Siksa Allah Kepada Umat-umat terdahulu dan Kelakuan Jin

siksa neraka فَلَوْلَا نَصَرَهُمُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ قُرْبَانًا آلِهَةً بَلْ ضَلُّوا عَنْهُمْ وَذَلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (28) وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ 29) قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ (30) يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (31) وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (32

 

 

"Maka Mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai Tuhan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka. bahkan tuhan-tuhan itu Telah lenyap dari mereka? Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan. Dan (Ingatlah) ketika kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". ketika pembacaan Telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: "Hai kaum kami, Sesungguhnya kami Telah mendengarkan Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah Maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata." (Al-Ahqaf : 28-32).

 

Makkah, suatu tempat di mana dilahirkan telah dikelilingi oleh negara-negara yang mana di situ Allah telah menimpakan azab dan bencana bagi kaum yang tidak mau menerima seruan nabi yang telah diutus Allah. Untuk arah Utara, Makkah berbatasan dengan negeri Nabi Shaleh As. Arah Selatan, Makkah berbatasan dengan negara Nabi Hud As.

 

yang begitu besar itu telah ditimpakan Allah kepada umat yang balelo. Siksanya begitu dahsyat sekali sampai-sampai pohon Kurma yang begitu kuat sekali dapat jebol dan roboh karena diterjang angin yang begitu kencang. Hal ini karena adanya murka Allah. Ada juga siksa, bumi yang dibalik yang ditimpakan kepada umat Nabi Luth As. Memori kaum Luth ini terkenal dengan sebutan “Bahrul Mayyit”. Semua itu diabadikan Allah sampai zaman sekarang. Sungguh aneh kejadian itu! Lihatlah lautan dari Bahrul Mayyit, lautannya seperti bangkai. Sebab, laut itu tidak asin dan tidak pula dingin tapi tanahnya asin. Subhanallah.

 

Semua kejadian tadi merupakan peristiwa di luar nalar pemikiran akal manusia. Hanya Allah yang dapat mengetahui hikmah yang tersirat di baliknya. Sebab, semua kejadian yang terjadi pada manusia kadang ada yang dijangkau oleh akal manusia dengan hukum kausalitas (sebab akibat) dan kadang sebaliknya, akan tetapi benar-benar terjadi. Dan semua kejadian yang dibawa oleh Nabi-Nabi Allah yang berupa mukjizat itu banyak yang tidak masuk akal. Contohnya, ketika ada peristiwa perang Badar, di mana orang-orang kafir yang terbunuh itu berjumlah sebanyak 70 orang. Termasuk di dalamnya adalah Abu Jahal. Semua orang yang mati ini adalah orang-orang yang menghina, mencaci-maki dan menghambatkan penyebaran syariat Islam selama di tanah suci Makkah.

 

Ketika Allah menurunkan siksa dan azab kepada hamba-Nya yang mursal, maka Setan yang menyertainya akan lari darinya. Sehingga, Setan tadi tidak terkena azab. Siksa tadi hanya dinikmati oleh hamba yang durhaka tadi tanpa ditemani Setan meskipun Setan itu adalah orang mengajak kepada murka Allah dan kesesatan sampai manusia menemui ajalnya dengan kondisi kafir, tidak beriman kepada Allah. Allah berfirman:

 

كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ (16

 

"(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia Berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", Maka tatkala manusia itu Telah kafir, Maka ia berkata: "Sesungguhnya Aku berlepas diri dari kamu, Karena Sesungguhnya Aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam." )QS. Al-Hasyr :16).

 

لكل احد قرينان قرين السوء هو الشيطان و قرين الخير هوالملائكة

 

"Setiap seseorang itu mempunyai dua teman. Teman yang jelek, yaitu setan dan teman yang bagus, yaitu malaikat. (Al-Hadist).

 

Setelah menerangkan siksa yang telah diturunkan kepada umat-umat terdahulu, Syaikhina Maimoen Zubair melanjutkan pembahasannya tentang Jin. Jin adalah makhluk Allah yang berjisim halus yang mempunyai kewajiban sebagaimana kuwajiban yang ditugaskan Allah kepada manusia. Meskipun sama-sama mempunyai kuwajiban terhadap Allah, keduanya juga ada perbedaan yang signifikan. Yaitu, kalau manusia itu bisa membaca dan menulis sedangkan kalau Jin tidak bisa. Jin hanya bisa mendengarkan ilmu-ilmu yang telah disampaikan manusia. Maka dari itu, di alam Jin tidak ada orang yang alim sebagaimana yang terdapat di alam manusia.

