Maskawin Pernikahan Adam dan Hawa

Sebagaimana dikisahkan dalam Al-Quran, Hadits atau Literatur, manusia pertama yang hidup di surga adalah Adam. Tentu saja semua kenikmatan diberikan kepada beliau di dalamnya agar dia betah. Digambarkan, sungguh surga adalah tempat yang amat indah dan permai, menjadi idaman setiap insan.
Demikian menurut riwayat, ketika Allah SWT selesai mencipta Alam semesta dan makhluk-makhluk lainnya, maka kemudian diciptakan-Nya  Adam Alaihissalam sebagai manusia pertama. Hamba yang dimuliakan ini kemudian ditempatkan Allah SWT di dalam surga (Jannah).
Mula-mula Adam hidup sebatang kara, tanpa  seorang kawan pun. Dia berjalan ke kiri dan ke kanan, menghadap ke langit-langit yang tinggi, ke bumi yang terhampar jauh di seberang, maka tidak ada sesuatu yang dilihatnya dari makhluk sejenisnya kecuali burung-burung yang berterbangan ke sana dan kemari, sambil berkejar-kejaran di angkasa bebas, bernyanyi-nyanyi, bersiul-siul, seolah-olah memamerkan kemesraan mereka.

Adam terpikat melihatnya. Tetapi sungguh malang, siapakah kawan yang hendak diajak berdiskusi. Dia merasa kesepian di surga. Bagai orang kebingungan tanpa pasangan yang akan diajak bermesraan, sebagaimana burung-burung yang dilihatnya.
Tiada pekerjaan yang dilakukan adam sehari-hari kecuali bermalas-malasan, bersantai berangin-angin di dalam taman surga yang permai, yang ditumbuhi oleh bermacam-macam bunga semerbak nan wangi, yang di bawahnya mengalir anak-anak sungai bercabang-cabang, yang disiram airnya  membuat pesona bagi yang melihatnya.
Apalah arti semua itu kalau hati selalu gundah , gelisah,  di dalam kesepian seorang diri? Itulah satu-satunya kekurangan yang dirasakan adam di dalam surga. Dia perlu seorang kawan pendamping  di dalam menikmati hari-hari indah di dalam surgai. Kadang kala kalau rindunya datang, turunlah dia ke bawah pohon-pohon rindang mencari hiburan, mendengarkan burung-burung bernyanyi bersahut-sahutan. Bukanya ketentraman batin yang didapat, malah menjadi lebih sedih. Keharuan yang begitu mendalam dirasakannya sebagai derita batin di balik kenikmatan yang dianugerahkan Allah SWT kepadanya.
Meski suasana membosankan itu dirasakan, tetapi Adam AS sungkan mengadukan problemnya kepada Allah SWT. Namun, Allah Maha Tahu tentang perasaan yang dipendam makhluknya. Oleh karena itu Allah Ta’ala ingin menghilangkan rasa kesepian Adam. Tapi rencana itu dilakukan dengan rahasia dan diam-diam.
Suatu hari, adam tengah duduk melamun di permadani yang mewah. Angin semilir tak henti menerpanya. Sampai-sampai rasa kantuk menyerangnya. Adam pun tertidur nyenyak. Pada saat itu Allah mulai bekerja. Sebuah informasi dikirimkan kepada malaikat Jibril AS. Diam-diam Jibril diperintahkan mencabut tulang rusuk Adam dari lambung sebelah kiri. Bagai orang yang sedang terbius adam tidak merasakan apa-apa.
Dengan tulang rusuk itu Allah menciptakan sosok Hawa. Kun Faya Kuun! Dalam sekejap Hawa telah berdiri di hadapan Allah dan Jibril. Kemudian Hawa duduk bersandar pada bantal lembut di atas tempat duduk megah yang bertahtakan emas dan permata mutu manikam. Lalu, Hawa terpesona melihat kecerahan wajah dari seorang lelaki yang sedang terbaring, tak jauh di depannya. Benih-benih asmara yang menggelombang di dalam sanubari hawa seolah-olah merupakan arus-arus tenaga listrik yang datang mengetuk kalbu Adam AS, yang langsung menerimanya sebagai mimpi yang berkesan di dalam gambaran jiwanya seketika itu.
