Kekuatan Gunung, Besi, Api, Air, Angin serta Kekuatan Sedekah & Dzikir

gunung air udara Allah Swt menciptakan bumi dan langit selama enam hari. Empat hari (Ahad, Senin, Selasa, Rabu) untuk menciptakan bumi sedangkan dua hari (Kamis dan Jumat) untuk menciptakan langit. Adapun hari Sabtu Allah istirahat/libur. Karena kata Sabtu itu bermakna Qatha'a yang berarti putus/libur. Karena itu, hal ini digunakan sebagai ibrah jika ada seseorang telah selesai menggarap pembangunan, biasanya kalau ingin meresmikan bangunannya tadi ditandai dengan ceremony (upacara) pemotongan Pita.

 

Di dalam bumi, Allah menciptakan sebuah gunung-gunung sebagai pengkokoh bumi. Gunung itu sendiri diciptakan pada hari Selasa. Oleh sebab itu, Ulama banyak yang meliburkan pengajiannya pada hari tersebut. Sebab, gunung itu bagaikan ulama yang merupakan benteng pengkokoh untuk tegaknya syariat Islam. Jika gunung-gunung habis, maka dunia akan menjadi hancur. Begitu juga jika ulama-ulama habis, maka hancurlah agama Islam. Dan ulama itu kebanyakan wafat pada hari Selasa. Hal ini sebagaimana terjadi pada kebanyakan ulama yang ada di daerah Sarang.

 

Meskipun gunung adalah sosok yang memiliki sebuah kekuatan, namun sesungguhnya ada kekuatan yang melebihinya. Allah menyembunyikan kekuatan itu di dalam perut gunung. Kekuatan itu tiada lain adalah besi. Adanya besi dimulai sejak zaman Nabi Ibrahim As. Kemudian dilanjutkan pada zaman Nabi Musa As, Yusa As, Nabi Daud As. Allah berfirman dalam Surat Al Hadid:

 

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ (الحديد : 25

 

"Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa." )QS. Al-Hadid : 25).

 

Gunung dan besi merupakan sesuatu yang mengandung kekuatan yang melebihi satu sama lainnya. Dari kekuatan yang tersimpan dari keduanya ini masih saja dikalahkan dengan ciptakan Allah yang namanya api. Besi bisa meleleh kalau dibakar dengan api. Begitu juga senapan Senjata Api lebih menang dari pada senjata pedang dan keris. Makanya bangsa Indonesia kalah terus dalam melawan penjajah, sebab api dihadapkan dengan besi.

Kekuatan api bisa mengalahkan besi yang kuat. Namun, sesungguhnya api itu masih lemah bila dibandingkan dengan air. Api bisa terpadamkan bila terkena air. Namun, yang dimaksud air di sini bukanlah air yang bermakna sempit. Tapi, air yang bermakna luas. Yaitu, sesuatu yang mengandung zat cair seperti bahan Kimia yang ada pada Bom Atom. Makanya Jepang hancur lebur, kalah dengan kekuatan Amerika dan sekutunya yang menggunakan kekuatan air.

 

Kekuatan air yang begitu dahsyatnya bisa menghacurkan sebuah kawasan yang berada di Jepang (Nagasaki dan Hirosima). Maha Agung Allah Swt atas ciptaan-Nya yang agung ini (air). Kalau kita mau berfikir lagi, sesungguhnya masih ada yang lebih kuat bila dibandingkan dengan air. Air bisa kuwalahan berhadapan dengan kekuatan tersebut. Kekuatan itu tidak lain adalah angin atau udara. Kita bisa menghindar dari air lewat melompat atau berada di suatu tempat yang ada di atas air. Berbeda dengan udara, kita tidak dapat menghindar dari yang namanya udara. Di mana pun kita berada, di situ jua udara ada di sekitar kita.

 

Satu kekuatan dengan kekuatan yang lainnya mempunyai kelebihan sendiri-sendiri. Ada yang menang dan ada yang kalah. Air mengalahkan api. Tapi, air dikalahkan angin. Dan sesungguhnya di atas kekuatan yang dipimpin oleh angin adalah sedekah. Baik dengan uang atau dengan yang lainnya.

 

Kita mengetahui bahwa negara Islam merupakan negara yang kaya, seperti halnya negara Arab. Di sana banyak sekali sumber kekayaan alam yang jika diolah akan menghasilkan banyak uang. Mengapa Negara Arab kalau dibandingkan dengan negara Yahudi masih kalah kekuasaannya? Hal tersebut dikarenakan negara Islam masih kurang sedekahnya bila dibandingkan negara lainnya.

 

Uang yang digunakan sedekah masih belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan zikir. Berzikir mempunyai banyak arti. Ada berzikir kepada Allah dan ada juga berzikir dengan ilmu yang ada dalam ayat suci Al-Quran.

 

Berzikir mampu menimbulkan kekuatan yang sangat besar apabila seseorang dapat menanamkan Al-Quran dalam hatinya. Bukan hanya dibaca, didengarkan atau ditulis saja. Al-Quran yang berada di hati itulah yang dijalankan dan dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Al-Quran menjadi sumber dari segala sumber untuk prilaku keseharian baginda Nabi Muhammad Saw. Setelah Rasulullah Saw wafat, tongkat estafet Al-Quran diwarisi oleh para ulama yang menaruhnya di dalam hatinya. Terlebih oleh sahabat Abu Bakar Ra, Umar Ra, Usmant Ra dan Ali bin Abi Thalib Ra serta salafus shalihin.

 

Orang yang hatinya sudah tertanam dengan Al-Quran bisa mengetahui struktur kalimah dalam Al-Quran dengan baik dan benar. Tidak terpengaruh oleh waqaf (tanda berhenti) yang telah ada. Jika susunan kalimah tidak tam (sempurna) jangan berhenti membacanya (dalam arti langsung melanjutkan ayat setelahnya). Hal inilah yang diajarkan oleh Syaikhina Maimoen Zubair dari guru beliau, Syaikh Abdullah bin Nuh ketika masih berada di Makkah. Syaikh Abdullah bin Nuh ini adalah ulama asal Malaysia yang bermukim di Makkah.

 

Sarang, 11 September 2011

Catatan : Artikel ini diolah dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair pada acara Akhirus Sanah Muhadloroh (1431/1432 H).

Read More >>

Empat Perkara Pokok Kehidupan, Berdzikir dan Istighosah

Makan yang sehat hendaknya terdiri dari empat perkara Istighasah adalah meminta pertolongan kepada Allah Swt. Kita harus meminta kepada Allah Swt sebab kita adalah orang yang fakir, yang butuh terhadap pertolongan Allah. Sedangkan Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa tidak butuh terhadap suatu apapun. Sedangkan sesuatu selain Allah itu semuanya butuh terhadap Allah.

 

Meminta kepada Allah ada kalanya dengan cara sembahyang, menyembah kepada Allah. Sebab, di dalam salat ada sebuah doa dan zikir untuk memohon dan berzikir kepada Allah Swt. Dengan mengingat Allah, maka jiwa kita yang lemah ini akan menjadi tahu bahwa ada Dzat Yang Maha Kuasa. Maka dari itu, barang siapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal tuhannya.

 

Manusia itu lemah, tidak bisa hidup sendiri, dan membutuhkan teman untuk menjalani hidup di dunia ini. Inilah sebab adanya salah satu fungsi teman atau perkumpulan (jamaah). Orang yang asalnya sendirian bisa mempunyai teman. Dia merasa tidak hidup sendiri di dunia ini dengan adanya pertemanan.

 

Teman seorang muslim adalah orang yang beragama Islam, baik itu laki-laki atau perempuan. Kelak di akhirat tentang masalah pertemanan sesama muslim ini akan ditanyai oleh Allah Swt. Siapa saudaramu? Saudaraku adalah semua orang yang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan.

 

Kalau ada saudara itu tentunya ada ayahnya. Dan ayah orang yang beriman adalah Nabi Ibrahim As. Pertanyaan tentang ayah adalah siapa ayahmu? Jawab kita, "Ayahku adalah Nabi Ibrahim As."

 

Persaudaraan antara sesama muslim itu ada sebuah pemersatunya. Salah satu pemersatu persaudaraan umat Islam di antaranya adalah salat lima waktu yang dikerjakan sehari semalam dengan cara menghadap Kiblat (Ka’bah).

 

Ciri-ciri orang yang salatnya baik, kalau selesai salat dia akan berzikir atau ia akan berdoa kepada Allah. Tetapi bagi para pekerja tidak diharuskan untuk memakai konsep tersebut. Pekerja boleh bekerja lagi asal dia mengerjakan salat. Namun, jangan lupa berzikir dan berdoa kepada Allah di lain waktu ketika sudah tidak sibuk lagi. Allah berfirman:

 

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (10

 

"Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS. Jumuah : 10)

 

Surga itu pintunya ada delapan. Hal ini ada anologinya dengan pertanyaan setelah meninggal. Setelah kita ditanya 4 perkara (siapa tuhanmu? Siapa nabimu? Apa agamamu? Dan apa panutanmu?) Kita akan ditanya 4 perkara lagi. Yaitu, siapa saudaramu? Siapa bapakmu? Apa kewajibanmu? Dan ketika kamu salat, kamu menghadap ke mana?

Angka empat ini menjadi pokok. Sebab, sifat Allah yang berjumlah dua puluh itu tarkandung dalam empat sifat yaitu:

  1. Nafsiyah.
  2. Salbiyah.
  3. Ma`ani.
  4. Ma`nawiyah.

Sifat Nabi dan rasul juga ada empat perkara yaitu:

  1. Sidiq.
  2. Amanah.
  3. Tabligh.
  4. Fathanah.

Islam yang rukunnya ada lima perkara itu terkandung menjadi empat perkara.

  1. Al-Quran yang dibaca dengan mata terbuka
  2. Al-Quran yang dibaca dengan lisan
  3. Al-Quran yang didengarkan dengan kuping. Sebab, kalau membaca Al-Quran itu harus didengarkan dengan kuping
  4. Al-Qur`an yang berada dalam hati sanubari.

Al-Quran yang baik adalah Al-Quran yang berada dalam hati sanubari. Sebab, konsep inilah yang diajarkan oleh Rasulullah Saw dan para ulama yang menjadi pewaris para nabi dan rasul.

Salat juga mengandung empat gerakan:

  1. Berdiri
  2. Rukuk
  3. Sujud
  4. Duduk.

Ka’bah yang menjadi kiblat sembahyangnya umat Islam itu terdiri dari empat persegi. Dan orang hidup itu membutuhkan empat perkara:

  1. Sandang
  2. Pangan
  3. Papan
  4. Berkumpul sesama manusia (makhluk sosial).

Manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan interaksi dengan sejenisnya. Perkumpulan umat Islam ada kalanya yang bersifat mingguan yang dilambangkan dengan salat Jum`at.

