi lebih unggul adalah, mereka mempunyai kemampuan teknologi yang tidak dimiliki oleh negara Islam. <p align="justify"> <p align="justify">Lihatlah negara Irak. Dahulu ia adalah negara yang kaya raya. Tapi, sekarang Irak menjadi negara yang miskin. Hal ini disebabkan mereka dikuasai oleh Amerika. Padahal kalau ditelusuri, negara yang adidaya itu kalau tidak ada hubungan dengan negara-negara Islam, maka mereka akan menjadi lemah. Islam mempunyai minyak yang dapat menghasilkan mobil-mobil mereka dapat bergerak dan melaju. Mereka tidak bisa lepas dengan semua itu. Coba banyangkan kalau mereka tidak mendapat bahan bakar dari negara Islam, niscaya kendaraan mereka tidak akan bisa beroperasi. <p align="justify"> <p align="justify">Ironisnya, negara Islam yang di dalamnya diberikan banyak kekayaan, banyak dari sesama muslim tidak bisa menjaga kerukunan antar sesama muslim lainnya. Mereka saling iri hati dengan saudaranya. Sehingga, dari sifat inilah orang kafir mudah untuk menguasainya. Jika negara Arab Saudi minyaknya laku, maka negara Islam yang lain akan iri hati. Begitu juga sebaliknya. <p align="justify"> <p align="justify">Lihatlah ketika ada orang Cina mempunyai sebuah toko yang berjajar sebanyak 20 kios. Masing-masing toko milik orang yang berbeda. Mereka sangat rukun dengan urusan bisnisnya. Mereka tidak cekcok dengan yang lainnya. Berbeda kalau kios itu milik orang Islam. Mereka antara satu sama yang lainnya saling iri hati. Maka dari itu, marilah kita hilangkan sifat iri hati dan dengki dari jiwa kita untuk menuju rida Allah. Sungguh jika sifat jelek tadi bisa kita hilangkan, niscaya negara Islam bisa menjadi makmur beserta dengan pengikutnya. <p align="justify"> <p align="justify">Perlu diketahui bahwa sifat baik dan buruk itu adalah datangnya dari Allah. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahlusunnah Wal Jamaah. Orang kafir yang jelek, ketika di dunia diberi kekuatan oleh Allah untuk mengusai dunia. Namun, kelak di akhirat, mereka akan menjadi abadi di dalam neraka. Adapun orang Islam yang merupakan sebaik-baiknya makhluk Allah ketika hidup di dalam dunia, mereka diuji dengan dijangkiti oleh penyakit iri hati dan dengki dengan sesamanya. Sehingga, mereka tidak bisa mengusai dunia. Namun, di akhirat kelak mereka akan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Jalan menuju surga bagi orang Islam adakalanya mereka terlebih dahulu mencicipi panasnya api neraka. Dan ada juga yang langsung masuk tanpa melalui syarat dan rintangan. <p align="justify"> <p align="justify">Maksimal orang berada di dalam neraka itu selama tujuh hari. Sebab, satu hari di dalam neraka itu bagaikan seribu tahun di dunia. Dan jika orang-orang tersebut lebih dari tujuh hari menginap di dalam neraka, maka neraka itu adalah tempat tinggalnya yang abadi. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ وَعْدَهُ وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ (47</strong></font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="justify">“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu." (QS. Al-Haj : 47). <p align="justify"> <p align="justify">Orang yang ingin masuk surga tanpa harus mencicipi panasnya api neraka terlebih dahulu, maka dia tidak boleh mencintai dunia yang hina ini. Meraka yang dapat mencapai derajat seperti ini adalah para kekasih Allah yang zuhud terhapat dunia. Zuhud bukan berarti tidak punya dunia. Akan tetapi, dunia tidak ia cintai. Orang zuhud yang kaya itu lebih baik dari pada orang miskin yang mencintai dunia. Marilah kita umat Islam untuk tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama. Memang benar kita hidup di dunia itu membutuhkan dunia, bahkan orang Fakir itu dapat mendekatkan manusia kepada kekufuran sebagimana sabda Nabi Muhammad Saw. <p align="right"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>عن أنس بن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم كاد الفقر أن يكون كفرا</strong></font> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="justify">"Dari sahabat Anas Ra mengungkapkan bahwasanya Rasulullah Saw telah bersabda,” Kefakiran itu mendekati kekufuran.” (Al-Hadist). <p align="justify"> <p align="justify">Meskipun demikan, kita tetap harus mengutamakan kehidupan akhirat. Insyaallah dengan menjalankan perintah Allah, dunia ini akan dilimpahkan kepada umat Islam. Lakukanlah perintah Allah, misalnya mengerjakan salat, niscaya Allah akan memberikan balasan yang berlimpah ruah. <p align="justify"> <p align="justify">Duhulu ketika bangsa Indonesia yang mengerjakan salat cuma sedikit, kita dijajah bangsa Belanda selama 350 tahun. Namun, ketika bangsa Indonesia sudah banyak yang mengerjakan salat, kemakmuran sedikit demi