Adam tiba-tiba terjaga. Alangkah terkejutnya dia ketika dilihatnya ada makhluk manusia seperti dirinya, hanya beberapa langkah di hadapannya. Dia seolah tak percaya pada penglihatannya. Dia masih terbaring mengusap matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang sedang dilihatnya.
Tak kalah terkejutnya adalah hawa. Sebagai makhluk yang diciptakan lengkap dengan perasaan malu, ia segera memutar badannya sekedar menyembunyikan bukit-bukit di dadanya, seraya mengirimkan senyum manis bercampur manja, diiringi pandangan melirik dari sudut mata yang memberikan sinar harapan.
Memang, Hawa diciptakan dengan bentuk dan paras rupa yang sempurna. Dia dihiasi dengan kecantikan, kemanisan , keindahan, kejelitaan , kehalusan, kelembutan, kasih-sayang, kesucian, keibuan dan segala sifat-sifat kepribadian yang terpuji bagi seorang wanita, di samping bentuk tubuhnya yang mempesona serta memikat hati setiap yang memandangnya.dia adalah wanita tercantik yang menghiasi surga. Kelak keindahan ragawi dan ruhani itu akan diwariskan turun-temurun kepada kaum wanita di muka bumi.
Adam sendiri tak kurang gagah dan gantengnya. Tidak dijumpai cacat pada dirinya karena dia adalah satu-satunya makhluk yang dicipta oleh Allah SWT secara langsung tanpa perantara. Semua ketampanan yang diperuntukkan bagi lelaki terkumpul padanya. Ketampanan itu juga yang diwariskan turun-temurun kepada orang-orang (kaum pria) di kemudian hari sebagai anugerah Allah SWT kepada makhluk-Nya yang bergelar manusia.bahkan diriwayatkan bahwa kelak semua penduduk surga akan dibangkitkan dengan pantulan dari cahaya rupa Adam AS.
Didorong naluri yang menggebu-gebu Adam segera bangkit dari pembaringannya, memperbaiki duduknya. Dia memperhatikan dengan pandangan tajam dia sadar bahwa orang asing di depannya itu bukanlah bayangan fatamorgana. Ini benar-benar suatu kenyataan dari wujud insani yang mempunyai bentuk fisik seperti dirinya. Dia yakin kalau dirinya tidak salah pandang. Dia tahu itu manusia seperti dirinya, yang hanya berbeda kelamin saja. Kecerdasannya spontan menarik kesimpulan bahwa makhluk di depannya adalah perempuan, yang akan menjadi pasangannya, seperti halnya burung-burung yang selalu dilihatnya, yang hidup berpasangan.
Adam sadar bahwa itulah jenis yang dirindukannya. Hatinya gembira, bersyukur, bertahmid memuji Dzat maha Pencipta. Dia tersenyum kepada gadis jelita itu, yang membuatnya tersipu-sipu seraya menundukkan kepalanya dengan pandangan tak langsung, pandangan yang menyingkap apa yang terselip di kalbunya.
Sesuai dengan rencana besar Allah, kedua insan itu kemudian diresmikan dalam sebuah ikatan pernikahan. Inilah pernikahan resmi pertama yang sesuai dengan hukum Allah. Undangan segera dikirimkan. Seluruh bidadari surga berkumpul menghiasi dan menghibur mempelai perempuan itu serta membawa perhiasan-perhiasan surga. Sementara para malaikat langit berkumpul bersama-sama di bawah pohon Syajarah Thuba, yang menjadi saksi pernikahan Adam dan Hawa.