Makan yang sehat hendaknya terdiri dari empat perkara:

  1. Nasi
  2. Ikan
  3. Sayuran
  4. Buah-buahan.

Kita bisa sehat, kalau kita mau melakukan empat perkara:

  1. Tidur yang baik satu hari satu malam itu tujuh jam
  2. Bekerja tujuh Jam
  3. Ibadah tiga jam
  4. Lain-lain tujuh jam.

Hendaknya kita tidak melebihi standar yang ditentukan atau malahan menguranginya. Sehingga, banyak orang yang malas bekerja. Malas bekerja menjadikan kita thamak (mengharapkan pemberian orang lain) dan menghitung-hitung harta dan kekayaan orang lain.

 

Mengapa di sini kalau tidur, bekerja, dan lain-lain tujuh jam? Jawabnya tidak lain hanyalah hal ini sesuai dengan apa yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Manusia dedeknya (panjangnya) dan depone (kastanya) sama. Kalau diukur dengan telapak kaki jumlahnya ada tujuh tapak.

 

Selain delapan pertanyaan tadi, terkadang seorang ditambahi satu pertanyaan lagi. Apabila orang bisa menjawab sembilan pertanyaan lagi, maka dia akan masuk surga tanpa syarat.

 

Angka sembilan merupakan angka yang istimewa. Angka ini jika dikalikan dengan angka berapa saja hasilnya akan tetap sembilan juga. Contoh kecilnya 1 X 9 = 9. 2 X 9 = 18. Adapun angka 18 terdiri dari dua angka yaitu 1 dan 8, kalau ditambah hasilnya akan kembali pada angka sembilan. Begitu juga setelahnya.

 

Sifat wajib bagi Allah yang wajib diketahui mukallaf itu jumlahnya ada sembilan:

  1. Wujud
  2. Qidam
  3. Baqa`
  4. Mukhalafatul lilhawadisi
  5. Qiyamuhu binafsihi
  6. Qudrah
  7. Iradah
  8. Ilmu
  9. Hayat.

Sembilan sifat wajib ini mewakili sifat yang jumlahnya ada dua puluh. Sifat ilmu menunjukkan adanya sumber kehidupan. Maka dari itu, janganlah kalian meminta ilmu kepada orang yang sudah mati. Syarat mempunyai ilmu yang banyak itu harus mendengar, melihat, dan berbicara. Sebab, orang yang alim yang ingin menjelaskan pelajaran pada muridnya harus dengan bicara.

 

Sarang, 6 Desember 2011

Catatan: Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair di saat ada kunjungan Jamaah Istighasah di kediamannya pada 10 Juli 2011.

Read More >>

Kemuliaan rumah “Rumahku ini adalah rumah yang lemah, seperti sarang laba-laba. Tapi, setelah dikunjungi Habib (Habib Salim As-Syathiri), rumahku menjadi rumah yang perkasa, paling megah, bersinar dan bercahaya pada hari ini, melebihi dari hari-hari yang sebelumnya. Sebab beliau membawa kemuliaan ilmu dan nasab,” Ujar Syaikhina Maimoen ketika dikunjungi Habib Salim As-Syathiri.

 

Kemuliaan rumah itu bukan disebabkan oleh bagus dan mahalnya perabotannya, serta bukan pula karena hebatnya arsitekturnya. Tapi, bagusnya rumah itu, disebabkan oleh mulianya penghuninya. Kalau rumah itu dihuni oleh orang-orang yang dicintai Allah, yaitu mereka yang punya ilmu, para auliya’ dan ulama, niscaya rumah itu akan menjadi mulia meskipun dengan bentuk yang sederhana. Hal inilah yang diajarkan oleh para salafus shaleh untuk berprasangka baik kepada hamba Allah. Khususnya berbaik sangka terhadap orang-orang yang alim.

 

Ada sebuah cerita yang berkaitan dengan permasalahan di atas. Duhulu kala pada zaman khalifah Al-Ma’mun pernah dikisahkan bahwa khalifah Al-Ma’mun bertanya kepada anaknya, “Wahai putraku istana mana yang paling indah?” Lalu sang anak menjawab,” Istana yang paling indah adalah istana yang jika Engkau berada di dalamnya.” Selain itu ada juga cerita, duhulu ada seoarang khalifah yang bertanya kepada putranya, “Wahai anakku, lihatlah cincin ayah, mana yang lebih bagus, cincinnya atau batu akiknya?” Maka sang anak menjawab, ”Yang paling bagus adalah yang memakainya.”

Memuliakan dan menghormati ulama merupakan ciri-ciri orang yang bertaqwa. Hal itu termasuk mengagungkan syiar-syiar Allah. Karena Ulama merupakan syiar Allah. Allah berfirman:

 

ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ (32)

 

"Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." ( QS. Al-Hajj : 32)

Pesantren Al-Anwar itu mempunyai hubungan ruh yang erat dengan keturunan Rasulullah Saw dan para ulama. Sehingga, banyak ulama dan habaib yang berkunjung di pesantren ini dengan memberikan pandangan khusus bila dibanding dengan yang lainnya. Maka tidak mengherankan, jika banyak santri dari Sarang yang pergi menimba ilmu ke negeri ulama Timur Tengah khususnya Tarim, Hadrahmaut.

 

Mengapa di sini Hadrahmaut yang menjadi sorotan utama meskipun ada kota induk Islam, yaitu Makkah dan Madinah? Karena Hadrahmaut merupakan negeri para wali dan para ulama. Tidak ada wali yang agung dari Indonesia kecuali dia mempunyai intisab keturunan atau intisab ilmu dari Hadrahmaut, khususnya kota Tarim. Misalnya Wali Songo yang mempunyai hubungan khusus dengan Hadrahmaut. Sehingga, mereka menjadi ulama yang mempunyai banyak barakah.

 

Hadrahmaut merupakan kota Islam yang mempunyai keistimewaan lebih dari pada yang lainnya. Sebab, sudah diceritakan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam at-Tabrani bahwasanya Rasulullah Saw telah bersabda, “Hadrahmaut itu menumbuhkan para wali sebagaimana tanah menumbuhkan rumput.” Apabila ada satu wali yang meninggal, maka akan tumbuh seribu wali sebagai gantinya. Sehingga, dari prediket ini, Hadrahmaut menjadi pusat para wali di samping menjadi pusat ilmu. Selain itu, ada juga kisah yang memperkuat bahwa Hadrahmaut itu merupakan kota auliya. Telah dikisahkan oleh Habib Salim bin Jindan dengan sanad yang bersambung kepada kepada Rasulullah Saw. Suatu ketika ada seseorang yang datang kepada Rasulullah Saw.

 

“Dari mana engkau wahai Fulan?” tanya Rasulullah Saw.

 

“Aku datang dari negeri Hadrahmaut,” jawab Fulan.

 

“Apakah kamu tahu di sana ada daerah yang namanya Tarim?”

 

“Iya, ya Rasulullah.”

 

“Ketahuilah, di sana kelak akan muncul para auliya yang mereka itu termasuk dalam firman Allah:

 

رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ (37

 

Sarang, 22 Juni 2007.

Catatan: Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair dan Habib Salim As-Syathiri saat ada kunjungan Habib Salim As-Syathiri yang kedua.

Read More >>

Berbakti Kepada Orant Tua dan Nur Muhammad

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (15

 

keluarga “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. Al-Ahqaf : 15)

 

Manusia dilahirkan ke dunia itu melalui beberapa tahap. Mulai dari suatu bentuk yang sangat rendah (sperma) hingga ke bentuk yang lebih komplek dan sempurna. Sehingga, dengan dua tahapan ini, manusia pantas untuk menyandang amanat sebagai khalifah di muka bumi ini dengan cara menjalankan aturan-aturan yang telah diatur oleh Allah dan Rasul-Nya yang tertera di dalam kitab suci Al –Quran dan Al-Hadist.

 

Prosesi kelahiran manusia itu membutuhkan pengorbanan yang sangat extra. Terutama pengorbanan yang ditanggung oleh seorang Ibu. Mulai dari benih yang masuk ke dalam rahim sampai berkembang menjadi tahapan yang klimak. Yaitu, suatu peristiwa di mana seorang ibu berjuang mati-matian untuk mengeluarkan jabang bayi yang berada di dalam rahimnya yang telah berusia kurang lebih sembilan bulan. Meskipun sebelumnya ada pengorbanan, namun tidak seberapa berat. Yaitu, di saat kandungan masih di dalam perut sang ibu yang selalu menendang-nendang hingga sang ibu merasa kesakitan atas tendangan tadi.

 

Setelah jabang bayi lahir, perjuangan sang ibu tidak berhenti sampai di sini. Perjuangan masih panjang. Mulai dari menyusui, merawat, dan hingga tiba saatnya untuk menyapihnya. Yaitu, ketika sudah berumur dua tahun. Maka dari jerih payah ini, seorang anak wajib untuk birrul walidain terhadap orang tuanya, terutama ibu. Pengorbanan seorang ibu berlipat ganda dalam memperjuangkan anaknya bila dibandingkan dengan ayah.

 

Kelahiran yang paling agung di jagat raya ini adalah kelahiran yang terjadi pada Rasulullah Saw. Peristiwa kelahiran Rasulullah Saw tidak pernah terjadi pada manusia yang selainnya, meskipun dia itu adalah orang yang agung. Benih cahaya yang berpindah-pindah mulai dari Nabi Adam hingga ke tubuh Sayyid Abdullah bin Abdul Muthalib yang dipancarkan ke dalam rahim Ibunda Aminah selalu memancarkan keagungan dan keberkahan.

Cahaya itu selalu membawa berkah kepada orang yang pernah disinggahinya. Keberkahan itu bisa kita lihat pada Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim adalah Nabi yang membawa "Nur Rasulullah Saw" yang kemudian diwariskan kepada Nabi Ismail. Adanya Nabi Ismail ini membawa berkah kepada Nabi Ishaq karena keluar dari sumber yang sama. Yaitu, cahaya dari Nabi Ibrahim. Maka dari keberkahan ini, Nabi Ishaq diangkat oleh Allah menjadi nabi karena keberkahan Rasulullah Saw. Selain Nabi Ishaq, ada juga Madyan. Meskipun Madyan ini bukan nabi, akan tetapi karena keberkahan yang ada pada Rasulullah Saw yang pernah singgah di dalam jasad Nabi Ibrahim yang merupakan ayahnya, maka keturunan Madyan ini ada yang menjadi nabi. Yaitu, Nabi Syuaib.