sedikit semakin bertambah hingga puncaknya pada tahun 2000 bangsa Indonesia yang hampir seluruhnya memakan nasi semuanya. Padahal sebelumnya bangsa Indonesia banyak yang makan Singkong dan Jagung. <p align="justify">Sungguh kemakmuran ini sebenarnya milik orang Islam. Dalam urusan makan, umat Islam diberi takaran minimalnya 25 kilo perbulan. Insyaallah, jika kita mengerjakan syariat Islam sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, maka kemakmuran yang luar biasa ini akan bisa kita nikmati. Amiin. <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 8 Desember 2011 <p align="justify">Catatan; Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair di saat ada acara Sowan Bareng dari rombongan yang berasal dari Lampung pada 7 Juli 2011. ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-59896712933953951922013-12-19T17:18:00.000-08:002014-01-05T18:38:29.771-08:00Keagungan Nafsu, Atom dan Penciptaan Manusia<p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKTfhCDPO4_jj3TerQqF9Mu-BS_6V-fC9DxoKHViylYQxgbiQAB8fnbTOMXps3RhMaOQBkUjDDSWWqc9so3iCVXWodOBbQsYbhCGuc01ilt_wsYqSSQDs8J_hlA8TztAW0ZGtmvAxp52k/s1600-h/Nafsu%252520Penciptaan%252520manusia%25255B5%25255D.jpg"><img title="Nafsu Penciptaan manusia" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 15px 0px 0px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="Nafsu Penciptaan manusia" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOQDf1_rETvRrcKBgUIcNqkzVUoc7Dwc_D3NlGVmaRTjzFLkF-eKOi_CcGVTztOPyCF71PWw6mJ2913vSJ_rQnCmIXowkI8ZX1_loNem61LDMcZm6opipsldeZ5foDuEjEvtLLc0lQdRQ/?imgmax=800" width="250" height="383"></a> Penanggalan Rembulan sangat penting bagi manusia. Khususnya umat Islam di dalam menjalani ritual agama. Bulan itu sangat berperan sekali, sebab rembulan itu menjadi catatan tersendiri bagi manusia. Orang mau menjalankan ibadah harus menggunakan Penanggalan Rembulan. Lebih-lebih dalam menjalankan ritual ibadah haji yang sudah jelas ada nashnya. Allah berfirman: <p align="right"><strong></strong> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَن تَأْتُواْ الْبُيُوتَ مِن ظُهُورِهَا وَلَاكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى وَأْتُواْ الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُواْ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ</strong></font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"></font> <p align="justify">"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS.Al-Baqarah :189). <p align="justify"> <p align="justify">Haji merupakan moment besar bagi umat Islam. Di situ ada sebuah peristiwa yang agung. Peristiwa bertemunya Nabi Adam dan Ibu Hawa yang sudah berpisah sangat lama sekali. Keduanya bertemu di Padang Arafah, suatu tempat penghapusan dosa bagi keduanya dan manusia. Dahulunya kedua orang tua kita ini telah melanggar larangan Allah ketika masih di surga. Maka dari itu, kita sebagai anak cucunya apabila menjalankan haji harus menjadi haji yang Mabrur. Kalau Mabrur berarti kita telah menjadi manusia yang berbakti kepada keduanya. Karena kata Mabrur itu berasal dari birrul walidain yang berarti membagusi (berbuat kebajikan atau kebaikan) kepada kedua orang tua. <p align="justify"> <p align="justify">Nabi Adam turun ke dunia membawa nafsu. Nafsu itu di zaman modern ini dikenal dengan sebutan Atom, sosok benda yang tidak dapat diketahui lewat Panca Indera (penglihatan, penciuman, pendengaran, pengraba dan perasa). Nafsu itu disebut juga dengan Dzarrah. Adapun Dzarrah itu merupakan barang yang sangat kecil yang berada di punggung laki-laki. Di waktu Nafsu di alam Ruh, dia sudah dibaiat (sumpah setia) dengan sebuah perjanjian. Mereka berikrar bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Mereka menyaksikan hal itu, bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Allah berfirman: <p align="right"> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ</font></strong> <p align="justify"> <p align="justify">"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",(QS. Al-A’raaf:172) <p align="right"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً</strong></font> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="justify">"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya." (QS. Al-Fajr: 27-28) <p align="justify"> <p align="justify">Dzarrah itu terkadang dimaknai dalam kitab-kitab salaf (makan Jawa) dengan makna Semut Pudak. Semut Pudak adalah binatang yang sangat kecil. Berbeda dengan Dzarrah yang bermakna Atom. Atom itu sendiri ditemukan oleh orang Yahudi pada tahun 1945. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ</font></strong> <p align="justify"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic"></font></strong> <p align="justify">"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS. Zalzalah: 7-8). <p align="justify"> <p align="justify">Nafsu yang dibawa seorang bapak itu tidak ada apa-apanya. Dia tidak bisa berperan. Namun, setelah ada peran seorang ibu, benda itu menjadi sangat berguna dan bermanfaat sekali. Prosesnya, setelah nafsu itu dipancarkan oleh bapak ke Rahim Ibu dengan disertai gaya gesekan tarik menarik, nafsu keluar dengan wujud Sperma (Sperma itu terdiri dari berjuta-juta sel, dan yang menjadi manusia itu cuma satu sel), maka terjadilah proses percampuran antara nafsu dan Nutfah Ibu. Yang akhirnya, terjadilah pembuahan yang menjadikan sebab terjadinya manusia. <p align="justify"> <p align="justify">Kejadian ini sungguh luar biasa bagi orang yang mau berfikir dan berangan-angan di dalamnya. Mengapa nafsu yang tidak ada apa-apanya bisa menjadi sangat bermanfaat setelah dicampurkan? Hal itu menunjukan akan kebesaran Allah Yang Maha Agung yang menciptakan makhluk-Nya dengan berpasang-pasangan. Nafsu berpasangan dengan Sukma. Ayah berpasangan dengan ibu. Laki-laki berpasangan dengan perempuan. Maka, lahirlah manusia. Allah berfirman: <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لا يَعْلَمُونَ</strong></font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"></font> <p align="justify">"Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui." (QS. Yasin :36) <p align="justify"> <p align="justify">Ilmu pengetahuan di zaman modern terus berkembang seiring dengan langkah manusia. Orang-orang berlomba-lomba untuk menemukan inovasi baru yang bermanfaat bagi manusia. Orang-orang kafir telah menemukan Atom. Padahal rumus tentang Atom ini adalah dimiliki orang Islam yang termaktub dalam kitab suci Al-Quran. Sedangkan orang Islam sendiri itu banyak yang tidak mengetahui hal itu. Meskipun tidak mengetahui atom, akan tetapi orang Islam mengetahui apa itu Dzarrah, suatu benda yang terkecil. Jika seseorang mau berfikir tentang apa yang ada di dalam Atom, niscaya orang itu akan menemukan sebuah konsep bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Rasulullah Saw bersabda: <p align="justify"> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">من عرف نفسه فقد عرف ربه</font></strong> <p align="justify"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic"></font></strong> <p align="justify">"Barang siapa yang mengetahui dirinya. maka dia akan mengetahui tuhannya." (Al-Hadist) <p align="justify"> <p align="justify">Ketika sperma dipancarkan ke Rahim Ibu, seorang bapak tidak merasakan kapan nafsu itu keluar. Berbeda dengan apa yang terjadi dengan manusia yang paling utama, Nabi Muhammad Saw. Setiap orang yang membawa nafsu Rasulullah Saw itu merasakan keluarnya nafsu tersebut. Mulai dari Nabi Adam sampai ke punggung Sayyid Abdullah bin Abdul Muthalib hingga dipancarkan nafsu tersebut ke rahim Sayyidah Aminah. Inilah keunggulan Rasulullah Saw bila dibandingkan dengan yang lainnya. Rasulullah Saw adalah bersosok manusia, tapi bukan seperti manusia biasa. Rasulullah Saw adalah manusia yang sangat agung melebihi segala makhluk yang ada di dunia ini. <p align="justify"> <p align="justify">Sebelum Nabi Muhammad Saw diciptakan Allah ke dunia kurang dari 2000 tahun, terlebih dahulu Allah telah mencipatakan “Nur Nabi Muhammad Saw”. Cahaya itu membaca tasbih, mensucikan Allah Swt. Dari tasbihnya, membuat partisipasi para Malaikat untuk ikut bertasbih. <p align="justify"> <p align="justify">Mengapa cahaya Rasulullah Saw membaca tasbih padahal beliau belum diciptakan ke dunia? Hal itu menunjukan cahaya Rasulullah Saw itu hidup. Setiap kehidupan itu membutuhkan sebuah makanan. Dan makanan Nur Rasulullah tasbih yang selalu dibaca. Rasulullah Saw bersabda: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ , رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، عَنِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم أنه قَالَ : إِنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ نُورًا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ , عَزَّ وَجَلَّ , قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ بِأَلْفَيْ عَامٍ ، يُسَبِّحُ اللَّه ذَلِكَ النُّورُ وتُسَبِّحُ الْمَلاَئِكَةُ بِتَسْبِيحِهِ ، فَلَمَّا خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ أودع ذَلِكَ النُّورَ فِي طينته ، َقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم : فَأَهْبَطَني اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إلى الأَرْضَ فِي ظهر آدَمَ ، وحملنيَ فِي السَّفِينَةِ فِي صُلْبِ نُوحٍ ، وجعلنيِ فِي صُلْبِ الخليل إِبْرَاهِيمَ حين َقُذِفَ به فِي النَّار ، وَلَمْ يَزَلْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَنْقُلُنِي مِنْ ألأَصْلاَبِ الطاهرة إِلَى الأَرْحَامِ الزكيّة الفاخرة ، حَتَّى أَخْرَجَنِي اللَّهُ مِنْ بَيْنِ أَبَوَيَّ ،و هما لَمْ يَلْتَقِيَا عَلَى سِفَاحٍ قَطُّ.