Diriwayatkan bahwa pada akad pernikahan antara adam dan hawa ini Allah SWT berfirman:” Segala puji adalah kepunyaan-Ku, segala kebesaran adalah pakaian-Ku, segala kemegahan adalah hiasan-Ku dan segala makhluk adalah hamba-Ku dan di bawah kekuasaan-Ku. Menjadi saksilah kamu hai para malaikat dan penghuni langit dan surga bahwa Aku menikahkan Hawa dengan Adam, kedua ciptaan-Ku dengan Mahar, dan hendaklah keduanya bertahlil dan bertahmid kepada-Ku!”.
Setelah akad pernikahan selesai berdatanganlah para malaikat dan para bidadari menyebarkan mutiara-mutiara yaqut dan intan-intan permata kemilau kepada kedua pengantin agung tersebut. Selesai itu Adam AS menemui mempelai Wanita di istana megah yang akan mereka diami. Tak sabar Adam ingin memeluk Hawa dan menyalurkan hasratnya. Tetapi, Hawa tampak dingin. Kata-kata yang keluar dari bibir Hawa justru menuntut haknya. Hak yang disyari’atkan Tuhan sejak semula.
“mana maharnya?” Tanya Hawa. Dia menolak bersentuhan sebelum mahar (mas kawin) dibayar terlebih dahulu. Adam AS mendadak bingung seketika. Lalu sadar bahwa untuk menerima haruslah bersedia memberi. Dia insyaf bahwa yang demikian itu haruskah menjadi kaidah pertama dalam pergaulan hidup. Pemberian pertama pada pernikahan untuk menerima kehalalan ialah Mahar. Allah sendiri pada waktu pembacaan aqad nikah telah menyebutkan kata mahar.
Tapi Adam bingung dengan kata itu, karena memang tidak memberikan apa-apa pada saat akad berlangsung. Apakah bentuk mahar yang harus diberikan? Itulah yang sedang dipikirkan Adam.
“Illahi, Rabbi! Apakah gerangan yang akan kuberikan kepadanya? Emaskah, intankah, perak atau permata?” Tanya Adam kepada Allah.
“bukan!”kata Tuhan.
“apakah hamba akan berpuasa atau shalat atau bertasbih untuk-Mu sebagai maharnya:” Tanya Adam AS penuh pengharapan.
“bukan!” tegas Allah lagi.
Adam pun terdiam, menentramkan jiwanya. Kemudian dia bermohon lagi, “kalau begitu tunjukkanlah hamba-Mu jalan keluar!”
Allah SWT berfirman, “ Mahar Hawa ialah sholawat sepuluh kali kepada nabi-Ku, nabi yang bakal kubangkitkan, yang membawa pernyataan dari sifat-sifatku: Muhammad, cincin permata dari para anbiya dan penutup serta penghulu semua Rasul. Ucapkanlah sepuluh kali!”.
Mendengar itu bathin Adam AS menjai lega. Dia lalu mengucapkan sepuluh kali sholawat atas nabi Muhammada SAW. Sebagai mahar kepada isterinya. Suatu mahar yang bernilai spiritual. Karena Nabi Muhammad SAW adalah Rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Hawa mendengarkannya dan menerimanya sebagai mahar.
“hai Adam, kini Aku halalkan Hawa bagimu,” perintah Allah. “dan dapatlah dia sebagai istrimu!”.
Luar biasa senangnya Adam AS. Dia bersujud syukur, lalu segera masuk ke kamar isterinya dengan ucapan salam. Hawa menyambutnya dengan segala keterbukaan dan cinta kasih yang tulus kemudian terdengar Allah SWT berfirman kepada mereka, “hai Adam diamlah engkau bersama istrimu di dalam surga dan makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua ingini, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini karena (apabila mendekatinya) kamu berdua akan menjadi dzalim”. (QS.Al-A’raaf: 19).
Dengan pernikahan ini Adam AS tidak lagi merasa kesepian di dalam surga. Inilah pernikahan dan percintaan pertama dalam sejarah umat manusia yang berlangsung di dalam surga yang penuh kenikmatan. Sebuah pernikahan agung yang dihadir oleh para bidadari, jin dan disaksikan oleh para malaikat. Peristiwa pernikahan Adam dan hawa terjadi pada hari jum’at, entah berapa lama keduanya berdiam di surga, hanya Allah SWT yang tahu.