 

Cahaya Rasulullah Saw yang dibawa oleh Sayyid Abdullah itu disalurkah ke dalam rahim Sayyidah Aminah pada tanggal 10 Rajab. Di saat itu, dunia sangat bergembira dengan akan datangnya Nabi Akhir Zaman. Angin sepoi-sepoi berhembus dengan kedamaian, binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan juga tidak mau ketinngalan memberikan apresiasi kegembiraan akan datangnya Nabi Akhir Zaman ini. Maka dari itu, wahai sekalian manusia, jika kamu adalah orang yang cinta kepada Nabi Muhammad Saw, tunjukan rasa cintamu dengan berpuasa di bulan Rajab ini. Sebab, makhluk selain kamu itu bersyukur dengan caranya masing-masing. Tapi, perlu diingat, jangan memperingati bulan Rajab adalah bulan lahirnya Nabi Muhammad Saw, karena hal itu adalah bid’ah yang sasar. Jadi, intinya bulan Rajab itu mulia karena keberkahan yang dibawa oleh Rasulullah Saw yang di waktu itu berada di dalam kandungan.

 

Menginjak bulan Sya`ban, umur kandungan Ibunda Aminah sudah berusia dua bulan, meskipun jumlah harinya belum genap dua bulan kalau dihitung dengan bulan. Soalnya hitungan Islam (kalender Rembulan) untuk masalah ini berbeda dengan yang lain. Maka atas kemuliaan ini, Allah menyuruh umat Islam untuk berpuasa di bulan Sya`ban ini. Puasa itu dilakukan pada tanggal 15 (Nisfu Sya`ban), atau boleh juga tanggal 13,14,15 / 14,15,16.

 

Kemuliaan demi kemuliaan selalu dibawa oleh Rasulullah Saw meskipun wujudnya belum dilahirkan. Ketika di bulan Syawwal usia Nabi Muhammad Saw di dalam kandungan ibunya sudah mencapai 4 bulan. Untuk memuliakan Rasulullah Saw, maka Allah memerintahkan umat Islam untuk berpuasa di bulan Syawwal selama 6 hari. Yaitu, mulai tanggal 2 sampai 7 Syawwal. Kalau tidak bisa seperti ini, maka bisa di pindah puasa Senin dan Kamis hingga menjadi genap menjadi enam hari.

 

Setelah bulan Syawwal berlalu, berganti menjadi Dzulqa`dah, suatu bulan di mana seluruh umat manusia dari perjuru dunia berbondong-bondong untuk menyiapkan diri untuk menjalankan ibadah haji menuju kota Makkah. Karena di saat ini, Nabi Muhammad Saw masih di dalam kandungan, maka bagi para calon jamaah haji disunnahkan untuk berpuasa.

 

Setelah Dzulqa`dah adalah bulan Dzulhijjah. Di bulan ini seluruh jamaah haji berkumpul di tanah suci Makkah untuk menjalankan ritual haji. Karena di bulan ini Rasulullah Saw masih di dalam kandungan, berumur 6 bulan, maka untuk kali ini bagi yang sudah menjalankan ibadah haji tidak disunnahkan untuk berpuasa Tarwiyah dan Arafah. Bagi yang menjalankan ibadah haji cukup bagi mereka adalah menjalankan sikap dermawan. Meskipun hajinya sudah Ifrad, yakni hendaknya mereka tetap berkorban (menyembelih binatang qurban) sebagai wujud rasa syukur akan lahirnya Nabi Muhammad Saw. Sebab, di bulan ini usia kandungan Sayyidah Aminah sudah menunjukan detik-detik kelahiran. Karena usia kandungan, minimal itu usianya adalah 6 bulan. Bagi umat Islam yang tidak menjalankan ibadah haji hendaknya mereka jangan mau ketinggalan dengan mereka yang sedang berhaji. Hendaknya mereka memuliakan bulan ini dengan berpuasa di tanggal 8 dan 9.

 

Ketika umur kandungan sudah genap 9 bulan, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awwal, di waktu Fajar Shadiq Nabi Muhammad Saw dilahirkan ke dunia. Shallahu ‘ala Muhammad. Wahai sekalian manusia, bergembiralah dengan kemuliaan ini dengan memperingati hari lahirnya sebagai peristiwa yang agung ini dengan membaca shalawat dan puji-pujian baginya. Karena dengan adanya keberkahan Rasulullah Saw, maka berkah dapat meluber kepada bulannya. Sebab, bulan Maulud itu mulia karena adanya Rasulullah Saw. Karena kalau ditinjau dari segi bulannya, bulan Rabiul Awwal bukanlah bulan yang dimuliakan oleh Allah. Tapi, karena adanya Rasulullah Saw bulan Rabiul Awwal menjadi bulan yang mulia.

 

Pertumbuhan selalu berkembang pada diri manusia, mulai dari balita, kanak-kanak, remaja, pemuda dan terakhir menginjak usia tua. Yaitu, di saat manusia umurnya genap 40 tahun, Maka sebagai balas jasanya kepada orang tuanya, hendaknya sang anak berdoa, "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."

 

Ayat ini (QS. Al-Ahqaf : 15), diturunkan untuk sahabat Abu Bakar. Karena di waktu itu, usianya Abu Bakar sudah menginjak 40 tahun. Di samping itu, bukti yang menunjukan adalah, bahwa semua keluarga Abu Bakar itu masuk Islam, meskipun islamnya tidak seawal Abu Bakar. Abu Bakar adalah orang yang dekat dengan Rasulullah Saw lewat jasanya Khadijah Al-Kubra.

 

Karena pentingnya Abu Bakar di sisi Rasulullah Saw, maka Abu Bakar tidak bisa dilepaskan dengan keluarga Rasulullah Saw. Sebagai buktinya, Abu Bakar itu punya anak yang terakhir, namanya Muhammad yang diasuh oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib bersama-sama dengan mengasuh Hasan dan Husein. Muhammad bin Abu Bakar ini kemudian hari dinikahkan oleh Ali bin Abi Thalib bersama-sama dengan Hasan dan Husein.

Dari semua keterangtan ini, Syaikhina Maimoen Zubair mengajak kepada kita semua agar tidak mengutamakan anak laki-laki dengan mengesampingkan anak perempuan. Sebab, yang melanjutkan keturunan Rarulullah itu adalah perempuan. Yaitu, Sayyidah Fatimah dan Sayyidah Umamah. Keduanya ini adalah istri dari sahabat Ali bin Abi Thalib. Mengapa Perempuan?. Sebab yang melanjutkan keturunan Rasulullah Saw adalah Perempuan.

 

Sarang, 5 Juni 2010

Catatan: Artikel ini disarikan dari pengajian Tafsir Syaikhina Maimoen Zubair di hari Ahad dengan materi QS. Al-Ahqaf : 15.

Read More >>

Nabi Ibrohim Mendapat Berkah Cahaya Rasulullah

وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (17) أُولَئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ (18) وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (19

 

"Dan orang yang Berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, muhammad apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa Aku akan dibangkitkan, padahal sungguh Telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka". Mereka Itulah orang-orang yang Telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang Telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang Telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan." (QS. Al-Ahqaf : 17-19).

 

Ayat ini ada kaitannya dengan ayat sebelumnya yang membahas tentang berbuat kebajikan kepada kedua orang tua. Taat kepada orang tua merupakan kuwajiban bagi seorang anak meskipun orang tuanya adalah orang yang jelek dan tidak menyembah kepada Allah. Hal ini sesuai dengan akhlak yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim As yang di waktu itu hidup di lingkungan orang yang menyembah berhala. Karena bapaknya Nabi Ibrahim As (Azar) adalah juru kunci dari berhala-berhala kerajaan. Tapi, dengan ilmu dan iman, Nabi Ibrahim tetap menghormatinya. Beliau tidak menyakiti bapaknya walaupun cuma sedikit.

Nabi Ibrahim adalah nabi pilihan Allah. Di dalam dirinya ada cahaya Nabi Muhammad Saw yang terpancar, yang selalu membawa berkah terhadap orang yang disinggahinya. Nabi Ibrahim As terkenal dengan sebutan bapaknya orang mukmin. Hal ini disebabkan karena anak-anak Nabi Ibrahim itu menjadi pilihan Allah untuk mengemban wahyu-Nya, meskipun ada yang tidak secara langsung, seperti Madyan. Tapi, ada keturunan darinya yang menjadi nabi, yaitu Nabi Syuaib. Allah berfirman:

 

إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ (33

 

"Sesungguhnya Allah Telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)." (QS. Ali-Imran : 33)

 

Keluarga Nabi Ibrahim selalu mendapat pandangan khusus di sisi Allah, karena semuanya menjadi orang yang dekat dengan Allah. Mereka terpencar-pencar dan terpisah ke berbagai tempat. Nabi Ismail ditugaskan di Masjidil Haram. Nabi Ishaq ditugaskan di Masjidil Aqsho. Adapun Madyan ditugaskan di suatu tempat, yang mana di dalamnya ada pengrajin Tongkat, hingga kelak tongkat tersebut diwarisi oleh Nabi Musa dari Nabi Syuaib.

 

Semua keagungan yang diperoleh oleh Nabi Ibrahim, mulai dari tidak hangus dibakar dengan api sampai anak-anak yang menjadi keturunannya menjadi pilihan Allah, itu semua disebabkan karena keberkahan cahaya yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Namun, kita sebagai umatnya tidak akan menunai keberkahan tersebut sebagaimana yang masih diperoleh pada zaman sahabat yang menjadi alim-alim. Kita tidak akan menjadi alim kecuali dengan cara memahami ayat-ayat suci Al-Quran. Status alim tersebut tidak akan didapat kecuali harus mengaji dengan orang-orang yang alim juga.

 

Seberapa cahaya itu bisa masuk ke jiwa raga seseorang, hal itu digantungkan pada seberapa pahamkah orang tadi terhadap ayat-ayat suci Al-Quran. Karena memahami Al-Quran itu menjadi syarat pokok untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Menghafal Al-Quran tidak harus semuanya. Tapi cukup bagi orang mukmin untuk hafal satu surat yang diiringi dengan pemahaman yang mendalam. Hal itu bagaikan hafal satu Al-Quran. Sebab, ayat Al-Quran itu sering diulang-ulang pembahasannya yang berjumlah tujuh macam. Jika ada seorang anak yang tidak memperdulikan nasehat orang tua tentang dibangkitkannya manusia dari alam kubur, maka anak tadi menjadi kufur. Sebab, dia telah melakukan dosa besar yang merupakan pangkal kekufuran.