 

Anehnya, meskipun Jin itu tidak bisa menulis dan membaca, Rasulullah Saw juga tidak bisa menulis dan membaca (ummi). Namun, dalam permasalahan umminya Rasulullah Saw tidak bisa disamakan dengan Jin yang tidak bisa membaca dan menulis. Sebab, umminya Nabi Muhammad Saw itu merupakan mukjizat dari Allah. Memang benar Rasulullah Saw tidak bisa membaca tulisan yang ada di bumi. Akan tetapi, beliau dapat membaca tulisan yang berada di Lauhul Mahfudz. Dan juga bisa mendengar kerikan Kalam yang berada di sana. Makanya, jangan pernah menghina Nabi Muhammad Saw dengan alasan buta huruf.

 

Buta huruf itu dikatagorikan menjadi dua bagian. Yaitu, buta huruf yang ada di dunia dan buta huruf yang ada di akhirat. Buta huruf di dunia adalah buta huruf yang tidak bisa membaca dan menulis selama di dunia. Buta huruf di akhirat adalah buta yang disebabkan karena melupakan ayat-ayat Allah selama hidup di dunia. Sehingga akibatnya, dia tidak bisa membaca dan menulis di akhirat. Seberapa orang itu paham Al-Quran, maka akan disandarkan seberapa orang itu akan bisa membaca dan menulis di akhirat. Allah berfirman:

 

يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا (71) وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا (72

 

"(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan Kitab amalannya di tangan kanannya Maka mereka Ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)." (Al Israa : 71-72).

 

Bagi umat Islam itu harus hafal surat Al-Fatihah. Ada 7 ayat di dalamnya. Di dalamnya ada sifat Rahmannya Allah yang dibagikan untuk orang Islam dan orang yang bukan Islam. Makanya , orang Islam itu harus hidup enak di dunia dan akhirat. Apabila tidak bisa keduanya, maka cukuplah baginya untuk memilih negeri akhirat. Sebab, akhirat adalah negeri yang kekal dan abadi.

 

Orang-orang kafir yang mendapat nikmat yang agung kelak akan berbondong-bondong masuk Islam kecuali orang Yahudi. Yahudi masih bersikukuh dengan agamanya. Wajar saja ketika ditawarkan kepada mereka hal itu ditolaknya. Yahudi hanya menerima ajaran Taurat yang dibawa oleh Nabi Musa As.

 

Nabi Musa As adalah Nabi yang mempunyai umat dari kaum Yahudi dan umat dari bangsa Jin. Jin ini yang kelak akan mendengar bacaan Al-Quran tadi. Lalu sebagian dari mereka ada yang beriman kepada Allah dan sebagian lagi ada yang tidak beriman. Jin-Jin mencari ilmu dengan cara mendengarkan pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh ulama. Contoh kecilnya, duhulu ketika Kiai Zubair Dahlan sedang mengajar, ada Jin yang mendengarkan. Kejadian itu diketahui oleh Mbah Syuaib. Melihat dirinya diketahui oleh Mbah Syuaib, Jin itu lari. Namun, dengan kebijaksaan Mbah Syuaib jin itu disuruh untuk mendengarkan pengajian tadi.

 

Jin itu sangat senang mendengarkan bacaan Al-Quran. Terutama bacaan Al-Quran yang dibaca pada waktu menjalankan salat Subuh. Makanya, di waktu itu disunnahkan untuk membaca surat yang panjang-panjang. Minimalnya surat An-Naba’. Jangan membaca surat yang pendek seperti surat Al-Kutsar. Tapi sayangnya, umat Islam sekarang tidak seperti zaman dahulu. Kebanyakan dari mereka tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh syariat Islam. Allah berfirman:

 

أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا (78

 

"Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan." (Al-Israa' : 78).

 

Ketika Matahari tergelincir menuju waktu malam menyinggahi waktu Dzuhur, Asar, Magrib dan Isya’, umat Islam ketika menjalankan salat membaca surat yang pendek-pendek. Adapun ketika sudah sampai waktu salat Subuh hendaknya surat yang dibaca itu panjang-panjang sebagaimana yang telah diterangkan tadi. Jika tidak sesuai dengan aturan tadi, itu termasuk bid’ah. Namun kamu jangan menghina orang yang semacam tadi.

 

Ketika Jin mendengarkan bacaan ayat suci Al-Quran yang dilantunkan mukmin ketika sedang mengerjakan salat Subuh, mereka menyuruh kaumnya untuk diam guna untuk mendengarkan bacaan Al-Quran tadi.

 

Orang Syiah itu berpendapat bahwa salat yang wajib itu adalah salat Asar dan Subuh. Dia hanya mengambil sebagian dari Al-Quran. Berbeda dengan Ahlusunnah Waljamaah yang mengambil semua isi Al-Quran tanpa mengesampingkan yang lain. Semua salat lima waktu itu wajib. Namun, yang mendapat perhatian yang lebih khusus adalah salat Asar dan Subuh.

 

Sarang, 27 Februari 2011

Catatan: Artikel ini disarikan dari pengajian tafsir Syaikhina Maimoen Zubair pada 13 Juni 2010

0 comments:

Post a Comment