Sampai kemudian Adam dan Hawa melanggar janjinya, memakan buah Khuldi. Hukuman untuk pasangan itu adalah meninggalkan surga. Lalu keduanya bermukim di bumi, menyebar luaskan keturunan yang akan mengabdi kepada Allah SWT dengan janji bahwa surga itu tetap tersedia di hari kemudian bagi hamba-hamba yang beriman dan beramal sholeh. Firman Allah SWT, “Kami berfirman: turunlah kamu dari surga itu. Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(QS. Al-Baqarah: 38).
Adam dan hawa diyakini sebagai manusia pertama di muka bumi. Tafsir Al-Qur’an selama ini menyebut dia diciptakan di surga bersama Hawa (Eva). Terbujuk oleh Iblis, Adam dan Hawa “diturunkan” ke bumi. Doa “Rabbanaa dhalamnaa anfusana wainlam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunannaa minal khasirin” (QS Al-A’raaf: 23) diyakini sebagai doa Adam dan Hawa yang menyesali kesalahan karena telah terbujuk Iblis.
Setelah diturunkan ke bumi. Mereka terpisah oleh jarak. Menurut legenda, Hawa diturunkan di daerah yang sekarang menjadi kota Jeddah, Saudi Arabi. “Jeddah” sendiri berarti “Nenek’ (Hawa). Legenda yang sama menyebut Adam dan Hawa bertemu kembali di Jabal Rahmah sering dijadikan symbol “Cinta” atau “Jodoh” oleh peziarah.
Adam-Hawa dikaruniai putra-putri yang lahir berpasangan. Diantaranya adalah Qabil dan Iqlima. Kemudian Habil dan labuda. Qabil sendiri bersifat kasar sedangkan Habil lembut hati. Qabil bekerja sebagai petani dan Habil peternak.atas petunjuk Allah, Adam akan menikahkan Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlimatapi Qabil menolak rencana itu, karena pasangan untuknya tidak cantik. Sebab Qabil lebih menaksir dengan labuda kembarannya, yang memang sangat rupawan.
Lagi-lagi Allah memberi petunjuk. Adam kemudian menyuruh keduanya melakukan kurban. Siapa yang kurbannya diterima Allah, dia nanti yang berhak menikah dengan Labuda, Qabil mengurbankan hasil panenya yang berupa sayur, sedangkan Habil berkurban daging. Kurban-kurban itu ditaruh di puncak gunung. Ternyata korban Habil yang diterima. Tap Qabil menjadi murka. Dia kemudian membunuh Habil, dia menguburkan saudaranya itu setelah melihat burung gagak mengubur gagak lain yang mati setelah keduanya berkelahi. Riwayat ini menjadi kisah turun-temurun di kalangan arab dan yahudi yang masih ada hingga saat ini. Tapi tak disebutkan dengan pasti kapan persisinya masa hidup Adam dan hawa. Apakah dia berada pada masa sebelum atau setelah “manusia purba” seperti Homo Erectus di Hawa, Homo Pekinensis di Cina atau manusia Neanderthal di Eropa. Yang pasti kisah tentang Adam dan keluarganya memberi pelajaran tentang perlunya keteguhan manusia menghadapi godaan. Bagaimana bersikap dalam menghadapi urusan cinta, dosa, ketulusan untuk pengorbanan, juga nafsu serakah manusia. Dan juga perlu digarisbawahi bahwa membaca sholawat untuk junjungan nabi Muhammad SAW. itu bukan merupakan hal yang baru tetapi sudah dilakukan sejak nabi Adam. Kalau ada orang yang enggan bersholawat sama artinya tidak tahu sejarah asal mula manusia. “Allahumma sholli ‘alaa Muhammad……

0 comments:

Post a Comment