 

Orang-orang kafir apabila melakukan perbuatan dosa, dia menganggap bahwa dosa-dosa yang telah ia lakukan tadi merupakan kebaikan. Sebab, Allah telah menghiasi diri mereka dengan mencintai dunia dan ingin selalu menuruti hawa nafsunya. Berbeda dengan orang yang mukmin, yang menganggap bahwa kebaikan itu adalah kebaikan dan keburukan adalah keburukan. Allah berfirman:

 

زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (212

 

"Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas." (QS. Al-Baqarah: 212).

 

Apabila kita sudah tidak bisa menahan untuk melakukan dosa, hendaknya kita berniat tidak tahan menahannya. Hendaknya ikutilah perbuatan buruk dengan menjalankan perkara baik agar perkara tadi menjadi seimbang.

 

Pokok iman seseorang adalah iman pada Hari Akhir. Karena di situ ada jalan bagi orang mukmin untuk masuk surga. Di dalam surga ada sebuah kenikmatan yang banyak sekali bila dibandingkan dengan kenikmatan yang ada di dunia. Kenikmatan di dunia yang ada cuma satu nikmat.

 

Di surga, orang mukmin akan menjadi seorang presiden atau raja. Karena kedudukan di surga merupakan kenikmatan yang agung. Hal ini sesuai dengan pandangan orang-orang yang hidup di dunia, bahwa kedudukan atau pangkat merupakan suatu perkara yang enak. Tapi, seorang presiden yang menguasai negeri akhirat itu pangkatnya berbeda-beda. Jika di dunia pangkat seorang presiden harus ditempuh dengan Ijazah, maka, pangkat presiden di negeri akhirat itu ijazahnya diatur syariat Islam. Yaitu, seberapa tinggi derajatmu di sisi Allah.

 

Tentunya mencari derajat yang tinggi di sisi Allah itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tapi, membutuhkan perjuangan yang berat. Di antaranya adalah alim. Sebab, orang yang mengetahui hak-hak Allah adalah orang yang alim. Sehinnga, dia dapat menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan-Nya untuk mencari rida-Nya.

 

Selain keahlian orang alim itu dapat mengetahui hak-hak Allah, dia juga adalah sosok yang selalu menebarkan kasih sayang terhadap sesama manusia. Tapi, bagi yang tidak alim, janganlah bersedih hati, cukup bagi kalian untuk mencintai dan mendekati orang yang alim. Insya Allah kita akan dapat memperoleh barakahnya. Sehinnga, kelak Allah akan mengizinkan kita untuk masuk surga bersama-sama dengan orang alim yang kita cinta dan kita dekati ketika masih hidup di dunia.

 

Ulama yang alim itu pangkatnya berbeda dengan nabi. Mengapa? Karena kalau ada seorang nabi sudah meninggal dan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka kedudukannya tidak akan diwarisi oleh anak perempuannya.. Tapi, kalau ada seoarang ulama yang meninggal, dan dia cuma punya anak perempuan, maka tugas keulamaannya masih bisa dilangsungkan olehnya. Yakni, ulama tadi mengambil menantu yang alim. Janganlah tergiur dengan harta di saat memilih menantu. Cukup pilih menantu yang alim, karena orang alim itu adalah ulama yang menjadi pewaris para nabi.

 

Pada ayat yang terakhir dalam pembahasan ini, Syaikhina Maimoen menjelaskan bahwa derajat orang mukmin kelak di surga itu ada tujuh, dan derajat orang kafir juga ada tujuh. Bagi mereka yang mendapat derajat yang tinggi di surga dialah orang-orang yang tidak mengingat apapun selain Allah. Maka orang-orang yang seperti ini rizkinya akan ditanggung oleh Allah. "Seberapa tinggi derajat orang di surga itu tergantung seberapa banyak dia mengingat Allah."

 

Orang kalau sudah berada dalam derajat kebaikan, maka dia akan selalu dikerumuni dan dijaga Malaikat. Kalau dia sudah dijaga Malaikat, Setannya akan pergi. Dan kalau orang itu ingin derajat kebaikannya itu terus naik, hendaknya dia mempunyai amal sisik melik, yaitu amal yang membuat Allah rida kepadanya.

 

Apabila ada seseorang yang mendapat murka Allah di saat dia menjalankan suatu pekerjaan buruk, maka dia akan mati dalam kondisi Kafir. Apabila ada seseorang ketika menjalankan perbuatan baik itu bertepatan dengan ridanya Allah, maka dia akan mati dalam kondisi mukmin. Contoh kecilnya, duhulu pada zaman Nabi Musa ada Tukang Sihir Firaun, di saat disuruh untuk mengadu sihirnya dengan Nabi Musa, mereka mempunyai sopan santun. Yaitu, ketika mereka hendak beradu sihir, mereka memperkenankan kepada Nabi Musa untuk dahulu memulai, atau mereka yang mulai terlebih dahulu. Di saat mengerjakan amal kebaikan ini, Allah meridainya. Sehingga, pada akhirnya mereka beriman kepada Nabi Musa.

 

Selain contoh tadi, ada juga contoh dalam sebuah cerita. Telah dikisahkan bahwa Abu Thalib itu adalah orang yang bukan mukmin. Akan tetapi, dalam sejarahnya dia tidak pernah menentang apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah Saw. Sehingga, karena kebaikannya ini ada sebuah cerita yang mengisahkan ketika dia wafat, bahwa neraka yang paling baik adalah neraknya Abu Thalib. Yaitu, ketika dia menginjak neraka otaknya mendidih. Maka dari itu, seberapa berat siksaan orang di neraka itu tergantung pada seberapa banyak ia menentang Allah Swt.

 

Sarang , 27 Juni 2010

Catatan: Artikel ini diambil dari pengajian Tafsir Syaikhina Maimoen Zubair di hari Ahad dengan materi Surat Al-Ahqaf Ayat 17-19.

Read More >>

Mengedepankan Kealiman

KH. MAIMOEN ZUBAIR Dahulu kala, ketika seseorang ingin mendalami ilmu agama, mereka belajar di masjid. Masjid digunakan sebagai media untuk mensyiarkan agama Allah. Banyak orang alim yang keluaran dari masjid, seperti Masjidil Aqsha, Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan masjid-masjid yang didirikan oleh Salafus Shaleh. Ulama-ulama yang mengajar dan mengabdikan ilmunya di masjid itu disebut dengan Muharrar.

 

Karena saking senangnya ingin mempunyai anak yang menjadi Muharrar, Hannah (ibu dari Sayyidah Maryam) bernazar jika jabang bayi yang ia kandung kelak akan lahir laki-laki, maka akan dijadikannya sebagai seorang Muharrar. Namun, Allah berkehendak lain. Ternyata anak yang lahir dari perutnya itu adalah seorang perempuan. Hannah menjadi sedih sebab cita-citanya untuk mempunyai bayi laki-laki menjadi gagal. Karena syarat untuk menjadi seorang Muharrar adalah laki-laki. Bayi itu diberinya nama Maryam. Allah berfirman:

 

إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (35) فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (36

 

“(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk." (QS. Ali-Imran : 35-36).

 

Untuk mengobati duka lara yang ada dalam hatinya, akhirnya Hannah mempunyai suatu gagasan untuk merealisasikan cita-citanya untuk menjadikan anaknya tadi menjadi seorang Muharrar. Solusinya, salah satu anaknya Hannah diberi nama Harun. Hal ini berdasarkan suatu alasan. Jika ada Nabi Harun, niscaya akan ada Nabi Musa. Sehingga, kedua ulama ini diibaratkan seperti Nabinya Bani Israil. Hal semacam ini juga terjadi kepada ulama-ulama yang menjadi pewaris Nabi Muhammad Saw. Sebab, risalah kenabian sekarang sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya para ulama yang mengikuti dan melestarikan ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah Saw. Rasulullah Saw bersabda:

 

علماءامتي بمنزلة أنبياء بني إسرائيل

 

“Kedudukan ulama dari umatku itu bagaikan kedudukannya Nabi Bani Israil.” (Al-Hadist).

Apabila fungsi masjid masih diberlakukan sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw dan para Salafus Shaleh, niscaya ajaran Ahlu Sunnah Waljamaah akan semakin berkembang. Meskipun dalam realitanya kekuasaan negara telah dipegang oleh golongan yang bukan dari kalangan Ahlus Sunnah Waljamaah.

 

Abu Yusuf yang merupakan tokoh Ahlus Sunnah Waljamaah bisa menjadi Qodhi padahal raja yang berkuasa di waktu itu adalah golongan Muktazilah. Begitu juga Syaikh Hasan al-Masyat. Beliau menjadi Qodhi di Makkah meskipun raja yang berkuasa di waktu itu adalah orang Wahabi. Sebenarnya penguasa tersebut ingin mengangkat Qodhi atau Hakim dari golongannya sendiri. Namun, hal itu dirasanya tidak mungkin. Sebab, kebanyakan ulama yang alim di waktu itu adalah dari kalangan Ahlus Sunnah Waljamaah. Orang-orang alim ini adalah kebanyakan jebolan dari masjid.

 

Selagi fungsi masjid masih digunakan untuk bertafaqquh fiddin, niscaya akan lahir ulama-ulama yang alim. Namun, semua itu hanya tinggal sebuah kenangan. Sekarang, masjid sudah diisi dengan Ikatan Remaja Masjid. Yang tentunya, fungsinya sangat jauh bila dibandingkan dengan apa yang telah diajarkan oleh Salafus Shaleh.

 

Pada awal Islam berkembang di Indonesia, para ulama telah mengfungsikan masjid sebagai jalan untuk tafaqquh fiddin. Seperti masjid Demak yang arsitekturnya mirip dengan masjid yang ada di Keling (Gujarat) dan Malibari (India). Hal ini disebabkan karena Islam di Indonesia itu datangnya dari sana. Begitu juga masjid Aceh yang mirip dengan masjid bangunan Arab.

 

Syaikhina Maimoen Zubair sendiri merupakan ulama yang pernah bertafaqquh fiddin di masjid. Mulanya beliau belajar ilmu agama Islam di masjid Sarang. Masjid ini dulunya masih difungsikan untuk bertafaqquh fiddin. Beliau belajar di masjid Sarang kepada ulama-ulama setempat.

 

Ketika belajar di Lirboyo, tepatnya di pesantrennya Mbah Manaf, Syaikhina Maimoen juga bertafaqquh fiddin kepada ulama-ulama yang mengajar di masjid setempat. Pesantren Mbah Manaf ini dahulunya hanya berupa kombongan (sejenis gotaan). Sebab, setiap santri yang ingin belajar kepada Mbah Manaf disuruhnya untuk membuat kombongan sendiri. Jadi, Mbah Manaf ini tidak berambisi untuk mempunyai pesantren. Baliau hanya mengajar dan mensyiarkan agama Allah. Para santrilah yang membuat tempat tinggalnya (kombongan) sendiri yang kemudian menjadi sebuah pesantren.