</strong></font> <p align="justify"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong></strong></font> <p align="justify">"Dari Ibnu Abbas mengungkapkan bahwasanya Rasulullah Saw telah bersabda, “Sesungguhnya orang Quraisy itu mempunyai cahaya di sisi Allah sebelum diciptakannya Nabi Adam lebih dahulu 2000 tahun. Cahaya itu bertasbih kepada Allah. Lalu para Malaikat ikut bertasbih karena tasbihnya. Ketika Allah menciptakan Nabi Adam, Allah menaruh cahaya itu pada tanah yang akan dibuat untuk Nabi Adam. Rasulullah Saw bersabda, “Lalu Allah menurunkan diriku di bumi di punggungnya Nabi Adam. Dan kemudian Allah membawaku di perahunya Nabi Nuh. Tepatnya di punggungnya Nabi Nuh. Lalu Allah menjadikanku di punggungnya Nabi Ibrahim ketika ia di buang ke dalam api. Allah selalu memindahkanku dari tulang punggung yang suci hingga ke rahim yang suci yang agung. Yang pada akhirnya Allah mengeluarkanku lewat kedua orang tuaku yang tidak pernah melakukan perzinaan sama sekali." <p align="justify"> <p align="justify">Pokok kehidupan itu membaca tasbih. Lebih-lebih di akhir zaman ini. Sumber-sumber alam kian-kian hari kian habis. Mobil-mobil setiap hari menguras bensin dengan berjuta-juta Barel. Begitu juga alat transformasi yang lainnya yang membutuhkan minyak bumi sebagai bahan bakarnya. Berbeda dengan tasbih, meskipun dikuras berjuta-juta orang bahkan bermiliaran dengan cara membacanya, hal itu tidak akan bisa menghabiskan tasbih. Justru hal itu bertambah menjadi lebih bermanfaat. <p align="justify"> <p align="justify">Cahaya Rasulullah Saw bertasbih dengan begitu lamanya. Akhirnya, Allah menciptakn tanah yang akan dibuat Nabi Adam. Cahaya itu ditaruh di tanah tadi. Kemudian Allah menciptakan Nabi Adam yang membawa cahaya Rasulullah Saw. Cahaya itu masuk di punggung Sayyid Abdullah, kemudian beliau memancarkannya ke rahim Sayyidah Aminah pada tanggal 10 Rojab. Maka dari itu, umat Islam disunnahkan untuk berpuasa pada tanggal ini sebagai penghormatan atas lahirnya Rosulullah Saw ke Rahim Ibunya. Adapun tanggal dimasukkan ruh Rasulullah ke Rahim Ibunda Aminah itu pada tanggal 10 Muharram. Maka di hari ini juga disunnahkan untuk berpuasa. <p align="justify"> <p align="justify">Setelah Rasulullah Saw lahir cahayanya tidak dapat diwarisi lagi sebagaimana yang terjadi sebelum beliau lahir ke dunia. Hal ini terjadi karena Rasulullah Saw tidak mempunyai keturanan laki-laki yang akan mewarisi nafsu beliau. Putra beliau wafat sejak kecil. Yang hidup cuma perempuan. Keturunan beliau itu namanya dzurriyah yang kebanyakan bernasab dengan Sayyidah Fatimah dan Sayyidah Zainab. <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 18 Desember 2010 <p align="justify">Catatan: Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair pada saat acara Rojabiyah 2009. ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-47190883494297471672013-12-19T15:51:00.000-08:002014-01-05T18:38:29.869-08:00Pusat Ibadah dan Pusat Perekonomian Orang-orang Islam<p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfG_qlzrhThvgJR7bIwF01EGmqs18Jha27XlfPVxU5RIAe05PvJYrnJ-CUzdC76hWjKUSNLgzv5-5SepmyVsNzuzQHrzMG8UzZ258l401SjEgLFXh1y7qGVv8pbd3hHJ_UX_px7v_ZXUE/s1600-h/bendungan%252520saba%252527%25255B6%25255D.jpg"><img title="bendungan saba'" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 15px 0px 0px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="bendungan saba'" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTymbgg-AxE9mPJ4r6WH-7wwVuPanYPiooVQ9sonVjcaYpqIc8UPst0e49XSs8F5H7p-O00LJxqQm0RcJMGDR6nM7EFxaalv-x4Zx4pkqe38XbKDrkNPMrL3rkcCONNaHYGsIdDA3ZuwU/?imgmax=800" width="400" height="416"></a> "Perkara yang baik (haji yang baik), itu disebut dengan haji yang Mabrur. Hal ini ada kaitannya dengan birrul walidain yang diajarkan oleh Nabi Adam dan Ibu Hawa. Sebab, keduanya adalah orang yang pertama kali menjalankan ibadah haji. <p align="justify"> <p align="justify">Mulanya ketika Nabi Adam diturunkan Allah ke dunia, beliau ditempatkan di Serandil (Cailon, Srilangka). Sedangkan Ibu Hawa diturunkan di Arafah. Tatkala bertemu, Ibu Hawa tidak mau disentuh Nabi Adam kecuali dirinya sudah menyelesaikan ibadah haji. Dari peristiwa ini, jika ada orang yang menjalankan ibadah haji, secara tidak langsung dia adalah orang yang birrul walidain dan berbuat baik dengan Nabi Adam dan Ibu Hawa. <p align="justify"> <p align="justify">Apabila kebaikan disandarkan dengan Allah, hal itu disebut dengan taqwa. Yaitu, menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Jika kebaikan itu disandarkan kepada sesama manusia, individu dengan individu yang lain, hal itu dinamakan sosial. Satu manusia membutuhkan peran penting manusia yang lainnya. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. <p align="justify"> <p align="justify">Manusia adalah makhluk yang pokok. Untuk manusia, Allah telah menciptakan langit yang berlapis tujuh. Setiap lapisan dan tingkatan dihiasi dengan bintang-bintang sampai ke langit yang kedelapan. Bintang yang kedelapan ini mempunyai dua sisi arah, Utara dan Selatan. Dua lintang ini masing-masing mempunyai lintang lagi yang berjumlah enam yang dipisah dengan garis katulistiwa. <p align="justify"> <p align="justify">Tujuh langit yang dihiasi dengan bintang-bintang, jika digabungkan dengan lintang yang nomer delapan yang berjumlah dua belas, jumlahnya menjadi sembilan belas. Jumlah ini sesuai dengan jumlah huruf yang ada pada ayat basmalah. <p align="justify"> <p align="justify">Keterkaitan di atas adalah suatu hal yang penting. Apabila basmalah yang berjumlah sembilan belas itu masih diamalkan manuisa selama hidup di dunia, maka dunia yang kita tempati ini juga akan masih. Serta langit akan mengeluarkan rizkinya. Allah berfirman : <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic">وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ (22</font> <p align="justify"> <p align="justify">“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Az-Dzariat : 22). <p align="justify"> <p align="justify">Dunia yang kita tempati ini lebih utama bila dibandingkan dengan langit yang berada di atas kita. Dengan alasan ini, makanya Nabi Adam diturunkan ke dunia. Saking mulianya dunia, kelak dunia akan dibawa ke surga untuk ditempati manusia lagi. <p align="justify"> <p align="justify">Dunia merupakan tempat menjalankan aktivitas ibadah dan kebaikan. Jika manusia selalu menjalankan ibadah, maka derajatnya naik bagaikan Malaikat. Namun, apabila manusia selalu menjalankan maksiat, maka dia bagikan Setan. Kedua perumpamaan ini bukanlah secara hakikat. <p align="justify"> <p align="justify">Bangunan pertama kali yang ada di dunia ini adalah Ka’bah. Ka’bah merupakan pusat umat Islam untuk menjalankan ritual haji. Sedangkan untuk pusat perekonomian dunia Islam adalah Bendungan yang berada di Saba’ (Yaman). Bendungan ini merupakan simbol kesejahteraan perekonomian umat Islam di waktu itu. Kehidupan rakyatnya enak dan makmur. Fitrahnya manusia itu adalah merasakan kemakmuran. Bendungan ini mempunyai dua saluran untuk mengalirkan air. Allah berfirman: <p align="justify"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (15</strong></font> <p align="justify"> <p align="justify">“Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka. Yaitu, dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rizki yang (dianugerahkan) Tuhanmu. Dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik. Dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun." (QS. Saba' : 15) <p align="justify"> <p align="justify">Dari Bendungan ini, Allah telah menjadikan negeri Saba’ menjadi sebuah negeri yang makmur, gemah ripah loh jinawe. Saba’ adalah negeri yang diberkahi. Dari Saba’, munculah negeri-negeri kecil yang bersambung dengannya. Yang buahnya menjadikan kestabilan sandang pangan, papan serta kesehatan. <p align="justify"> <p align="justify">Kita bisa mengetahui seseorang itu sehat atau tidak, itu bisa diamati dengan siapa dia bergaul melalui interaksi sosial. Interaksi antara satu manusia dengan manusia yang lainnya. Sebab, manusia itu akan sulit bergaul jika kondisinya tidak sehat. <p align="justify"> <p align="justify">Sehat tidak hanya terkhusus untuk kesehatan badan. Akan tetapi, lebih dari pada itu. Sehat fikiran juga sengat penting sekali. Dari fikiran yang sehat, kita dapat bertukar fikiran dengan orang lain. <p align="justify"> <p align="justify">Keberhasilan negeri Saba’ dapat menghasilkan banyak kemakmuran di segala aspek. Kemajuannya menjadikan negeri itu diabadikan dalam sejarah Al-Quran. Meskipun dalam faktanya, negeri tersebut dihancurkan oleh Allah sebab keserakahan manusianya sendiri. Negeri tersebut dihancurkan Allah dengan menggunakan Angin Saketro (angin yang pernah disaksikan oleh Syaikhina Maimoen). Semua ini adalah peringatan Allah untuk hamba-Nya. Meskipun negeri Saba’ sudah hancur lebur, akan tetapi ruh-ruhnya yang penuh keberkahan tetap hidup sepanjang masa sampai hari Kiamat datang. <p align="justify"> <p align="justify">Jika Bendungan Saba’ sudah hancur, maka bangunan Allah yang kokoh hanya tinggal satu. Yaitu, Ka’bah, suatu tempat yang digunakan untuk menjalankan ibadah haji. <p align="justify">Dahulu orang-orang yang menjalankan ibadah haji jumlahnya sedikit, kurang dari 600 ribu. Jika kurang dari jumlah 600 ribu, maka Allah