 

Waktu Syaikhina Maimoen Zubair mondok di Lirboyo, santrinya Mbah Manaf masih sedikit, sekitar sepuluh orang. Hubungan Syaikhina Maimoen dengan Mbah Manaf begitu dekat. Kedekatannya ini salah satunya didukung oleh keberadaan Kiai Khozin yang diambil anak angkat oleh Mbah Manaf. Kiai Khozin ini masih ada kerabat dengan Syaikhina Maimoen. Kiai Khozin diambil anak angkat Mbah Manaf sebab putra Mbah Manaf yang bernama gus Nawawi telah meninggal dunia. Gus Nawawi ini adalah orang yang cerdas. Sehingga, dengan keberadaan Kiai Khozin ini diharapkan dapat menggantikan posisinya gus Nawawi.

Mbah Manaf ini sangat meyayangi Kiai Khozin. Suatu ketika, Mbah Manaf ingin mengajak Kiai Khozin untuk menunaikan ibadah haji. Tujuan keberangkatannya ini dikarenakan Mbah Manaf mempunyai cita-cita ingin meninggal di tanah suci. Namun, cita-cita Mbah Manaf untuk wafat di sana tidak kesampaian. Justru yang terjadi adalah sebaliknya. Kiai Khozin justru yang meninggal di tanah suci Makkah. Setelah belajar dari pesantrennya Mbah Manaf, Syaikhina Maimoen melanjutkan belajarnya ke Makkah al-Mukarramah. Di tanah suci ini, beliau juga bertafaqquh fiddin di Masjidil Haram yang di waktu itu masih dipenuhi dengan ulama-ulama Ahlus Sunnah Waljamaah yang mengajar. Padahal raja yang berkuasa adalah dari golongan Wahabi.

 

Sekarang, fungsi masjid sudah berubah, tidak seperti zaman dahulu ketika masjid-masjid masih dipenuhi oleh ulama Ahlus Sunnah Waljamaah yang mengajar. Yang ada hanyalah sebuah kenang-kenangan yang membekas. Meskipun demikian, kita harus tetap menjaga bekas-bekas peninggalan yang telah ditinggalkan oleh ulama Salafus Shaleh sebisa mungkin. Marilah kita melestarikannya meskipun tinggal sedikit.

 

Salah satu peninggalan Salafus Shaleh adalah mengaji. Mengaji untuk mendalami ilmu agama Islam. Mengaji hanya ikhlas karena Allah. Mengaji yang bukan karena ingin pangkat, gelar dan iming-imingan yang lainnya. Nasehat mempertahankan mengaji ini sering sekali diulang-ulang oleh Syaikhina Maimoen ketika berceramah di hadapan santri-santrinya.

 

Ketika kita mendalami ilmu agama dengan ikhlas karena Allah, maka dapat menghasilkan buah berupa kita akan semakin dekat dengan Allah. Zikir yang kita baca akan semakin merasuk ke dalam hati sanubari.

 

Apabila ilmu kita dalam masalah keagamaan itu mendalam, niscaya kita akan menjadi orang yang alim. Karakter alim inilah yang harus diutamakan. Dari orang alim inilah kemudian ajaran Ahlus Sunnah Waljamaah akan tersebar.

 

Terkadang ada seseorang yang mengesampingkan ke-alim-an dibanding dengan yang lainnya. Dia lebih suka melestarikan pesantrennya padahal anaknya masih belajar menuntut ilmu agama. Dia lebih suka mendirikan pesantren terlebih dahulu untuk anaknya nanti jika sudah pulang dari ngajinya di pesantren. Hal semacam ini berbeda dengan apa yang telah diajarkan oleh Kiai Umar bin Harun dan Kiai Zubair. Kedua ulama ini lebih suka memilih mengajar dari pada mendirikan pesantren.

 

Ulama itu tugasnya ada yang hanya mengajar dan ada mengurus pesantren. Kiai Umar dan Kiai Zubair lebih suka mengutamakan mengajar dan menolong agama Allah dibandingkan dengan mendirikan pesantren. Sehingga, dari keikhlasan mengajarnya ini banyak santri yang mengklaim dirinya mondok di Kiai Umar atau mondok di Kiai Zubair padahal keduanya ini tidak mempunyai pesantren. Para santri lebih suka menisbatkan ilmunya kepada kiai yang alim yang mengajarnya dari pada pesantren yang ia tempati.

 

Keikhlasan dalam bertafaqquh fiddin sudah memulai memudar. Namun, janganlah kita menghina orang yang telah lari dari konsep mendahulukan kealiman. Janganlah kita menghina orang yang suka mendirikan pesantren. Sebab, jalannya Islam di zaman sekarang itu harus dengan memakai media pesantren.

 

Marilah kita ikhlas dalam bertafaqquh fiddin. Dengan bertafaqquh fiddin seseorang akan menjadi alim dalam masalah keagamaan yang bersumber dari Al-Quran. Buahnya, zikir yang kita baca akan semakin bermakna. Lafal Allah yang kita baca akan semakin merasuk ke dalam jiwa.

 

Lafal Allah yang kita baca itu berbeda dengan yang lainnya. Selain tidak bisa ditasrif, ketika lafal Allah hurufnya kita lepas satu persatu, maka maknanya akan semakin mendalam dan mengena. Ketika lafal (الله) Allah, hamzahnya (ا)kita hilangkan, maka akan menjadi lillah (لله). Lafal lillah ini mempunyai sebuah arti hanya karena Allah. Jika beramal tidak karena Allah, maka amalnya tidak akan diterima dan tidak akan sampai kepada Allah. Ketika huruf lam (ل)yang ada di depannya kata lillah (لله) kita hilangkan, maka lafal Allah akan menjadi lahu (له). Artinya, hanya karena Dia. Lafal lahu ini memakai dhamir yang menunjukan makna Ghaib. Maknanya (لالغيره بل له فقط) la lighairihi bal lahu faqath. Maknanya tidak karena selain Allah, akan tetapi hanya karena Allah. Dhamir (ه) ha’ yang ada pada lafal lahu ini masih bisa diarahkan kepada dhamir Ghaib secara umum atau dhamir Syaen. Namun, setelah dibuang (ل) lamnya lagi, maka hanya boleh dikatakan dhamir Syaen. Sehingga, ketika kita menzikirkan lafal (ه) hu, (ه) hu, (ه) hu itu maknanya hanya kembali kepada Allah. Apabila dhamir ha’ tadi dihilangkan, maka yang ada hanyalah dzikrul qalbi(ذكرالقلب) sebab sudah tidak diucapkan lagi. Lafal Allah ini berbeda dengan lafal (زيد) Zaidun dan (فضل) Fadhal. Kata Zaidun ketika dihilangkan huruf (ز) zaknya, maka akan menjadi (يد) yadun yang mempunyai arti tangan. Padahal sebelumnya bermakna tambah. Begitu juga lafal (فضل) fadhal. Lafal ini asalnya mempnyai arti keutamaan. Namun, jika huruf (ف) fa’nya dihilangkan, maka menjadi (ضل) dhalla yang mempunyai makna sasar (tersesat).

Makna zikir Allah ini tidak akan diketahui oleh seseorang kecuali dia mau mengaji. Mengaji dengan cara mengikuti jejak-jejak ulama salaf. Mengaji dengan tujuan agar tahu tugas utamanya mengapa mereka diciptakan. Yaitu, hanya untuk menyembah kepada Allah. Allah berfirman:

 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56

 

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz Dzaariyaat : 56)

 

Jika zikir-zikir tadi dijalankan sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw dan para Salafus Shaleh, niscaya hari Kiamat tidak akan kunjung tiba. Hal ini disebabkan semata-mata karena di atas permukaan bumi ini masih banyak hamba Allah yang mau berzikir kepada-Nya. Rasulullah Saw bersabda:

 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا تقوم الساعة حتى لا يقال في الأرض الله الله) اخرجه مسلم

 

Rasulullah Saw bersabda, “Hari kiamat tidak akan ditegakkan di atas permukaan bumi sehingga tidak ada orang yang berzikir, “Allah Allah.” (HR. Muslim).

 

Sarang, 11 Januari 2013.

------------------------
Artikel adalah sari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair dalam acara persiapan Ikhtibar I Muhadhoroh PP. Al-Anwar, tahun ajaran 1434 H.

Read More >>

Mencetak Kader-kader Yang Penuh Dengan Cahaya

pemuda-islam-cartoon "Mutiara semakin kecil bentuknya, maka akan semakin mahal harganya." Itulah ungkapan di tahun kemarin yang di tausiyahkan oleh Syaikh Rojab untuk menanggapi dari pidato Syaikhina Maimoen, "Pondokku ini adalah pondok yang kecil."

 

Di samping itu, Syaikh Rojab juga memuji bahwa di Al-Anwar itu penuh dengan cahaya. Di antaranya adalah "cahaya" yang berhubungan dengan membaca Al-Quran, membaca Shalawat, Salat malam, dan lain-lain yang ada kaitannya dengan syariat Islam.

 

Cahaya Islam tidaklah mudah cara untuk mendapatkannya. Seperti halnya pepatah kuno, "Semudah membalikkan telapak tangan." Tapi, membutuhkan pengorbanan dan keikhlasan dalam mencapainya. Jangan terkecoh dengan konsep Islam itu mudah, sebab kemudahan yang ditawarkan Islam itu harus di sertai dengan "ilmu".

 

Ilmu adalah sumber cahaya. Maka dari itu, kita di sini (dalam tulisan ini) akan menyibak cahaya ilmu yang dibawa oleh Syaikh Rojab yang datang jauh-jauh dari Damaskus, Syiria. Perlu diketahui bahwa cahaya itu mempunyai sebuah sumber penempatan, atau wadah. Yang dimaksud wadah di sini adalah wadah manusia itu sendiri. Karena ilmu itu bercahaya atau tidak itu tergantung "manusia" yang mengolahnya.

 

Untuk menjaga kedinamisan hidup antara sesama manusia dalam membangun rumah tangga agar keturunan terjaga, Islam mensyariatkan agar seorang laki-laki dan perempuan yang sudah sampai waktunya untuk menikah agar segera menikah. Atau juga ketika dia sudah tidak bisa menahan pandangan antara lawan jenis. Maka orang seperti ini disuruh untuk "menikah".Tapi, jangan hanya menikah untuk memenuhi Nafsu Biologis saja. Karena hal ini tidak sesuai dengan konsep Islam. Niatkanlah nikahmu untuk memenuhi sunnah Rasulullah Saw supaya mendapatkan berkah.

 

Pernikahan secara etimologi itu mempunyai arti perkumpulan. Hal ini memberikan gambaran akan pentingnya konsep perkumpulan ini. Yaitu, dengan perkumpulan seorang laki-laki dan perempuan dapat merealisasikan hadist Nabi Muhammad Saw untuk memperbanyak keturunan yang dipoles dengan iman dan taqwa agar kelak Rasulullah Saw merasa bangga dengan umatnya yang banyak serta taat kepada Allah dan Rasul-nya. Selain bermaksud itu, pernikahan juga terjadi pada Al-Quran dan Al-Hadist. Keduanya ini saling membutuhkan untuk "dikumpulkan" supaya terjadi pemahaman yang mengarah. Al-Quran membutuhkan Al-Hadist, dan Al-Hadist membutuhkan Al-Quran.

 

Karena perkembangan zaman yang begitu cepat dan pesat, hukum-hukum Islam juga bertunas cepat. Hal itu juga membutuhkan untuk dikumpulkan menjadi satu. Yaitu, Ijma dan Qiyas ke dalam produk utama (Al-Quran dan Al-Hadist). Sehingga, hukum Ahlussunnah waljamaah jumlahnya menjadi empat. Yaitu, Al-Quran, al-Hadis, Ijma dan Qiyas.

 

Setelah menikah, tugas dari suami istri adalah mencetak kader-kader aktivis agama Islam.Tentunya hal ini tidaklah mudah, sebagaimana pendapat orang-orang yang menikah hanya memenuhi nafsu Biologis.Tumbuhnya generasi yang baik itu dipengaruhi oleh gennya, yakni dari sumber Ovum dan Sperma itu dikeluarkan.Terutama dari cinta dan taatnya orang tua kepada Allah dan Rasul-Nya. Contoh kecil dari perhatian seorang suami terhadap istri dalam masalah agama adalah, jika istri telah memecahkan gelas, sang suami tidak marah.Tapi, bila sang istri meninggalkan salat dengan sengaja, maka sang suami marahnya bukan main. Karena hal ini ada hubungannya dengan tanggung jawab di sisi Allah kelak di akhirat.

 

Anak-anak yang dihasilkan dari pernikahan yang baik, lalu dididik dengan pendidikan syariat Islam dengan baik pula, maka bendera Islam akan naik dengan cahaya yang berkilauan.Tapi, modal utama untuk mendapatkan cahaya adalah ilmu, bukan dunia yang hina ini. Hal ini sebagaimana yang telah dituturkan di atas. Karena mencetak kader-kader yang membawa cahaya itu sangatlah sulit. Sebab, di zaman ini banyak sekali baksil-baksil yang ingin menghancurkan situs-situs Islam.

 

Pemuda yang baik adalah pemuda yang berprilaku dengan prilakunya orang-orang pesantren. Mengapa demikian? Karena kalau kita mau membuka memori sejarah yang ada, bahwa ulama itu adalah penerus dan pemegang tongkat Estafet dari para nabi sebagaimana hadist Nabi Muhammad Saw, "Ulama itu adalah pewaris para nabi." Sebaik-baiknya tempat atau majlis adalah majlisnya Ulama. Pesantren adalah majlis ulama yang kental. Karena tempat-tempat tersebut ada ilmu. Jadi, jangan kawatir jika pemuda-pemudi kita menghabiskan waktunya untuk tinggal di pesantren untuk "ngalap ilmu" kepada para ulama yang mengasuh pesantren.

 

Seorang pemuda jika sudah digodok dengan bumbu-bumbu ilmu syariat yang kental di pesantren, apabila dia menjadi graduated from Islamic school ini, maka dia akan menjadi jelmaan dari konsep-konsep yang tertera di dalam Al-Quran dan Al-Hadist. Sehingga pada akhirnya, pemuda yang semacam ini akan menjadi icon dan tumpuan untuk rujukan suatu kebaikan yang diperintahkan oleh syariat Islam. Dalam sebuah Hadist ada sebuah keterangan bahwa, "Sesungguhnya makhluk yang dicintai Allah Swt adalah pemuda yang umurnya masih belia, berparas tampan, yang menggunakan ketampanannya dan waktu mudanya untuk Allah, dan mencurahkan dirinya untuk beribadah kepada Allah Swt dan beristiqomah dalam menjalankan kebaikan sampai mati."

 

Pemuda yang kesehariannya selalu mentaati perintah Allah dan menjahui larangan-Nya, maka dia akan menginginkan dirinya untuk dijual kepada Allah. Yakni, Allah yang akan membelinya. Menjual bukan hanya sekedar menjual seperti ibu-ibu yang menjual jualannya di pasaran.Tapi, penjual yang menawarkan dirinya sebagai barang yang mempunyai bentuk yang beraneka ragam. Ada yang berbentuk dzikrullah, mengerjakan salat, baik wajib maupun yang sunnah, ada yang membaca Al-Quran, Bershalawat dan cinta kepada ulama. Jika pemuda sudah berupa barang yang seperti ini, kemudian dia menjualnya kepada Allah, niscaya Allah akan membelinya dengan harga surga. Insya Allah dia mendapat rida-Nya.

 

Jika pemuda sudah menjual dirinya kepada Allah, dan penjual tadi hanya berlangganan dengan Allah, maka orang tadi akan tetap eksis dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya hingga hatinya bersih dan bening. Tidak ada sesuatu yang lain yang dituju kecuali hanya Allah. Hidup untuk Allah dan mati hanya untuk Allah. Maka pemuda yang seperti ini, bersiap-siaplah untuk bertemu Allah dan Rasul-Nya.

Terakhir pesan dari Syaikh Rojab untuk Santri-santri Al -Anwar.

  1. Ihlaslah dalam mencari ilmu
  2. Ikutilah gurumu ini (Syakhina Maimoen Zubair)
  3. Juallah dirimu kepada Allah dengan berdzikrullah dan mencintai gurumu ini (Syakhina Maimoen Zubair)
  4. Jangan menjual dirimu untuk kemaksiatan dan kesenangan dunia
  5. Dunia itu milik Allah, jika kamu memilih Allah, niscaya dunia akan menjadi milikmu.

Sarang, 26 Mei 2010

Catatan: Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen Zubair, Syaikh Rojab Dib As-Subki dan Syaikh Mahmud di acara kunjungannya Syaikh Rajab yang kedua.

Read More >>

Kesamaan Indonesia dan Negara Islam Saat Rasululah Saw

indonesia Negara Kesatuan Republik ini mempunyai kesamaan dengan negara Arab yang dibangun oleh baginda Nabi Muhammad Saw. Dahulu kala, telah terjadi peperangan besar antara bangsa penjajah. Yaitu, Romawi dan Yunani (Persia), yang mengakibatkan kekalahan pada salah satu pihak sehingga wilayah penjajahan menjadi milik yang menang. Perang besar itu dimenangkan oleh bangsa Yunani. Maka bangsa penjajah yang berkuasa di Semenanjung Arab adalah bangsa Yunani. Di waktu itu bangsa Romawi yang mewakili negara Barat beragama Kristen. Dan Yunani yang mewakili Timur beragama penyembah Matahari atau Api serta Berhala. Kekuasaan yang dinikmati oleh Yunani berlangsung kurang lebih tujuh tahun. Namun, akhirnya terjadi perang besar lagi. Di peperangan ini, kemenangan berada di pihak Romawi. Ironisnya, ketika bangsa Romawi ingin menjajah bangsa Arab lagi, Allah telah mengutus Nabi Muhammad Saw. Sehingga, penjajahan menjadi terbengkalai.

 

Adapun , sejak dahulu merupakan negara jajahan milik Belanda yang berlangsung selama tiga setengah abad. Penjajahan Belanda ini terjadi sangat lama sekali. Negara Belanda merupakan Negara Eropa yang beragama Kristen. Setelah Belanda mengeyangkan penjajahannya, akhirnya, Belanda diusir dari negara Indonesia oleh penjajah Jepang. Dan yang berkuasa setelahnya adalah Jepang. Jepang merupakan negara Timur yang beragama Sinto (penyembah Matahari). Pendudukan Jepang di Indonesia berlangsung kurang lebih tiga setengah tahun. Pada akhirnya terjadilah Perang Dunia II. Jepang berada di pihak Jerman. Dan Belanda berada di pihak Sekutu. Dalam perang besar ini, pihak yang menang adalah Sekutu. Negara Jepang kalang kabut berhadapan dengan negara Sekutu. Akhirnya, Jepang harus menerima kekalahan yang begitu besar. Kota pusat industri Jepang, Nagasaki dan Hiroshima telah dijatuhi Bom Atum oleh Sekutu pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945.

 

Ketika Perang Dunia usai, Belanda ingin kembali ke tanah air Indonesia untuk menjajah lagi. Namun, oleh bangsa Indonesia dapat dibatalkan niatnya. Negara Indonesia ini sudah menggelar Proklamasi terlebih dahulu. Sehingga, yang ada dari bangsa Belanda adalah agresi militer untuk bangsa Indonesia. Tapi, hal itu bisa ditangkis oleh bangsa Indonesia. Mengenai keagungan ini Allah telah berfirman:

 

الم (1) غُلِبَتِ الرُّومُ (2) فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (3) فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (4

 

"Alif laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi. bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman." (QS. Ar-Rum : 1-4)

 

Perlu diketahui, bahwa kemerdekaan bangsa Arab itu didahului oleh peperangan antara bangsa Yunani dan Romawi. Hal ini mirip dengan kemerdekaan bangsa Indonesia yang didahului oleh peperangan antara Sekutu dan Jepang. Dan yang paling penting, bahwa Negara yang dibangun oleh Rasululah Saw itu adalah Negara yang gemah ripah loh jinawe, baldatun toyyibatun warobul ghafur. Pembangunan ini sebagaimana pembangunan yang ada pada negeri Saba yang merupakan negara islam yang makmur. Allah berfirman:

 

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (15

 

"Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun." (QS: Saba:15).

 

Sarang, 7 Juni 2009.

Catatan: Artikel ini disarikan dari ceramah Syaikhina Maimoen saat ada kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudoyono.

Read More >>

Keutamaan Berdzikir dan Kesamaan Negeri Yaman dengan Indonesia

dzikir وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ (20) وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (21) قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَأْفِكَنَا عَنْ آلِهَتِنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (22) قَالَ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَأُبَلِّغُكُمْ مَا أُرْسِلْتُ بِهِ وَلَكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ (23) فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25) وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (26) وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ الْقُرَى وَصَرَّفْنَا الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (27

 

"Dan (Ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu Telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu Telah bersenang-senang dengannya; Maka pada hari Ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan Karena kamu Telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan Karena kamu Telah fasik". Dan ingatlah (Hud) saudara kaum 'Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan Sesungguhnya Telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): "Janganlah kamu menyeMbah selain Allah, Sesungguhnya Aku khawatir kamu akan ditimpa hari yang besar". Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyeMbah) tuhan-tuhan Kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang Telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar". Ia berkata: "Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) Hanya pada sisi Allah dan Aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang Aku diutus dengan membawanya tetapi Aku lihat kamu adalah kaum yang bodoh." Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke leMbah-leMbah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan!) bahkan Itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, Maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. Dan Sesungguhnya kami Telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan kami Telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, Karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka Telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya. Dan Sesungguhnya kami Telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan kami Telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertaubat)." (QS. Al-Ahqaf : 20-27).