akan menggenapi jumlah tersebut supaya genap 600 ribu dengan Rijalul Ghaib, para Malaikat. Syaikhina Maimoen pernah menyaksikan haji dengan jumlah yang kurang dari 600 ribu. <p align="justify"> <p align="justify">Tambah tahun, Islam semakin berkembang pesat. Orang yang menjalankan ibadah haji jumlahnya semakin banyak. Bahkan anehnya, kebesaran itu nampak lantaran banyak orang-orang yang memusuhi agama Islam. Seperti gerakan PKI dan peristiwa Perang Dunia. <p align="justify">Kebesaran ini sesuai dengan peristiwa yang digambarkan di dalam Al-Quran. Yaitu, tatkala Nabi Ibrahim mengundang manusia untuk menjalankan ibadah haji. Siapa yang mendengar panggilan tadi, dia akan berangkat menuju panggilan itu. Ada yang datang dengan berjalan kaki. Ada yang dating dengan memakai kendaraan. Dan ada yang memakai dhamir (masih dalam alam Sukma). Allah berfirman : <p align="justify"> <p align="right"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic">وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ (27</font></strong> <p align="justify"><strong><font size="5" face="Traditional Arabic"></font></strong> <p align="justify">“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS. Al-Haj :27). <p align="justify"> <p align="justify">Tafsir Dhamir dalam ayat ini, diarahkan Syaikhina Maimoen kepada makna Pesawat Terbang. Dari Pesawat Terbang ini, menjadikan penyebab ramainya orang yang menjalankan ibadah haji. Haji itu sendiri akan ramai jika sudah dikunjungi penduduk dunia dengan kedalaman 180. Yaitu negeri Texas, Amerika. <p align="justify"> <p align="justify">Ibadah haji yang diperintahkan Allah, apabila dikerjakan sebagaimana menurut ketentuan syariat Islam, maka akan membuahkan kemakmuran bagi pelaksananya. Hal ini sebagaimana yang dialami Nabi Ibrahim As dan Nabi Muhammad Saw yang sudah mendapatkan kemakmuran setelah menjalankan ibadah haji. Maka dari itu, agar haji kita sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi Ibrahim As dan Nabi Muhammad Saw, hendaknya sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, terlebih dahulu kita menjalankan puasa. Apabila kita sudah sampai di Arafah, hendaknya kita berdoa kepada Allah agar diberi kesejahteraan di dunia dan akhirat. <p align="justify"> <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 5 Januari 2012 <p align="justify">Catatan : Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair pada saat acara KBIH di PP. Al-Anwar pada 12 Oktober 2011. ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-1127944114844804672013-12-19T14:32:00.000-08:002014-01-05T18:38:29.964-08:00Kisah Cinta Mbah Muhdlor<p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9Xkr16NSAYmm5Ne_OcMlYtl4X0pp_W7dZ4UmqhQ1N7T4gWnhCqeSEd2OPgpptpPgL2dHJmUVEOGwoGPN_xmqy4SSaHWPrFeKcvNZIFMAZYHZXJZ6BOzFrt-LD1vIcQEyjubdDmUtJB0g/s1600-h/Love%252520cinta%25255B4%25255D.gif"><img title="Love cinta" style="margin: 0px 15px 0px 0px; display: inline" alt="Love cinta" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxg7yv9dHg3RemnZ6r-jdlfZS_DcUGbCWTOSiqoP3wRIK4iwPalnAhsdj9kb0ZUDybMIpmKnd78YRk3KJso1C4q3n3symy0jpaHzfrCGLRNHPVaDBVMi6dizMne66swKfUWJ3tRaE6SiE/?imgmax=800" width="230" height="159"></a> Sebelum pesantren Sarang ini menjadi besar, terlebih dahulu pesantren ini telah ditirakati oleh pendahulunya. Yaitu, Mbah Muhdor dan Mbah Syamsyiyah. Mbah Muhdlor berasal dari Bonang yang bertempat tinggal di Sidoarjo. Sedangkan Mbah Syamsyiyah adalah anak Kiai Misbah dari Sedan yang masih mempunyai hubungan darah dengan Kiai Sulaiman Mojo Agung Jawa Timur. <p align="justify"> <p align="justify">Laluhur Mbah Syamsyiyah itu status sosialnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan status sosial leluhur Mbah Muhdlor. Dalam diri Mbah Syamsyiyah ini telah mengalir darah ke-kia-an dari Mbah Sulaiman yang merupakan seorang ulama yang alim dan sakti madraguna. Sehingga menjadi sebuah unen-enen (ucapan) kalau ada kiai sakti itu kebanyakan adalah keturunan Mbah Sulaiman Mojo Agung. Sedangkan Mbah Muhdlor itu hanyalah keturunan nelayan biasa. <p align="justify"> <p align="justify">Melihat kondisi nasab yang begitu jauh itu, saking cintanya kepada Mbah Syamsyiyah, Mbah Muhdlor bernazar jika dirinya dapat mempersunting Mbah Syamsyiyah yang merupakan cucu Kiai Sulaiman Mojo Agung, maka dirinya akan melakukan: <ol> <li> <div align="justify">Akan bertata bahasa halus ( kromo ) padanya (Mbah Syamsyiyah). </div> <li> <div align="justify">Akan memenuhi semua permintaan Mbah Syamsyiyah selagi tidak bertentangan dengan syariat Islam.