Pada ayat 20 ini, Syaikhina Maimoen Zubair menjelaskan bahwa selain neraka yang ditampakkan setelah hari dibangkitkan, neraka juga ditampakkan sebelum hari dibangkitkan. Orang yang mengalami hal itu adalah raja Firaun. Dia adalah sosok manusia yang mendapat laknat dari Allah karena mengaku dirinya sebagai tuhan yang berhak disembah selain Allah. Sungguh neraka telah ditampakan untuk manusia yang sombong ini di waktu Pagi dan Petang. Allah berfirman:

 

النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ (46

 

"Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang. dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras." (QS. Al-Ghafir : 46).

Dari kejadian ini (neraka diperlihatkan di Pagi dan Sore hari), maka Allah memerintahkan hamba-Nya untuk mengerjakan salat pada dua waktu di penghujung hari. Salat Subuh di waktu Fajar dan salat Ashar di waktu Petang. Dua salat ini kelak akan menjadi tameng atau benteng bagi orang yang yang mau mengerjakannya dari panasnya api Neraka.

Meskipun neraka kelak akan ditampakan di Pagi hari dan di waktu Petang sebelum hari dibangkitakan, tetapi orang-orang kafir masih saja tidak menggubris apa yang telah disampaikan Al-Quran. Mereka memilih dunia dan terlena di dalamnya. Mereka sangat senang menjalankan perbuatan yang ada kaitannya dengan dunia, bahkan sangat bangga.

Orang kafir itu mengetahui bahwa dunia ini makin hari makin rusak dan berkurang. Yang suatu saat akan berhujung pada suatu kehancuran. Hal itu nampak dengan kejadian-kejadian alam yang sudah tidak normal lagi. Sumber-sumber alam kian hari tambah habis karena telah dikeluarkan manusia dari perut bumi dengan penuh keserakahan. Semua kerusakan alam tadi akan mengantarkan kerusakan yang menakutkan. Yaitu, terjadinya hari .

 

Perlu diketahuai bahwa semua kekayaan alam yang ada di jagat raya ini telah disediakan Allah bagi hamba-Nya yang beragama Islam. Dengan kekayaan yang banyak ini, orang yang beragama Islam harus hidup mulia ketika dunia dan akhirat. Dan kunci hidup nikmat di hari yang kedua (akhirat) adalah harus beramal kebajikan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Allah selama hamba tadi masih hidup di dunia.

Amal kebajikan di dunia yang paling baik adalah salat, terutama salat Subuh dan Ashar yang harus diperhatikan lebih khusus bila dibandingkan dengan yang lainnya tanpa mengesampingkannya. Allah berfirman:

 

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ (114

 

"Dan Dirikanlah seMbahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat." (QS. Hud :114).

 

Orang yang hidup di dunia, khususnya yang menjadi hamba-hamba Allah, kalau beribadah mereka harus beribadah dengan bersungguh-sungguh. Merasa hina, tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Allah. Ingat dosa yang kita perbuat yang sedemikian banyaknya. Sehingga, ketika kita tidak kuat menahan hal itu akan membuat semakin dekat dengan Allah. Hati kita akan menangis tatkala ingat telah melanggar larangan-larangan Allah.

 

Apakah kita tidak melihat pada diri seorang wanita? Dalam jiwanya mudah sekali untuk menangis dan mengeluarkan air mata. Tapi, kita jangan seperti wanita karena kebanyakan dari mereka itu menangis bukan karena takut kepada Allah. Akan tetapi, kebanyakan mereka menangis karena dunia. Makanya kalian jangan terlena dengan wanita yang berparas seperti ini.

 

Beribadahlah kalian kepada Allah dengan bersungguh-sungguh. Sebab, dunia ini kelak akan dihancurkan kecuali berzikir kepada Allah. Dan puncak zikir itu adalah salat. Rasulullah Saw bersabda:

 

عن أنس رضي الله عنه قال قال النبي صلى الله عليه وسلم ( لا تقوم الساعة على أحد يقول الله الله

 

Dari Anas Ra mengungkapkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Hari kiamat tidak akan ditegakkan bagi seseorang yang senantiasa berkata: “ Allah Allah.” (Al-Hadist)

Selain salat yang menjadi zikir, banyak juga zikir yang harus kita amalkan di sepanjang hari. Misalnya:

  1. لا إله إلاالله

  2. سبحان الله ، والحمد لله ، ولا إله إلا الله ، والله أكبر

  3. سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وبحمده سبحان ربي الأعلي وبحمده

     

Jika kita sudah memperbanyak bacaan zikir, terutama di waktu salat, maka kemakmuran bangsa Indonesia akan semakin meningkat. Duhulu bangsa Indonesia yang mengerjakan salat cuma sedikit, kira-kira cuma 5%, makanya mereka hidup dengan kesensaraan dan penderitaan dalam kekuasaan penjajah. Kemudian setelah zaman Orde Baru banyak orang yang menjalankan salat, kira-kira 10 %. Sehingga, dari tambahnya orang yang mengerjakan salat ini, nikmat Allah ditambahkan untuk bangsa Indonesia, yang asalnya bangsa penjajah berkeliaran di negara kita sekarang sudah tidak ada lagi. Dan sekarang bangsa Indonesia yang menjalankan salat semakin meningkat bila dibandingkan dengan zaman yang sebelumnya, kira-kira 85 %. Sungguh kenikmatan sekarang sangat luar biasa bila dibandingkan dengan zaman sebelumnya yang masih sedikit orang yang menjalankan salat.

 

Perlu diketahui bahwa rumah atau tempat tinggal yang tidak digunakan sembahyang (salat) itu bagaikan kuburan. Kuburan merupakan suatu tempat kegelisahan yang tidak ada kesenangannya. Makanya aparat desa yang bertugas sebagai Mbah Moden (tukang mayyit) dan Tukang Gali Kuburan itu hidupnya miskin alias sulit menjadi orang kaya.

 

Solusinya biar rumah kita tidak seperti kuburan, sehingga kita bisa merasakan hidup dengan ketenangan dan kenyamanan adalah dengan cara kita mengerjakan salat di dalamnya. Caranya, kita mengerjakan salat Fardu dengan cara berjamaah di masjid atau mushalla, lalu ketika menjalankan salat sunnah kita kerjakan di rumah masing-masing.

Setelah menerangkan salat dan sesuatu yang berhubungan dengannya, Syaikhina Maimoen Zubair mengupas sejarah yang berada di Yaman Selatan, tepatnya di Hadrahmaut. Penghuninya adalah bangsa Aad. Mereka bertempat tinggal di Al-Ahqaf, sebuah jurang yang bertempat di Yaman.

 

Kaum Aad selalu mendapat peringatan dari Allah lewat Nabi Hud As. Namun, mereka tidak memperdulikan seruan Allah tadi. Mereka tetap menyekutukan Allah dan memilih untuk memilih menyembah berhala yang tidak dapat memberikan apa-apa kepada mereka. Dari sifat yang balelo ini, akhirnya Allah menghancurkan mereka dengan azab yang sangat pedih. Mereka binasa di dalamnya.

 

Duhulu pada zaman Nabi Hud As, Allah telah menurunkan kemarau yang panjang, tidak ada hujan selama bertahun-tahun. Namun, mereka tetap tenang-tenang saja, sebab ada ulama-ulama yang mustajab doanya memihak kepadanya. Mereka meminta tolong kepada ulama-ulama yang menyimpang dari Nabi Hud As tadi untuk menghilangkan kemarau panjang tersebut. Sehingga, mereka menjadi bisa hidup makmur lagi.

 

Ulama-ulama tadi menyanggupi permintaan umat Nabi Hud As yang balelo. Mereka pergi ke Makkah untuk berdoa, sebab di sana ada tempat yang mustajab doanya. Oleh Allah, ulama-ulama tadi diuji sebuah cobaan untuk memilih satu di antara dua pilihan yang ditawarkan. Apakah mereka memilih mendung Putih yang berlambangkan adanya hujan yang berkah? Atau memilih mendung yang Hitam yang berlambangkan adanya azab? Anehnya mereka lupa tugasnya sendiri untuk berdoa ketika sudah sampai di Makkah. Namun, akhirnya mereka diingatkan oleh seorang wanita.

 

Di Ka’bah mereka berdoa sesuai yang diharapkan kaum Aad dengan harapan Allah akan menurunkan hujan yang berkah. Namun, sayang seribu sayang, mereka salah memilih mendung yang ditawarkan Allah. Mereka memilih mendung hitam yang merupakan lambang adanya azab dari Allah.

 

Karena salah memilih mendung, kaum Aad disiksa dengan azab yang bertubi-tubi. Angin berhembus begitu kencang sehingga pohon Kurma yang begitu kuat menjadi jebol oleh angin besar tadi. Dari bencana ini, berdampak pohon Kurma di sana jarang ditemukan. Angin itu namanya angin Saketro. Angin itu sekarang masih ada sebagaimana yang telah disaksikan oleh Syaikhina Maimoen Zubair.

 

Meskipun negara Yaman di zaman dahulu telah dihancurkan Allah dengan siksa-Nya yang amat pedih. Namun, Allah juga telah memunculkan keberkahan lagi setelah itu. Keberkahan itu muncul lewat keturunan Rasulullah Saw yang membawa banyak keberkahan. Oleh para habaib (keturunan Rasulullah Saw), Yaman menjadi negara yang maju. Sekarang Yaman menjadi salah satu kota pendidikan Islam yang diakui di dunia. Banyak pelajar dari penjuru dunia yang berbondong-bondong belajar di sana. Rasulullah Saw bersabda:

 

مَثَلُ أَهْلِ بَيْتِي مَثَلُ سَفِينَةِ نُوحٍ ، مَنْ رَكِبَ فِيهَا نَجَا وَمَنْ تَخَلَّفَ عَنْهَا غَرِقَ

 

Perumpamaan ahli baitku itu bagaikan perahunya Nabi Nuh. Barang siapa yang naik di dalamnya, maka akan selamat. Dan barang siapa yang berpaling darinya, maka akan tenggelam.

 

Mengenai Yaman yang sulit dimasuki ajaran Islam hingga saking sulitnya Nabi Hud As tidak bisa menyempatkan diri untuk menjalankan ibadah haji karena sibuk mengurusi umat yang mbandel-mbandel ini. Hal ini ada kesamaannya dengan prosesi masuknya agama Islam di Indonesia, terutama pulau Jawa. Jawa sangat sulit dimasuki Islam bila dibandingkan dengan pulau Sumatra yang telah mendahuluinya. Mengapa sulit? Apa rahasia di balik itu semua? Hal itu tidak lain karena di Jawa banyak Hong Walihong, Begejel dan Dedemit yang suka mengganggu. Kesulitan untuk memasukkan ajaran Islam di Indonesia itu hilang berkah perjuangan keturan Rasulullah Saw yang menyebarkan ajaran Islam di pulau tercinta ini. Beliau tidak lain adalah Wali Songo.

 

Sarang, 8 Desember 2010 M

Catatan: Artikel ini disarikan dari pengajian tafsir Syaikhina Maimoen Zubair pada hari Ahad dengan QS. Al-Ahqaf : 20-27 pada 6 Juni 2010 M.

Read More >>

Siksa Allah Kepada Umat-umat terdahulu dan Kelakuan Jin

siksa neraka فَلَوْلَا نَصَرَهُمُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ قُرْبَانًا آلِهَةً بَلْ ضَلُّوا عَنْهُمْ وَذَلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (28) وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ 29) قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ (30) يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (31) وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (32

 

 

"Maka Mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai Tuhan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka. bahkan tuhan-tuhan itu Telah lenyap dari mereka? Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan. Dan (Ingatlah) ketika kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". ketika pembacaan Telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: "Hai kaum kami, Sesungguhnya kami Telah mendengarkan Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah Maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata." (Al-Ahqaf : 28-32).

 

Makkah, suatu tempat di mana dilahirkan telah dikelilingi oleh negara-negara yang mana di situ Allah telah menimpakan azab dan bencana bagi kaum yang tidak mau menerima seruan nabi yang telah diutus Allah. Untuk arah Utara, Makkah berbatasan dengan negeri Nabi Shaleh As. Arah Selatan, Makkah berbatasan dengan negara Nabi Hud As.

 

yang begitu besar itu telah ditimpakan Allah kepada umat yang balelo. Siksanya begitu dahsyat sekali sampai-sampai pohon Kurma yang begitu kuat sekali dapat jebol dan roboh karena diterjang angin yang begitu kencang. Hal ini karena adanya murka Allah. Ada juga siksa, bumi yang dibalik yang ditimpakan kepada umat Nabi Luth As. Memori kaum Luth ini terkenal dengan sebutan “Bahrul Mayyit”. Semua itu diabadikan Allah sampai zaman sekarang. Sungguh aneh kejadian itu! Lihatlah lautan dari Bahrul Mayyit, lautannya seperti bangkai. Sebab, laut itu tidak asin dan tidak pula dingin tapi tanahnya asin. Subhanallah.

 

Semua kejadian tadi merupakan peristiwa di luar nalar pemikiran akal manusia. Hanya Allah yang dapat mengetahui hikmah yang tersirat di baliknya. Sebab, semua kejadian yang terjadi pada manusia kadang ada yang dijangkau oleh akal manusia dengan hukum kausalitas (sebab akibat) dan kadang sebaliknya, akan tetapi benar-benar terjadi. Dan semua kejadian yang dibawa oleh Nabi-Nabi Allah yang berupa mukjizat itu banyak yang tidak masuk akal. Contohnya, ketika ada peristiwa perang Badar, di mana orang-orang kafir yang terbunuh itu berjumlah sebanyak 70 orang. Termasuk di dalamnya adalah Abu Jahal. Semua orang yang mati ini adalah orang-orang yang menghina, mencaci-maki dan menghambatkan penyebaran syariat Islam selama di tanah suci Makkah.

 

Ketika Allah menurunkan siksa dan azab kepada hamba-Nya yang mursal, maka Setan yang menyertainya akan lari darinya. Sehingga, Setan tadi tidak terkena azab. Siksa tadi hanya dinikmati oleh hamba yang durhaka tadi tanpa ditemani Setan meskipun Setan itu adalah orang mengajak kepada murka Allah dan kesesatan sampai manusia menemui ajalnya dengan kondisi kafir, tidak beriman kepada Allah. Allah berfirman:

 

كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ (16

 

"(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia Berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", Maka tatkala manusia itu Telah kafir, Maka ia berkata: "Sesungguhnya Aku berlepas diri dari kamu, Karena Sesungguhnya Aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam." )QS. Al-Hasyr :16).

 

لكل احد قرينان قرين السوء هو الشيطان و قرين الخير هوالملائكة

 

"Setiap seseorang itu mempunyai dua teman. Teman yang jelek, yaitu setan dan teman yang bagus, yaitu malaikat. (Al-Hadist).

 

Setelah menerangkan siksa yang telah diturunkan kepada umat-umat terdahulu, Syaikhina Maimoen Zubair melanjutkan pembahasannya tentang Jin. Jin adalah makhluk Allah yang berjisim halus yang mempunyai kewajiban sebagaimana kuwajiban yang ditugaskan Allah kepada manusia. Meskipun sama-sama mempunyai kuwajiban terhadap Allah, keduanya juga ada perbedaan yang signifikan. Yaitu, kalau manusia itu bisa membaca dan menulis sedangkan kalau Jin tidak bisa. Jin hanya bisa mendengarkan ilmu-ilmu yang telah disampaikan manusia. Maka dari itu, di alam Jin tidak ada orang yang alim sebagaimana yang terdapat di alam manusia.

 

Anehnya, meskipun Jin itu tidak bisa menulis dan membaca, Rasulullah Saw juga tidak bisa menulis dan membaca (ummi). Namun, dalam permasalahan umminya Rasulullah Saw tidak bisa disamakan dengan Jin yang tidak bisa membaca dan menulis. Sebab, umminya Nabi Muhammad Saw itu merupakan mukjizat dari Allah. Memang benar Rasulullah Saw tidak bisa membaca tulisan yang ada di bumi. Akan tetapi, beliau dapat membaca tulisan yang berada di Lauhul Mahfudz. Dan juga bisa mendengar kerikan Kalam yang berada di sana. Makanya, jangan pernah menghina Nabi Muhammad Saw dengan alasan buta huruf.

 

Buta huruf itu dikatagorikan menjadi dua bagian. Yaitu, buta huruf yang ada di dunia dan buta huruf yang ada di akhirat. Buta huruf di dunia adalah buta huruf yang tidak bisa membaca dan menulis selama di dunia. Buta huruf di akhirat adalah buta yang disebabkan karena melupakan ayat-ayat Allah selama hidup di dunia. Sehingga akibatnya, dia tidak bisa membaca dan menulis di akhirat. Seberapa orang itu paham Al-Quran, maka akan disandarkan seberapa orang itu akan bisa membaca dan menulis di akhirat. Allah berfirman:

 

يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا (71) وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا (72

 

"(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan Kitab amalannya di tangan kanannya Maka mereka Ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)." (Al Israa : 71-72).

 

Bagi umat Islam itu harus hafal surat Al-Fatihah. Ada 7 ayat di dalamnya. Di dalamnya ada sifat Rahmannya Allah yang dibagikan untuk orang Islam dan orang yang bukan Islam. Makanya , orang Islam itu harus hidup enak di dunia dan akhirat. Apabila tidak bisa keduanya, maka cukuplah baginya untuk memilih negeri akhirat. Sebab, akhirat adalah negeri yang kekal dan abadi.

 

Orang-orang kafir yang mendapat nikmat yang agung kelak akan berbondong-bondong masuk Islam kecuali orang Yahudi. Yahudi masih bersikukuh dengan agamanya. Wajar saja ketika ditawarkan kepada mereka hal itu ditolaknya. Yahudi hanya menerima ajaran Taurat yang dibawa oleh Nabi Musa As.

 

Nabi Musa As adalah Nabi yang mempunyai umat dari kaum Yahudi dan umat dari bangsa Jin. Jin ini yang kelak akan mendengar bacaan Al-Quran tadi. Lalu sebagian dari mereka ada yang beriman kepada Allah dan sebagian lagi ada yang tidak beriman. Jin-Jin mencari ilmu dengan cara mendengarkan pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh ulama. Contoh kecilnya, duhulu ketika Kiai Zubair Dahlan sedang mengajar, ada Jin yang mendengarkan. Kejadian itu diketahui oleh Mbah Syuaib. Melihat dirinya diketahui oleh Mbah Syuaib, Jin itu lari. Namun, dengan kebijaksaan Mbah Syuaib jin itu disuruh untuk mendengarkan pengajian tadi.

 

Jin itu sangat senang mendengarkan bacaan Al-Quran. Terutama bacaan Al-Quran yang dibaca pada waktu menjalankan salat Subuh. Makanya, di waktu itu disunnahkan untuk membaca surat yang panjang-panjang. Minimalnya surat An-Naba’. Jangan membaca surat yang pendek seperti surat Al-Kutsar. Tapi sayangnya, umat Islam sekarang tidak seperti zaman dahulu. Kebanyakan dari mereka tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh syariat Islam. Allah berfirman:

 

أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا (78

 

"Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan." (Al-Israa' : 78).

 

Ketika Matahari tergelincir menuju waktu malam menyinggahi waktu Dzuhur, Asar, Magrib dan Isya’, umat Islam ketika menjalankan salat membaca surat yang pendek-pendek. Adapun ketika sudah sampai waktu salat Subuh hendaknya surat yang dibaca itu panjang-panjang sebagaimana yang telah diterangkan tadi. Jika tidak sesuai dengan aturan tadi, itu termasuk bid’ah. Namun kamu jangan menghina orang yang semacam tadi.

 

Ketika Jin mendengarkan bacaan ayat suci Al-Quran yang dilantunkan mukmin ketika sedang mengerjakan salat Subuh, mereka menyuruh kaumnya untuk diam guna untuk mendengarkan bacaan Al-Quran tadi.

 

Orang Syiah itu berpendapat bahwa salat yang wajib itu adalah salat Asar dan Subuh. Dia hanya mengambil sebagian dari Al-Quran. Berbeda dengan Ahlusunnah Waljamaah yang mengambil semua isi Al-Quran tanpa mengesampingkan yang lain. Semua salat lima waktu itu wajib. Namun, yang mendapat perhatian yang lebih khusus adalah salat Asar dan Subuh.

 

Sarang, 27 Februari 2011

Catatan: Artikel ini disarikan dari pengajian tafsir Syaikhina Maimoen Zubair pada 13 Juni 2010

Read More >>