</div></li></ol> <p align="justify">Nazar Mbah Muhdlor untuk Mbah Syamsyiyah dilaksanakan sebagaimana mestinya sebagai bukti cintanya kepada Mbah Syamsyiyah. Bukan itu saja, saking cintanya kepada Mbah Syamsyiyah, tatkala keduanya sedang melakukan perjalanan dari Sidoarjo menuju Sarang, Mbah Muhdlor mempersilahkan istri tercintanya untuk menaiki kuda, sementanra dirinya yang menuntunnya dengan berjalan kaki. <p align="justify"> <p align="justify">Ketika ijab qabul sudah berlangsung, Mbah Syamsiyah yang statusnya sudah menjadi istrinya Mbah Muhdlor itu rajin puasa setahun penuh (dahrii) dan tidak mau dikumpuli terlebih dahulu sebelum Mbah Muhdlor bersama Mbah Syamsiyah pergi haji. <p align="justify">Ketika keduanya melakukan perjalanan ibadah haji, keduanya terdampar di tiga pulau karena kapalnya masih berupa kapal layar. Tiga pulau tersebut yaitu ; <ol> <li> <div align="justify">Pulau Mondoliko Jepara </div> <li> <div align="justify">Pulau pinang (kepulauan Riau atau Malaysia) </div> <li> <div align="justify">Singgapura</div></li></ol> <p align="justify">Ketika Mbah Muhdlor dan Mbah Syamsyiyah dianugrahi putra-putri oleh Allah, maka namanya itu disesuaiakan dengan peristiwa yang pernah dialami keduaya ketika berhaji. Yaitu sebagai berikut: <ol> <li> <div align="justify">Dinamakan Nyai Mondolika (garwane KH Basyar/Tuban yang nanti menurunkan kiai-kiai Makam Agung Tuban). </div> <li> <div align="justify">Dinamakan Nyai Pinang yang disunting oleh Kiai Ghozali Sarang yang menurunkan kiai-kiai Sarang. </div> <li> <div align="justify">Dinamakan Kiai Singgopuro (Kiai Misbah) yang kelak menurunkan Kiai-Kiai Sidoarjo termasuknya KH. Ali Masyhuri bin Mubin bin Dasuki bin Misbah (Singgopuro).</div></li></ol> <p align="justify">Selain dengan Mbah Syamsyiyah, Mbah Muhdlor juga menikah dengan perempuan lain. Sebab, tatkala itu Mbah Syamsyiyah tidak mau diajak hubungan suami istri karena masih tirakatan. Mbah Syamsyiyah lebih suka tirakatan dari pada memenuhi ajakan suaminya tadi. Dengan penuh hormat dan cintanya kepada Mbah Syamsyiyah, Mbah Muhdlor mempersilahkan istri tercintanya itu untuk bertaqarrab dengan Allah lewat tirakatannya tadi. <p align="justify"> <p align="justify">Pernikahan Mbah Muhdlor dengan istri keduanya ini, dikaruniai putri satu yang diberi nama Afiyah. Tujuan pemberian nama ini disebabkan agar anak tersebut selamat. Afiyah ini dinikahkan dengan Yusuf, sosok pemuda yang tampan. Keturunan Yusuf dan Afiyah ini kemudian hari dipondokkan di pesantren Sarang. Mereka kebanyakan nakal-nakal. Keturunannya ini menyebar di beberapa tempat. Ada yang di Pati, Juwono dan Sarang. Kebanyakan dari mereka adalah menjadi rakyat biasa. <p align="justify"> <p align="justify">Sejarah pesantren Sarang ini tidak bisa dilepaskan dari Mbah Muhdlor dan Mbah Syamsyiyah. Sebab, dari Riyadhohnya (tirakatannya) Mbah Syamsyiyah, Allah telah menjadikan pesantren Sarang ini menjadi berkah. Mulanya berdirinya pesantren Sarang ini dipelopori oleh Mbah Ghazali bin Lanah yang merupakan menantunya Mbah Syamsyiyah. Lambat laun pesantren Sarang ini ramai. Sebab, keturunan Mbah Ghazali bin Lanah lah yang meramaikan pesantren Sarang ini. <p align="justify"> <p align="justify">Pondok pesantren Sarang yang pertama kali berdiri adalah pondok MIS. Pondok MIS ini berdiri sebelum adanya pembangunan jalan Daendlels yang menghubungkan antara Banyuwangi dan Banten. Setiap jarak jalan ini apabila sudah mencapai 7 KM, maka akan ada pos. Pos-pos ini di waktu itu sebagai tempat peristirahatan bagi orang yang berjalan. Pos-pos itu sekarang sudah tidak ada lagi. Semuanya sudah dibongkar. Yang terakhir dibongkar adalah pos yang ada di Sarang. Kayu-kayunya di waktu itu digunakan untuk membangun kantor Koramil. Syaikhina Maimoen Zubair termasuk salah satu panitianya. <p align="justify"> <p align="justify">Terakhir, Syaikhina Maimoen berpesan agar kita mempertahankan pesantren. Pesantren ini merupakan nikmat Allah yang agung. Kenikamatan ini tidak akan hilang kecuali manusianya sendiri yang merubahnya. Allah berfirman: <p align="right"> <p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّراً نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ</strong></font> <p align="justify"> <p align="justify">"(Siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui." (QS. Al Anfaal : 53) <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 17 Februari 2013 <p align="justify">Catatan: Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair Pada acara Haul MUS 2006. ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8809782745774591090.post-3813171127958271742013-12-19T07:40:00.000-08:002014-01-05T18:38:30.057-08:00Mukjizat dan Alasan ke-Umii-an Rasulullah<p align="right"><font size="5" face="Traditional Arabic"><strong>يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (1) هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (2) وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (3) ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (4</strong></font> <p align="justify"> <p align="justify"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8wyQzOjpaS_fOYda3VtUi09iXsDLyL-iQPT423maFvs-GAF-m2jtLQ5OJufyiTZPfbH-n7KMVIih2u3HPjqQUCVcx21GpBiswLuQ2XxhVGj2Nxo6mT3B1JhLOmcNZwUXndOhZk5Co4KA/s1600-h/Rasulullah%25255B6%25255D.jpg"><img title="Rasulullah" style="border-top: 0px; border-right: 0px; border-bottom: 0px; margin: 0px 15px 0px 0px; border-left: 0px; display: inline" border="0" alt="Rasulullah" align="left" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTcLL_vsxjCwCKmPQ-Lbs2ZOcqzYALzgsCk9-4ju64DwXIPhEwH79-wGub-Bdc9p8Z3urc7qjchbELh1HKeMBBEwqdzcFxFCGYstXui5EzYHNvlOZhvrHmAZylM6IBSmye8KgK_IWT7Xw/?imgmax=800" width="240" height="240"></a> "Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, yang Maha Suci, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang besar." (QS. Jumuah : 1-4). <p align="justify"> <p align="justify">Semua makhluk yang ada di dunia ini membaca tasbih kepada Allah Swt. Mereka mensucikan Allah dari perkara yang tidak pantas bagi-Nya. Pambacaan tasbih dari makhluk tadi, adakalanya yang diketahui manusia, dan ada yang hanya diketahui oleh Allah. Semuanya yang membaca tasbih tadi mempunyai manfaat, baik yang sudah diketahui atau yang belum diketahui manusia. <p align="justify"> <p align="justify">Kadang ada sesuatu kalau dilihat secara zahirnya itu merupakan perkara yang jelek. Akan tetapi, pada hakikatnya dia mempunyai manfaat. Misalnya, pencuri dan penipu. Dari keduanya ini akan menimbulkan suatu manfaat. Yaitu, mengharuskan adanya polisi untuk menjaga keamanan dan ketertiban dalam suatu negara. <p align="justify"> <p align="justify">Nabi Muhammad Saw adalah nabi yang ummi, tidak bisa membaca dan menulis atau buta huruf. Ummi dalam istilah Jawa bisa dikatakan "aduh embok." Namun, di balik ke-ummi-an Rasulullah Saw ini mengandung suatu mukjizat dan manfaat yang agung.Yaitu, Al-Quran bukanlah buatan Nabi Muhammad Saw. Di samping itu, meskipun Nabi Muhammad Saw adalah nabi yang ummi, tetapi beliau dapat melihat Lauhul Mahfudz. Suatu anugrah yang tidak dimiliki selain Nabi Muhammad Saw. Maka dari itu, kita tidak boleh menghina ke-ummi-an Rasulullah Saw tadi. <p align="justify"> <p align="justify">Makkah yang merupakan kota kelahiran Rasulullah Saw itu juga disebut ummi. Hal ini disebabkan kota Makkah mulai zaman dahulu sampai sekarang selalu digunakan sebagai Ibu Kota umat Islam. Keistimewaan Makkah sebagai Ummil Qura itu berbeda dengan ibu kota yang lainnya. Contoh kecilnya adalah kerajaan Majapahit, tatkala kerajaannya sudah hancur, ibu kotanya juga ikut hancur. <p align="justify"> <p align="justify">Meskipun Nabi Muhammad Saw merupakan nabi yang ummi, namun beliau itu adalah keturunan orang-orang yang mulia, keturunan bangsawan. Dalam istilah pewayangan orang yang bangsawan disebut keturunan bangsa Arya. Beliau adalah keturunan Nabi Ibrahim As. Kesukuan Arya Rasulullah Saw hanya diperoleh dari jalur Nabi Ibrahim saja. Sedangkan Sayyidah Hajar, bukanlah keturunan bangsa Arya. Berbeda dengan Nabi Ishaq As. Beliau itu keturunan bangsa Arya dari jalur ayah dan ibunya. Yaitu, Nabi Ibrahim As dan Sayyidah Sarah. <p align="justify"> <p align="justify">Kehadiran Nabi Muhammad Saw itu diharapkan dan ditunggu-tunggu oleh Bani Hasyim, sebuah kabilah yang kaumnya cuma sedikit yang bisa membaca dan menulis. Berbeda dengan Bani Abdi Syam, yang merupakan rival dari Bani Hasyim. Mereka sudah maju dalam dunia membaca dan menulis. <p align="justify"> <p align="justify">Tatkala Bani Abdi Syam belum banyak yang masuk Islam, penulisan wahyu Allah dilakukan sahabat hanya dengan ala kadarnya. Namun, tatkla Bani Abdi Syam banyak yang masuk Islam, penulisan Al-Quran metodenya bertambah maju. Sebab, ada salah satu keturunan Bani Abdi Syam yang ikut menjadi katib Rasulullah Saw untuk menulis wahyu. Yaitu, Muawwiyah bin Abi Sofyan. <p align="justify"> <p align="justify">Bani Abdi Syam, memanglah kabilah yang maju dalam dunia pendidikannya. Khadijah saja berguru kepada kabilah Abdi Syam. Beliau berguru kepada Waraqah bin Naufal. Dari gurunya ini, Khadijah menjadi sosok perempuan yang alimah. Beliau mengetahui bahwa Nabi Muhammad Saw adalah Nabi yang telah ditunggu-tunggu oleh semua manusia. <p align="justify"> <p align="justify">Sarang, 21 Mei 2012 <p align="justify">Catatan : Artikel ini disarikan dari pengajian Syaikhina Maimoen Zubair pada saat Ngaji Ahadan pada 13 Mei 2012 dengan kajian surat Jumu'ah ayat 1-4. ibnu arifhttp://www.blogger.com/profile/16295637991277332131noreply@blogger.com0